Part 39

10.3K 1.6K 96
                                    

***

Setelah berjam-jam menyadarkan Arthur dari pemikiran bodohnya. Akhirnya Pria itu setuju untuk menguburkan Jenazah istrinya.

Sesuai kesepakatan bersama, Paula akan di makamkan di Indonesia. Tempat kelahirannya.

Sekarang mereka semua tengah berada di jet pribadi milik Raymond.

Beberapa jam lagi mereka akan tiba di Indonesia.

Vlora, Elena, Shannon dan Raymond tertidur selama perjalanan berlangsung. Menyisakan Renaga, Aaron serta Arthur yang masih setia membuka mata.

Di belakang sana Aaron menatap Renaga tajam. Berani sekali anak itu menyentuh keponakannya. Lihatlah, tangannya yang seperti minta di potong itu tengah mengelus Rambut Vlora.

Renaga yang merasakan di tatap seseorang langsung mengalihkan pandangannya. Dia mengangkat sebelah alisnya saat tahu seseorang itu adalah Aaron.

Tersenyum mengejek, lalu kembali mengelus rambut Vlora. Dia juga menghirupnya dalam-dalam hingga Aaron semakin kepanasan di belakang sana.

Setelah ini Aaron akan memberitahu Arthur. Semoga saja mata Pria itu terbuka untuk menjaga Putrinya.

***

30 menit yang lalu mereka sudah menginjakkan kakinya kembali di Indonesia.

Sekarang semuanya tengah berada kediaman Arthur untuk memproses pemakaman Paula.

"Lo kok gaada sedih-sedihnya sih Vlo," bisik Mika heran.

Sebelum rombongan mereka tiba di sana, Gadis satu itu memang sudah menunggu di kediaman sahabatnya.

Sekarang kediaman Arthur memang sudah di perbaiki beberapa Minggu yang lalu. Penyerangan tempo lalu memang menghanguskan setengah dari rumah tersebut.

"Gue sedih, Lo gatau aja," balas Vlora.

"Halah, gue liat Lo biasa aja," ucap Mika.

"Terserah." Vlora langsung pergi begitu saja.

Saat ini mereka sudah siap untuk mengantarkan Paula ke peristirahatan terakhirnya. Setelah tadi harus melalui beberapa proses.

Vlora, Arthur dan Aaron memasuki mobil Jenazah bersama-sama. Di depan mereka ada anak-anak JSZ yang memimpin. Lalu di belakang mereka ada mobil keluarga Raymond dan anak buah Pria itu.

Mobil mereka membelah jalanan yang lumayan ramai. Suara sirine serta kode dari anak JSZ mampu membuat pengguna jalan menepi hanya untuk memberi jalan.

Arthur menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Matanya yang biasanya tajam sekarang menjadi berkaca-kaca. Terlihat banyak kesedihan di dalamnya.

Dia tidak menyangka hari ini adalah hari terakhirnya melihat Paula.

Sentuhan tangan di pundaknya membuat di terkesiap. Lalu mengangguk saat Vlora memberitahu bahwa mereka sudah tiba.

Jenazah Paula yang berada di dalam peti langsung di angkat oleh anak JSZ seraya Arthur dan Aaron yang berada di paling depan.

Vlora membenarkan kacamata hitamnya. Bohong kalau dia tidak menangis saat melihat peti Paula di timpa oleh tanah, lalu perlahan-lahan mulai tertutup sempurna.

Di balik kacamata hitamnya, air mata gadis itu tidak kunjung berhenti. Memang sakit menangis tanpa suara.

Gadis itu berjongkok di dekat Arthur. Lalu ikut menaburkan bunga.

"Mama kamu sudah pergi, Sekarang hanya tinggal kita berdua saja," ucap Arthur.

"Papa mohon jangan pergi juga seperti Mama kamu."

SAVAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang