Part 15

24.4K 4K 544
                                    

VOTE KOMEN FOLLOW

Selamat membaca

***

Vlora berjalan dengan langkah lebarnya dikoridor rumah sakit. Gadis itu menekan topinya dengan matanya yang menajam. "Axel urus orang itu," ucap Vlora pelan.

Axel yang berada di belakang Vlora mengangguk tegas. Laki-Laki berjas hitam itu langsung berlari menyusul orang mencurigakan yang berpapasan dengan mereka.

Vlora kembali melanjutkan langkahnya. Tiba di kamar VVIP nomor 201, dia langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Setelah pintu kamar kembali tertutup rapat. Gadis itu membuka topi dan maskernya. Dia berjalan menuju Paula yang tengah duduk bersila menatap kearahnya.

"Tau dari mana mama disini?" tanya Paula.

Vlora mendudukkan dirinya di sofa. Kemudian menatap Paula datar. "Axel," jawab Vlora.

"Mama kenapa bisa ketembak? Bukannya selama ini mama gak pernah ada urusan sama dunia bawah? kerjaan Sehari-hari juga gak Jauh-Jauh dari shopping, Jalan-Jalan sampe lupa waktu," ejek Vlora.

"Kamu kan gak tau apa yang Mama lakuin diluar sana," balas Paula.

"Vlora emang gak tau, tapi harus ya?nelantarin Suami sama Anak di rumah?" ucap Vlora berani.

"Selama ini Papa kamu juga biasa aja. Dia mungkin malah seneng," ucap Paula santai.

Vlora terdiam mendengar ucapan Ibunya. Memang benar, selama ini Arthur terlihat biasa saja. Sifatnya acuh, sama seperti Paula. Maka dari itu, Anak mereka yang menjadi korban dari kelakuan orangtuanya.

"Udahlah, Kamu gak capek apa ribut terus? Mama mau istirahat," Paula langsung menatik selimutnya sebatas dada.

Vlora tersenyum mengejek. Paula memang sensitif jika dia membahas Arthur. Entah apa yang terjadi dengan kedua orangtuanya itu.

Pintu kamar Tiba-Tiba diketuk dari luar. Vlora langsung menyuruh orang itu masuk.

"Kau sudah menangkapnya?" tanya Vlora setelah Axel berdiri beberapa langkah didepannya.

"Sudah," jawan Axel.

"Apa maunya?" tanya Vlora lagi.

"Orang itu tengah memantau nyonya Paula. Setelah saya cek, di saku jaketnya ada racun berbahaya," jelas Axel.

Vlora langsung berdiri dari duduknya. Dia berjalan dengan Tergesa-gesa menuju nakas yang berada disisi brankar Paula.

Tangannya terulur membawa gelas berisi air putih yang masih utuh. Dia mengendusnya pelan.

Vlora menggertakan Giginya dengan mata yang menyorot tajam. "Sialan!" desis Gadis itu.

Paula membuka matanya. Dia memang tidak tertidur. "Ada apa?" tanya wanita itu.

"Air itu ada racunnya. Mama gak tau?"  tanya Vlora.

"Gak," jawab Paula. Dia saja baru bangun saat Vlora datang.

Vlora langsung menatap Axel datar. "Bagaimana orang itu?"

"Dia sudah saya bunuh," jawab Axel.

"Kau!" Vlora menujuk Axel tidak percaya. Bagaimana dia bisa mencari tahu siapa dalang dibalik semuanya kalau begitu?

"Mama tau siapa dalangnya. Kamu jangan begitu sama Axel. Dia udah bener bunuh orang itu," ucap Paula.

"Biar ini jadi urusan Mama. Kamu diam dan jangan ikut campur," ucap Paula tidak ingin dibantah.

SAVAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang