part 31

14K 2.1K 1.2K
                                    

Vote, komen, Follow🔪

Vote, komen, Follow🔪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading 💞

***

Renaga memutar-mutar pulpen di tangannya dengan lihai. Tatapan matanya lurus memandang laptop di depannya yang menayangkan sebuah video pendek seseorang.

Di sana adalah adegan Vlora saat mendorong Gabriela hingga terjatuh dari atas Rooftop. Dia mendapatkan video itu dari seseorang yang memang melihat kejadian tersebut. Karena tidak ingin ada saksi mata lagi, dia langsung memerintahkan anak buahnya untuk mengurus orang itu.

"Gabriela Louis?" gumamnya. Perempuan itu tiba-tiba menghilang sebelum dia menanganinya. Padahal kondisinya sangat parah karena terjatuh dari atas Rooftop.

"Valencia?" tiba-tiba perempuan yang berada di rumah sakit tadi melintas di pikirannya. Lalu sebuah senyuman miring tercetak di bibirnya.

Senyum itu tidak bertahan lama setelah ekor matanya melihat siluet seseorang yang berada di balik jendela kamarnya.

Renaga menekan tombol kecil yang berada di pulpen miliknya. Lalu melempar nya dengan tepat sasaran.

Jleb!

"Keluar," ucapnya dengan nada rendah.

Orang itu keluar dari balik gorden setelah mengeluarkan suara ringisan kecil. Dia memakai Hoodie merah dengan wajah yang di tutupi masker.

Renaga yang melihat itu langsung bangkit dari duduknya. Dia berjalan mendekati orang tersebut yang terlihat tenang padahal darah sudah menetes dari tangannya.

Laki-laki itu hendak membuka penutup wajah orang tersebut. Tapi tangannya langsung di tepis secara kasar.

"Gue bisa sendiri," setelah mengatakan itu, dia langsung membuka maskernya.

"Lo?" Renaga sempat menampilkan ekspresi terkejut karena di depannya ini adalah Vlora. Untuk apa gadis itu datang ke kamarnya di larut malam seperti ini.

"Kenapa?" tanya Vlora.

"Ngapain disini?" tanya Renaga datar. Dengan tiba-tiba dia langsung menarik lengan Vlora, lalu membawanya ke tepi kasur. Tangannya membawa kotak P3k yang berada di dalam nakas.

Laki-laki itu dengan telaten mengobati luka akibat ulahnya. Sedangkan Vlora menatap Renaga dengan pandangan sulit diartikan. Entah kenapa orangtuanya begitu mempercayai laki-laki ini.

"Udah, makasih," Vlora menarik tangannya.

Renaga mengangguk, lalu mendongakkan kepalanya menatap Vlora. "Muka Lo kenapa pada lebam? Siapa yang buat Lo kayak gini?" tanyanya.

Vlora hanya diam tidak menjawab pertanyaan Renaga. Justru dia menatap serius wajah laki-laki itu. "Tolongin gue," ucapnya.

"Kenapa? Cerita sama gue," ucap Renaga.

SAVAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang