🕊️🕊️🕊️Bau obat-obatan adalah hal yang pertama masuk kedalam indra penciuman Renaga.
Laki-laki dengan tubuh tinggi itu kembali menutup pintu yang dibukanya barusan. Berjalan pelan kearah brankar, lalu mendudukkan tubuhnya di kursi yang tersedia disana.
Terdengar helaan nafas kasar dari Renaga saat melihat perempuan itu terbaring lemah tidak sadarkan diri, dengan masker oksigen yang menutupi hidung dan mulutnya.
Dia adalah Vlora.
Ya, sudah 4 hari gadis itu tidak membuka matanya.
Setelah penyerangan besar-besaran waktu itu, Vlora langsung tidak sadarkan diri begitu sudah jauh dari lokasi kejadian. Sampai saat ini pun, gadis itu belum memberi tanda-tanda akan siuman.
Vlora terluka parah akibat kejadian tersebut. Peluru ternyata tidak hanya mengenai tangan dan kakinya saja. Tapi punggung, perut, sampai lehernya ikut bergeser.
Akibatnya Vlora menjadi kehilangan banyak darah. Untung saja golongan darah yang sama dengan Vlora ada di rumah sakit besar itu. Kalau sampai tidak ada, hanya Arthur lah harapan satu-satunya.
Selama itu pula Renaga yang selalu menjaga Vlora. Karena Arthur masih terpukul atas kematian Istrinya. Pria itu seperti orang yang kehilangan kewarasannya karena tidak mau jauh dari Jasad Paula. Padahal sudah seharusnya Jasad Wanita itu segera di makamkan.
Sekarang Vlora berada di rumah sakit ternama di Kanada. Saat itu, tidak menunggu waktu lama lagi mereka langsung pergi ke Negara tersebut.
Bunyi pintu terbuka membuat Renaga mengalihkan pandangannya. Disana berdiri Elena dengan sebuah paper bag hitam di tangannya.
"Tidak ada perkembangan?" tanya Elena setelah sampai di dekat mereka.
Renaga menggelengkan kepalanya seraya menunduk. Tepukan di bahunya membuat laki-laki itu kembali mendongak.
"Tidak apa-apa, dia gadis yang kuat. Sebentar lagi juga akan siuman," ucap Elena menenangkan. Dia tahu begitu khawatirnya Renaga saat Vlora tidak sadarkan diri.
"Dad mana?" tanya Renaga.
"Dia nanti menyusul kesini."
"Pria itu?" tanya Renaga lagi. Yang di maksudnya adalah Arthur.
Elena mengerti kemana arah pembicaraan Anaknya. Jadi dia langsung mengeluarkan handphonenya, lalu menunjukan sebuah Video kepada Renaga.
Di dalam video itu terlihat Arthur tengah berbicara seorang diri kepada Paula. Pria itu bercerita, lalu tertawa setelah itu menangis.
"Dia sepertinya sangat terguncang," ucap Elena.
"Mommy sempat memberitahu keadaan Vlora padanya, tapi dia hanya terdiam dengan pandangan kosong." Elena menghela nafas panjang lalu melanjutkan kembali ucapannya, "Mungkin setelah tenang, dia akan kemari."
"Untuk Jasad Paula, sepertinya akan bertahan hanya seminggu saja. Apalagi ini sudah masuk hari kelima dia di awetkan. Mommy sama Daddy sudah setuju secepatnya akan menguburkan Jasad Paula apapun alasannya."
Renaga mengangguk setuju dengan perkataan Elena.
Memang sedih menjadi Arthur. Di tinggal seseorang yang sangat di cintai nya untuk selama-lamanya. Apalagi Putri satu-satunya tengah terbaring koma.
"Huh!"
Ibu dan Anak itu serentak mengalihkan pandangannya ke asal suara. Ternyata Vlora sudah membuka matanya.
Gadis itu terlihat tengah mencoba melepaskan masker oksigen yang sangat amat mengganggunya. Lalu menatap Renaga dan Elena.
"Lo apa-apaan? Pake lagi maskernya!" ucap Renaga khawatir. Baru saja membuka mata sudah membuat ulah. Gila memang!
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVAGE
FantasyVlora Allegra adalah gadis abad ke-22. Dimana teknologi dan transportasi jauh lebih baik dan berkembang pesat. Tapi tiba-tiba dia terlempar ke masa lalu, yaitu abad ke-21. Masa sekarang, yang artinya dia melompati 100 tahun ke belakang. Renaga Laza...