Aku masih terus memandangi foto yang kuunggah sejam lalu. Senyumku masih betah nangkring sejak tadi. Meski begitu, aku belum berani membuka kotak pesan yang masuk untuk respon teman-temanku dari 'kejutan'ku itu.
"Senang, sekarang?" aku memamerkan cengiran lebarku pada si penanya. Aku mengangguk riang. Senangnya beribu-ribu kali daripada yang kubayangkan.
"Lihat deh pacarku, ganteng!" Aku menyodorkan hp-ku ke arah Sadewa yang duduk di sampingku, baru selesai memakan jatah nasiku yang tidak habis.
Ia mengambil hp-ku, pura-pura mengamati sosok laki-laki yang kupampang terang-terangan di instagramku. Sadewa manggut-manggut, tidak tersenyum dari tadi. "Gantengan juga saya," gumamnya singkat.
Aku hampir menganga dibuatnya. Pasalnya, baru pertama kali aku mendengarnya mengakui ketampanannya seperti itu. Sadewa mengulum senyumnya, terlihat berusaha menahan tawanya. "Putusin, dek. Sama saya aja."
"Tapi sudah tunangan, gimana dong?" jawabku sambil memamerkan cincin di jari manisku. Saat ia meraih tanganku dan malah menautkan jemari kami, aku malah mendekat dan mengubur wajahku di bahunya.
"Selama janur kuning belum melengkung..." ia menjeda, menungguku menyambung ucapannya.
"Sama kamu mau. Sama dia juga mau," ujarku akhirnya. Kalau menyangkut dia, aku memang serakah. Pokoknya nggak boleh ada bagian untuk orang lain. Semua punyaku.
Sambil tersenyum, Sadewa mengembalikan hp-ku. "Kenapa nggak foto yang bareng berdua aja?"
Seharian ini sejak pagi kami berjalan-jalan ke tempat wisata. Banyak foto yang kuambil berdua dengan dia. Tapi lebih banyak lagi foto dia yang kuambil diam-diam. Dengan izin orangnya, foto itulah yang kuungah di ceritaku.
"Nggak suka ada mukaku," jawabku santai.
"Tapi muka saya yang kamu pasang."
"Kan udah tanya dulu tadi?" protesku.
"Kalau saya upload yang berdua di feed saya, boleh?"
Aku menimbang-nimbang dalam hati. Padahal sebenarnya tidak penting. Pengikut akun Sadewa cuma beberapa biji, kebanyakan adalah teman-teman dekatnya. Yang menjadi keberatanku adalah aku saja tidak pernah mengunggah wajahku di akunku sendiri. Masa tiba-tiba nongol di akun dia?
"Ya udah, boleh," putusku akhirnya. "Tapi pilih yang akunya cantik hehe."
"Semuanya cantik," meski sudah berkali-kali sering digombali, tetap saja aku merasakan panas di wajahku. Aku menutup wajahku dengan telapak tangan, merasa malu.
Ia tersenyum puas sambil mengeluarkan hp-nya, melihat-lihat kembali ratusan foto di galerinya.
Menghela nafas panjang, aku memberanikan diri menggulir jempolku di atas ikon direct message. Ada banyak sekali pesan yang masuk di sana, tertumpuk sejak sejam lalu. Dari pada menunda membalas, lebih baik langsung kubalas semuanya sekaligus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distorsi Kuasa ✔️
RomanceGuru lelaki yang baru mulai mengajar di sekolahnya itu bernama Pak Sadewa. Rayuan maut murid-murid cewek tidak pernah mempan melelehkan sikap dingin guru muda itu. Siapa sangka dibalik rupawan sempurna wujudnya, tersimpan perilaku penuh dosa yang ta...