44|sandal hilang

288 46 6
                                    

"Hah..." helaan napas memecah keheingan diantara mereka. Deretan mobil sepanjang jalan tol membuat Karina menghela napasnya berat. Genta menengok, mengalihkan seluruh perhatiannya pada perempuannya. "Capek ya?" Karina mengangguk. Badannya sudah ia rebahkan menyandar pada jok mobil.

"Aku ngeliat kayak gini setiap sore, sebenernya udah biasa sih, cuma tetep aja bikin capek."

"Pake supir aja ya, Karina?" Opsi ini sering kali Genta saranka pada Karina. Sejak keduanya sudah bekerja dan disibukkan dengan kegiatannya masing-masing, Genta suka sekali menawarkan Karina untuk bisa punya supir pribadi, Karina sering sekali terjebak macetnya Ibu Kota. Saat Genta bertanya mengenai posisinya, jawaban Karina tidak jauh-jauh dari 'masih di jalan'. Walau Karina tidak pernah mengeluh megenai kemacetan Jakarta, namun dari suaraya jelas terdengar dia kelelahan.

"Nggak usah, Genta."

"Kamu nggak sekali dua kali pulang kantor ngantuk loh, Ra. Bahaya sumpah."

"Iyaa, tapi masih bisa ditahan."

Genta berdecak kesal. Seberapa banyakpun dia memaksa, jika pilihan Karina suah bulat, maka itu tidak bisa diganggu lagi. "Kamu akhir-akhir ini kecapekan banget deh."

"Hmmm"

"Ra? Tidur?"

"Nggak kok. Dikantor emang lagi banyak kerjaan aja. Makanya capek, overwhelmed banget akunya." Karina memejamkan matanya sembari menjawab pertanyaannya Genta.

"Udah biasa kayak gini?"

"Iyaa"

"Terus kalo aku lagi nggak bisa jemput kayak gini, kamu nyetir?"

"...."

"Aku marah beneran kalo kamu maksa nyetir sendiri padahal kondisi sekarang aja udah loyo begini."

Mengingat kegiatan jemput-menjemput antara Genta dan Karina memang jarang sekali bisa dilakukan. Hanya kebetulan saja, seminggu ini Genta mendapat jadwal kososng, sehingga dia bisa fulltime jadi supir Karina.

"Gentaaa jangan marah-marah dulu ih." Rengek Karina masih dengan matanya yang terpejam.

"Ya lo nya mah dikasih tau batu banget, guenya sampe kesel sendiri."

"Iya iya maaf ya Genta" Ucap Karina sambil mengambil lengan kiri Genta untuk dipeluk.

"Gue ngomong serius, Ra." Ucap Genta diikuti dengan kecupan di dahi Karina. Genta memang suka memarahi Karina karena kesembronoannya. Saat Genta mulai marah itulah Karina mulai clingy kepada Genta. "Iya nanti aku kalo kecapean nggak nyetir sendiri."

Di tengah kemacetan itu, tidak sepenuhnya menguras energy Genta dan Karina. Keduanya masih menikmati gemerlap lampu malam Jakarta dengan alunan lagu yang diputar oleh stasiun radio.

"Kamu tau nggak sih, masa ada anak magang baru di kantorku yang dia keknya caper gitu sama Om Tae?" cerita Genta dengan kekehanya.

Karina tersenyum geli "Hah? Gatel gimana wkwkw"

"Ya gitu, kayak bawain bekel Om Tae, trus caper bikini kopi, kalo rapat maunya sebelahnya Om Tae terus" kekeh Genta. "Padahalkan anak magang ya, aturan mah duduknya sama ketua divisinya, berani banget duduk sebelahan langsung saa CEO nya. Situ sekretaris?"

Karina tertawa renyah. Geli membayangkan betapa risih omnya kala itu. Om Tae benar-benar tidak suka dengan perempuan agresif dan caper. Omnya itu tipe laki-laki yang menyukai perempuan hard to get.

"Ya gapapa sih, asalkan nggak ke kamu" ucap Karina samar.

"Hah? Apa?"

"Hngg nggak papa—terus Om Taenya gimana?"

ErstharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang