46

6.7K 1K 68
                                    


Beberapa jam kemudian, terdengar suara beberapa mobil diluar sana.

Prince langsung beranjak dari duduknya, Karena dia saja yang tidak ada kerjaan di antar mereka. Sedangkan yang lain baru saja pergi ke dapur untuk membuat makanan.

"Halo om," sapa Prince kaku.

Arthur hanya menatap sekilas Laki-laki di depannya, lalu menatap ke dalam ruangan seolah mencari seseorang.

"Dimana Vlora?"

Prince masih terdiam di tempatnya. Ternyata seperti ini rasanya berdiri di depan orang yang berprofesi sebagai mafia. Dua kata yang keluar dari mulut Pria itu saja sudah mampu mengintimidasinya. Sial!

"Silahkan masuk Om." Prince bergeser kesamping untuk mempersilakan Arthur masuk kedalam.

Sedangkan Pria itu memerintahkan anak buahnya untuk menunggu di luar saja. Hanya dia yang masuk bersama dengan Aaron.

"Papa!" Vlora sedikit berlari menghampiri Arthur.

Grep!

Arthur tidak bisa menahan untuk tidak langsung memeluk Putrinya. "Kamu bikin Papa khawatir Vlora!"

"Maaf Pah," hanya itu yang bisa Vlora katakan.

"Udahlah Kak, biar gue yang gantian meluk ini anak," ucap Aaron seraya menarik Vlora kedalam pelukannya.

Hanya beberapa detik saja mereka berpelukan. Karena Aaron langsung memutar-mutar tubuh Vlora. "Gak ada yang lecet kan?" tanya nya.

Vlora memutar bola matanya malas. "Gak ada. Apaan sih udah Aaron! Gue pusing," gerutu Gadis itu.

"Awas aja kalo ada yang lecet! Gue lempar Mereka ke lautan," ucap Aaron sungguh-sungguh.

"Gue gapapa," tekan Vlora jengah.

"Sudahlah Aaron. Nanti mereka yang terlibat dengan penculikan ini juga tidak akan hidup tenang," ucap Arthur yang membuat mereka terdiam.

Bener. Karena kalimat seperti itu yang keluar dari mulut seorang Arthur adalah mutlak. Dia akan melakukan hal apapun yang bisa membuat mereka menderita.

"Lo di tolongin sama mereka?" tanya Aaron.

"Iya. Mereka yang nolongin gue."

"Terimakasih sudah menolong anak saya. Sebagai gantinya, kalian bisa meminta apa saja akan saya penuhi," ucap Arthur kepada mereka berempat. Tentunya masih dalam batas yang wajar.

"Kebetulan banget nih Pah. Mereka emang lagi butuh bantuan Papa," ucap Vlora seraya mengikuti Aaron yang sudah duduk di sofa.

"Bantuan apa?" tanya Arthur.

Vlora menunjuk Darka untuk mengatakan keinginan mereka. Setelah itu mengalir lah cerita dari mulut Laki-laki itu.

Arthur hanya merespon dengan anggukan. Hal seperti itu hanya masalah kecil baginya.

Setelah kembali dari tempat ini dia akan langsung memerintahkan anak buahnya untuk mengecek identitas orang-orang yang terlibat dalam kasus tersebut.

Arthur yakin, hanya butuh beberapa hari saja untuk bisa membawa Kakek mereka kembali.

"Makasih Om, kita gatau lagi minta bantuan sama siapa. Soalnya cuman Vlora yang kita kenal. Sekali lagi terimakasih Om," ucap Darka.

Arthur mengangguk mengiyakan. "Santai saja. Kalian juga yang bantuin Vlora."

Ada pancaran kebahagiaan di mata mereka bertiga. Sepertinya bantuan tersebut sungguh berarti bagi mereka. Semoga saja Kakek yang mereka harapkan kepulangannya bisa segera cepat di temukan. Dan segara kembali berkumpul dengan mereka lagi.

SAVAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang