Day 18 (Part 1)

1.9K 224 174
                                    

Huweeee..
Apa kabar kaliaaaannn??

Neoo kangen banget iiihhhh.. 😭😭😭

Kalian sehat kan? Harus sehat, ya.. Jangan sakit, jaga kesehatan yaa..

Maafin mundur mulu mau up, akhir-akhir ini aku sampe rumah langsung tepar, boro megang hp, kelar mandi sama makan langsung ngorok.

Ini aja aku ngetiknya di sela-sela kerjaan di kantor, jadi maapin yaa kalo rada aneh.. ╥﹏╥

Untuk postingannya Neoo masih belom selesai, jadi nanti nyusul yaa..

Sekarang ini dulu yaa..

Udah, langsung aja..


Happy Tummy, Happy Reading! ~
(・ิω・ิ)ノ



.
.
.








Day 18



.
.
.



Hal pertama yang Haechan dapati kala membuka matanya di pagi ini adalah wajah tampan sang pacar yang tengah memeluk tubuhnya. Kalau saja ia tak ingat bahwa ia semalam memilih bermalam di apartemen lelaki tampan itu, mungkin pagi ini ia sudah memekik kaget kala mendapati Mark terlelap di sisinya dengan lengan yang memeluk tubuhnya erat.

Melirik jam digital di atas nakas, pukul enam pagi, sepertinya ia harus bangun untuk menyiapkan sarapan mereka berdua.

Namun sebelum beralih memindahkan lengan pacarnya, ia terlebih dulu menempelkan punggung tangannya di kening itu, menghela lega kala tak lagi merasakan panas berlebih di sana, sepertinya Mark sudah sembuh.

Lenguhan pelan Mark membuat gerakannya yang hendak memindahkan lengan pacarnya terhenti kala merasakan lengan itu semakin merengkuhnya erat.

"Morning, Fullsun." Bisiknya dengan suara husky-nya, membuat akal sehat Haechan mulai melalang-buana.


Gila, kok gue nyer-nyeran sih?


Mark mengintip wajah merona gadisnya, kemudian tersenyum geli. "Mukanya merah banget, kamu ketularan demam, ya?" godanya, kali ini sukses menghantarkan kembali kewarasan gadisnya.

Mendengus, kemudian memukul pelan lengan yang membungkus tubuhnya, "amit-amit doanya. Udah, ah. Minggiran, aku mau buat sarapan."

Alih-alih menuruti permintaan gadisnya, lelaki asal Kanada itu malah semakin menenggelamkan gadisnya ke dalam dekap hangatnya.

"Ga mau, ah. Mau kaya gini aja."

Decakan gemas lolos dari belah bibir berbentuk hati itu, "Miel, aku ada kelas pagi ini, jadi ga bisa nemenin kamu seharian."

Helaan napas Mark terdengar, setelahnya sebuah kecupan diterima Haechan di kening. "Yaudah, aku anter, ya."

Haechan mendongak, dan langsung dihadiahi sebuah kecupan manis di bibir oleh pacar tampannya. "Ish, cium-cium!" sungut Haechan sebal, namun rona merah jambu di kedua pipinya menjelaskan suasana hatinya yang sebenarnya.

"Aku naik bis aja, Miel. Kamu 'kan juga baru banget mendingan. Jangan kecapekan, ah."

Mark menggeleng, menenggelamkan wajahnya di ceruk gadisnya, mengecup bercak yang ditinggalkannya kemarin siang.

30 Days (MarkHyuck GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang