Part 35

10.6K 1.7K 274
                                    

Vote komen dan follow guys 💞

Happy reading!!

****

Vlora menatap matahari yang mulai tenggelam di ujung sana. Untuk beranjak pun rasanya sangat berat karena dia sudah terlalu nyaman dengan posisinya. Sudah lama juga dia tidak melihat sunset seindah ini dan menikmatinya seorang diri.

Mungkin sudah berjam-jam dia duduk disana menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Sesuai perkataannya tadi, tidak ada yang boleh mengganggunya siapapun itu.

"Gue harus cepat selesain semuanya," ucap Vlora lalu bangkit dari duduknya.

Matanya menatap sekitarnya dengan tajam. Sepertinya dia harus menunjukkan dirinya yang sebenarnya kepada mereka. Bukan sebagai Vlora di dunia ini, tapi Vlora di dunianya dulu.

Gadis sadis yang harus membuat musuhnya berada di lubang penderitaan. Kini dia harus kembali dengan jati dirinya untuk menghancurkan mereka.

Kaki jenjangnya berjalan dengan langkah tegas memasuki bangunan kaca tersebut. Ternyata di ruang tengah sudah ada Raymond, Elena dan Renaga yang tengah berbincang-bincang.

"Saya mau pergi ke Amerika malam ini juga," ucapnya langsung.

"Gak!" tolak Renaga mentah-mentah.

"Gue mau ke Amerika." Vlora menekan kata-katanya.

"Lo inget janji Lo waktu itu? Lo harus nurut sama perkataan gue," ucap Renaga.

"Lo mau gue bunuh?" Vlora berjalan mendekat kepada laki-laki itu. Matanya menatap Renaga tajam. "Gak usah atur-atur gue!"

Renaga mencekal tangan Vlora erat. "Gue cuma gamau Lo kenapa-kenapa."

Gadis itu menyentak tangan Renaga tapi kekuatan pria itu cukup besar untuk menahannya. "Gak gini caranya! Gue harus nyelametin bokap gue."

Elena yang mulai jengah dengan perdebatan mereka segera menarik kerah belakang baju anaknya. "Sudahlah sayang, Jangan mengekang gadis itu. Kau bukan siapa-siapa dia," ucapan ibunya itu mampu menggores hati kecilnya.

Bukan siapa-siapa? Kalimat itu mampu menyadarkan dirinya. Benar sekali, tapi kenapa dia merasa mempunyai hak atas Vlora? Apa ini obsesi semata? Tidak tidak! Ini bukan obsesi. Tekannya dalam hati.

"Dia bisa menjaga dirinya sendiri," ungkap Raymond yang masih santai duduk di sofa.

"Aku akan ikut dengannya," ucap Renaga.

"Apaan! Enggak," ucap Vlora tidak setuju.

"Vlora.." geram Renaga dengan tangan terkepal. Kenapa gadis ini sangat susah sekali di atur?

"Ih sumpah Lo aneh banget Renaga," ungkap Vlora.

Elena terkekeh kecil mendengar ungkapan Vlora. Dia sangat hapal tabiat anaknya seperti apa. Jika sudah menginginkan seseorang, dia akan memperjuangkannya sampai menjadi miliknya. Apapun caranya pasti akan anak itu lakukan.

"Dia tidak akan kenapa-kenapa, kau tenang saja," ucap Elena kepada Renaga. Lalu bibirnya di dekatkan ke telinga anak itu. "Kau tau dia sangat berbeda bukan? Kenapa tidak percaya saja?" bisiknya.

Menghela nafasnya dalam-dalam. Renaga akhirnya mengangguk setuju. "Terserah Lo aja," ucapnya kepada Vlora.

"Kamu yakin pergi sendiri?" tanya Raymond kepada Vlora. Siapa tahu jika tidak ingin bersama Renaga. Gadis itu bisa membawa anak buahnya yang berada di sini.

"Tidak perlu om. Saya punya anak buah sendiri," ucapnya datar.

"Anak ini benar-benar sombong, sama seperti ayahnya," ucap Raymond dalam hati.

SAVAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang