Kesunyian Subuh

29.9K 2.2K 41
                                    

Aku melirik empat digit angka di ponselku yang menunjukkan waktu saat itu. 05.30. Dan aku belum memejamkan mata sedetikpun. Ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap hal itu. Pertama dan yang paling penting, aku merasa gelisah terhadap kompetisi hari ini. Aku merasa seperti tidak siap dan harus terus mengisi kepalaku dengan berbagai macam tetek bengek yang ku yakin tidak akan kuingat beberapa jam kedepan. 

Kedua, karena Rian hanya bisa tidur dengan lampu menyala. Sementara aku tidak. Aku berbohong padanya dan berkata bahwa aku akan bisa tidur tapi kenyataannya tidak. Rian sudah tidur sejak pukul sebelas malam dan aku beberapa kali mematikan lampu untuk mencoba kesensitifannya. Namun rupanya dia langsung menyadarinya dan menggeliat terbangun. Jadi aku cepat-cepat menyalakannya lagi.

Ketiga, masalah Rara dan Ir yang menggangguku sejak semalam. Aku berteman dengan Rara sejak kami masih bayi, bahkan. Keluarga kami mengenal satu sama lain, tapi tidak begitu dekat. Kami sering bertemu di acara pesta atau perkumpulan-perkumpulan kecil. Tapi aku tidak satu SD dengannya, jadi aku tidak pernah terlalu dekat sampai menjadi sahabat dengannya.

 Keluarga Rara adalah keluarga terpandang. Aku hanya tidak ingin punya masalah dengannya. Apalagi hanya karena masalah cowok. Rara adalah orang yang biasanya ramah dan perhatian. Jadi aku bisa berasumsi dari chat dia semalam bahwa dia kesal padaku. Dia bahkan belum membalasku lagi, padahal dia sudah melihat chat tersebut.

Terakhir, Pak Sadewa. Aku tidak percaya orang sesederhana itu bisa menimbulkan dampak sangat kompleks padaku. Kubilang sederhana karena beliau adalah tipe orang yang jujur, straight-forward dan sangat gamblang. 

Kalau kamu melanggar peraturannya, kamu akan menerima konsekuensi dari beliau. Kalau salah ya salah, kalau benar ya benar. Kalau tidak suka, beliau akan langsung mengatakannya. Dan sebaliknya. Hitam dan putih. Kalau beliau menganggap perlakuan beliau padaku tidak normal, kenapa tetap melakukannya?

Ting!

Sebuah pesan singkat masuk dalam whatsapp-ku. Dari orang yang baru saja sedang kupikirkan. Waw, kebetulan sekali.

Pak Sadewa Selamat pagi, Wulan. 05.42

Pak Sadewa Saya ingin meminta maaf mengenai persoalan kemarin. 05.42

Pak Sadewa Jangan terlalu dipikirkan berat-berat ya. 05.43

Tanpa sadar aku melompat turun dari kasur dan membuka tirai jendela. Semburat warna merah mudah menghiasi langit di atas laut yang terlihat dari kamarku. Sudah terang rupanya.

Aku menghabiskan hampir sepuluh menit berkutat mencari jawaban untuk kukirimkan. Untuk apa Pak Sadewa mengirim pesan untuk hal sepele seperti ini? Tapi setidaknya, beliau menyadari bahwa perlakuannya tidak normal terhadapku, kan? Lalu kenapa beliau merasa perlu untuk mengungkit hal itu kembali. Is it a big deal for him too?

Selamat pagi juga, pak.

Salah saya juga tanya yang aneh-aneh

Saya juga minta maaf ya pak 🙏 05.57

Pak Sadewa Pertanyaanmu tidak salah.

Pak Sadewa Memang sudah bangun atau belum tidur? 05.59

Belum tidur, sih pak 😅

Otaknya lagi ga bisa istirahat. 

Bapak sendiri? 06.00

Pak Sadewa Bisa jalan sebentar dengan saya? 06.00

Kemana, pak? 06.02

Distorsi Kuasa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang