Part 38

10.5K 1.7K 229
                                    

🕊️🕊️🕊️

Keesokan harinya, Vlora masih setia berada di rumah sakit.

Gadis itu tengah memainkan handphonenya yang sudah berhari-hari tidak dibuka.

Isi pesannya penuh dengan grup sekolah. Menurut berita, sekolahnya tengah mengadakan acara Class Meeting.

Mika juga mencarinya yang tak kunjung bersekolah hampir satu Minggu. Gadis itu begitu khawatir karena Vlora hilang tanpa kabar. Bahkan surat izin saja tidak ada.

Vlora tersenyum kecil melihat spam chat dari sahabatnya.

Tiba-tiba wajahnya menjadi datar saat Mika mengatakan Galen sudah kembali bersekolah. Dia khawatir akan terjadi sesuatu kepada Mika karena Laki-Laki bodoh itu.

Bukannya Galen menghilang bersamaan dengan Eliza? Lantas kenapa baru sekarang Laki-Laki itu memunculkan batang hidungnya kembali? Apa ada rencana lain lagi untuk mengganggu Mika?

Berbagai pikiran Negatif terus bermunculan di pikirannya.

Dengan datangnya Eliza mungkin juga Gadis itu akan balas dendam atas perbuatannya waktu itu.

Brak...

Vlora menatap datar orang itu.

"Bodoh! Kenapa lo bisa disini?" Aaron menghampiri Vlora dengan sorot khawatir serta marah.

Vlora diam tidak menjawab. Bahkan untuk menatap Aaron saja dia tidak ingin.

Kemana Perginya Laki-Laki itu saat dirinya berjuang melawan musuh seorang diri?

Kemana perginya Laki-Laki itu saat Paula meninggal?

Bahkan saat Arthur terpuruk saja dia tidak ada.

Katanya Laki-Laki itu pergi membantu Orangtuanya. Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Entah kemana perginya Aaron selama ini.

Lantas apa maksudnya baru datang saat semaunya sudah berantakan? Vlora Benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Aaron.

"Kenapa lo diem aja? Jawab gue!" Aaron menyentuh pundak Vlora.

Vlora menepis tangan Laki-laki itu, lalu menatapnya tajam. "Gak usah pegang-pegang gue. Lo tau sekecewa apa gue sama Lo?" ucapnya dingin.

"Maksudnya?"

"Gak usah pura-pura bego Aaron." Vlora menghela nafas kasar. "Lo kemana aja selama ini? Lo gak bantuin Orangtua gue kan?"

"Gue bantuin mereka."

Vlora tersenyum sinis. "Bantuin apaan? Doa?"

"Gue ada pas penyerangan waktu itu. Sorry kalo gue gagal jagain nyokap Lo. Waktu itu lawan kita gak sebanding Vlora," jelas Aaron.

"Sebelum nyokap Lo meninggal, dia udah suruh gue pergi karena situasi udah makin kacau. Dia juga kehilangan banyak darah karena tembakan."

"Posisi gue disana juga sama. Banyak peluru yang bersarang di tubuh gue. Waktu itu gue cuma bisa bawa tubuh gue keluar dari sana sendiri. Nyokap Lo bilang bakal ada Arthur yang bakal nyelametin."

Aaron mengusap wajahnya kasar. "Ternyata gue dapet kabar kalo bokap Lo juga juga di Sandra."

Vlora mendengarkan dengan seksama. Entah seperti apa menderitanya Paula saat itu. Menunggu Arthur yang tak kunjung menyelamatkannya, lalu kematian lah yang menghampirinya.

"Terus setelah itu Lo kemana?"

"Gue pulang ke Inggris. Disana gue di rawat 5 hari. Pas denger kabar kalo musuh mati semua gue kaget."

SAVAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang