9| Indomie Soto

485 77 14
                                    

Setelah perjalanan selama dua jam yang ditempuh Karina bersama Genta, akhirnya keduanya sampai di depan rumah Karina. Jam masih menunjukan pukul 9 malam. Karina yang tertidur pulas di dalam mobil dengan diselimuti hoodie abu-abu milik Genta, membuat lelaki itu tidak tega untuk bisa membangunkan Karina. Menurutnya, Karina terlihat damai dalam tidurnya kali ini. Tidak seperti biasanya, Karina sesekali, atau bisa dibilang sering kali tertidur dengan kening yang berkerut. Dapat terlihat kegelisahan yang ada dalam tidurnya. Genta membiarkan temannya ini untuk bisa memiliki tidur nyenyak yang cukup untuk sementara. Membuatnya bertemu dengan mimpi yang indah sebelum harus kembali terbangun untuk menyapa dunia yang kejam ini.

Malam ini Irene mendapat panggilan mendadak sehingga ini membuatnya harus pergi meninggalkan Jakarta dan segera menuju Bali. Tentunya Irene menitipkan Karina bersama Genta sebelum ia kembali ke Jakarta besok pagi. Rumah Karina terlihat gelap dari luar. Yang menerangi rumah itu hanya lampu teras dan lampu halaman luar.

Karina tertidur selama 2 jam lamanya. Ia terbangun karena terbatuk. Saat membuka matanya, ia tidak dapat menemukan Genta di sebelahnya. Ia segera turun dari mobil dan segera  mencari Genta.

"Genta?" cari Karina ke halaman rumahnya. Ia masih tidak bisa menemukan laki-laki itu. Nggak mungkinkan Genta pergi nggak pamit dan meninggalkan mobilnya di halaman rumah Karina terus dia jalan kaki ke rumahnya?

Karina menunggu laki-laki itu di depan pintu rumahnya. Berjongkok sambil memainkan beberapa kerikil yang ada di halaman rumahnya. Ia tiba-tiba melihat sebuah sepatu Vans hitam yang sangat dikenalnya. Ia tersenyum dan segera mendongakan kepalanya ke atas.

"Kenapa nggak masuk aja, hm?" tanya orang itu

Karina masih tersenyum melihat kedatangannya "Nungguin kamu. Pas aku  bangun kamu nggak ada"

"Kalo ternyata gue udah pulang gimana? Lo mau nunggu semaleman disini?"

"Aku tau kamu nggak akan pulang sebelum pamit sama aku, jadi aku tungguin disini"

Iya, karena kamu bukan orang  yang asal pergi tanpa bilang apa-apa, Genta.

"Dih pede amat. Udah ah ayo masuk. Gue tadi habis ke warungnya Mang Wawan ngindomie, laper hehehe"

Pintu rumah Karina buka dengan kunci cadangan yang  selalu ia pegang. Keadaan rumahnya gelap dan kosong. Yah walaupun emang rumah ini memang selalu sepi dan kosong  sih karena hanya ditinggali oleh Karina dan Mami. Terlebih jika Mami punya urusan di luar  kota, maka rumah ini hanya  akan ditinggali  oleh Karina. Suasana yang sepi dan kosong di rumah ini sudah menjadi suasana sehari-hari bagi Karina. Mungkin buat orang lain ini bukanlah tempat pulang yang layak, tidak ada orang-orang yang menyambutnya ketika ia  pulang, atau tidak ada seseorang yang membukakan pintu rumah untuknya.Tapi bagi Karina, rumah ini lebih dari cukup. Ada seseorang yang menjadi alasan bagi Karina untuk pulang. Ada seseorang yang selalu menerimanya kembali untuk pulang, ada seseorang yang selalu mengharapkan kepulangannya. Iya, rumah itu Mami. bukan masalah bangunannya, tapi perasaannya. Karina bersedia untuk bisa mengikuti rumahnya pulang kemana saja. Mami tempatnya untuk pulang. Tempat yang membuatnya merasa aman dengan segala kondisi yang sedang dialaminya. Tempat yang selalu menyambutnya pulang. Tempat yang bisa membuat Karina tidak takut untuk dihujat atau dinilai— Tempat yang selalu membuatnya merasa berharga.

"Lo mau makan apa? Biar gue masakin"

Karina terbuyarkan dari lamunannya. "Ah ya, gimana? Sorry i just blanked out"

Genta menghela nafasnya berat dan memutarkan badannya untuk bisa menghadap Karina "Gue nanya, lo mau makan apa, Karina?"

"Ah itu..." Karina tidak tahu harus menjawab apa karena sekarang dia benar-benar sedang tidak ingin makan. Nafsu makannya hilang  untuk sesaat.

ErstharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang