Halo:)
Jangan lupa Vote, komen, follow!
Ramein ya, suka banget baca komen kalian😅
-
Selamat membaca
***
"Vlora!" Teriak Paula di bawah tangga. Tatapan wanita itu begitu tajam di penuhi dengan kobaran amarah.
Vlora mengerutkan keningnya sesaat sebelum melangkahkan kakinya menuruni tangga. Setelah sampai di depan ibunya, dia mengangkat kepalanya menatap Paula.
"Ada apa?" Tanya nya.
Paula mencekal tangan Vlora dan membawanya ke meja makan. Di sana sudah terdapat Arthur yang setia dengan wajah tanpa ekspresi nya.
"Lihat! Panggilan sekolah lagi. Kamu selalu aja buat masalah yang bikin kita pusing! Sekarang apalagi?" Ujar Paula dengan melempar surat berbentuk persegi panjang itu ke arah Vlora.
Vlora memijat pangkal hidungnya, dia menatap Arthur yang juga menatapnya. "Kemarin Tawuran, korbannya ada yang meninggal." Beritahu Vlora.
"Dan kamu yang membunuhnya?" Ujar Paula.
"Bukan." Jawab Vlora cepat.
"Terus siapa? Temen-Temen kamu?"
"Mungkin." Ujar Vlora acuh tak acuh.
"Bisa sekali aja kamu serius? Ini menyangkut nyawa seseorang Vlora!" Geram Paula melihat sifat anaknya.
"Nyawa seseorang? Jangan pikir aku gak tau, kalian juga sering mainin nyawa seseorang." Tekan Vlora menatap kedua orang tuanya.
"Jangan asal bicara Vlora." Ujar Arthur membuka suara.
Vlora terkekeh datar. "Lalu JSZ? Itu bukan sembarang penjaga keluarga saja kan?"
Paula menatap Vlora semakin tajam. "Jangan mengalihkan pembicaraan." Ujarnya.
"Aku gak mengalihkan pembicaraan. Justru mama duluan yang memancing ini." Jawab Vlora datar.
"Oke stop Vlora! Bisa kamu tidak menjawab terus?!" Seru Paula.
"Fine." Vlora langsung mendudukkan dirinya di meja makan.
"Bagaimana? Lihat anakmu yang semakin hari semakin liar saja. Dia sudah keterlaluan. Salah kamu sendiri yang membebaskan dia selama ini." Ujar Paula kepada Arthur.
Arthur menghela nafas berat. Dia menatap Vlora intens yang tengah berada tidak jauh dari dirinya duduk. Gadis itu sama sekali tidak memperdulikannya, justru malah sibuk dengan buah apel di tangannya.
"Kau kali ini jangan membantah." Ujar Arthur Tiba-Tiba.
Vlora mengalihkan pandangannya ke arah Arthur. "Katakan." Ujar Vlora.
"Kamu papa pindahkan ke Bristol. Markas kedua JSZ ada disana. Kamu akan home schooling dan belajar melatih diri kamu, melatih mental juga." Ujar Arthur membuat Vlora melempar buah Apel di tangannya.
"Berapa lama?" Tanya nya pelan. Matanya memerah antara menahan amarah dan tangis
"2 tahun cukup." Jawab Arthur.
Vlora bangkit dari duduknya dengan kasar. "Gak! Papa gila ngirim aku kesana? Mau aku cepet mati?" Tanya Vlora tidak percaya.
Bagaimana mungkin Arthur dengan tega mengatakan dirinya akan di kirim ke Bristol. Kota di negara Inggris yang paling Vlora hindari. Bukannya hidup tentram, justru disana hidupnya akan bertambah sulit. Pelatihan JSZ itu bukan Main-Main. Apalagi dalam waktu 2 tahun. Dengan tidak berlatih pun, Vlora bisa mengatasi kerasnya dunia. Dia ini gadis abad 22 yang banyak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVAGE
FantasyVlora Allegra adalah gadis abad ke-22. Dimana teknologi dan transportasi jauh lebih baik dan berkembang pesat. Tapi tiba-tiba dia terlempar ke masa lalu, yaitu abad ke-21. Masa sekarang, yang artinya dia melompati 100 tahun ke belakang. Renaga Laza...