Lucu, saat tahu bahwa Genta sempat mengira bahwa Karina memang akan berakhir dengan Jevano sesuai dugaannya. Kejadian yang dia lihat selama kurang lebih 5 detik telah menimbulkan patah hati terbesar yang membuat seorang Ganenta Nala kabur ke Bali selama 5 hari. Memang, sebuah salah paham benar-benar akan bisa menghancurkan segalanya. Semua kejadian kemarin karina jelaskan apa adanya pada Genta. Namun, akan tetap ada rahasia yang Karina jaga dari Genta, demi melindungi laki-laki itu dari lebam biru yang akan menghiasi wajahnya.
Karina menjelaskan pertemuannya dengan Jevano kemarin dibawah kemerlap suasana malam Bali. Sekarang keduanya sedang berjalan di beach walk bersama, merayakan status baru mereka. Walaupun memang tidak banyak yang berubah. Genta tetap Genta. Bahkan sebelum menjalin komitmen itu, Genta sudah bersikap demikian pada Karina. Cerita mengenai malam itu Karina jelaskan secara runtut. Dari awal mula ketika Karina sudah membuat keputusan, kepada siapa hatinya akan berlabuh, sampai alasannya menemui Jevano malam itu. Masih menjadi rahasia juga mengapa Karina dengan berani memilih Genta dibandingkan Jevano. Satu pertanyaan yang tidak akan bisa Genta tanyakan pada Karina walaupun dia sangat ingin mengetahui itu.
"Aku pikir, kalau aku mau memulai sesuatu yang baru, aku harus bener-bener nyelesain apa yang udah aku mulai. Dan ketemu Jevano malam itu, adalah caraku untuk menyelesaikan apa yang masih tertinggal."
"Tapi kalian berdua udah selesai jauh sebelum ini, Karina."
Karina tersenyum pedih, kata selesai antara dia dan Jevano sebetulnya tidak benar-benar nyata adanya. Yang mengakhiri adalah Jevano, tanpa sepersetujuan Karina. Bagi perempuan itu, mungkin Jevano yang sudah selesai dan pergi, tetapi tidak untuk Karina. Hubungan mereka belum selesai. Tidak sebelum Karina mendapat alasan yang jelas dari Jevano. Bukan hanya sekedar pergi dan meninggalkan tanda tanya besar baginya. Selama ini, hatinya masih mencari jawaban dan pembuktian. Pembuktian bahwa memang semua ini salahnya, itulah mengapa Jevano beranjak pergi. Namun, dengan pengakuan Genta kemarin, itu rasanya menjadi pukulan keras bagi Karina. Jevano, bukan segalanya. Buka mata, yang menyayangi dirinya sudah berdiri tepat di depannya. Yang siap merangkulnya kalau Karina jatuh. Bukan sebagai orang yang menyebabkan Karina jatuh.
Karina dan Jevano bertemu di restaurant yang biasa mereka datangi, dulu. Jevano dengan senyum manisnya, datang dengan perasaan gembira. Masih sama, laki-laki itu dengan jaket hitam kulitnya, bersama wangi maskulin yang bercampur dengan wangi tubuhnya yang asli. Susah menebak parfum yang digunakan Jevano, karena sebenarnya, hangat tubuhnya sendiri sudah memiliki wangi yang khas.
"Udah lama nunggunya, Ersthara?" Jevano menarik kursinya untuk duduk.
"Aku mau kita udahan." Tegas Karina, bahkan kursi di depan Karina belum sepenuhnya di duduki tapi kalimat menohok itu sudah menjadi sambutan bagi Jevano.
"Maksudnya?"
"Aku tau ini nggak masuk akal, you left me years ago, you have Yesha now, but—" Kalimat itu tersendat karena ragu. "—kita sama-sama tau kalo akhir-akhir ini kita kembali dekat. Bahkan secara terang-terang kamu bilang mau balik lagi sama aku. Itu artinya secara nggak lagsung kita terlibat kembali. Dan aku pikir, kita nggak bisa kayak gini terus, Jeno."
"Kenapa?" tanya Jevano dingin.
"Kamu tanya kenapa? Bukannya udah jelas? Kamu punya Yesha, dan aku juga punya hak buat mencari 'Yesha' ku sendiri kayak kamu."
"Come on, Ersthara, we both know very well, cinta kamu masih buat aku. Your eye tells everything."
"Then how about you? Your eye tells everything too, Jevano. Jelas kamu masih sayang aku—"
"Memang pernah aku nggak sayang kamu, Ersthara?"
"That's not the point!" suara Karina mulai meninggi. "Kalau kamu bisa sayang sama aku tapi pacarannya sama Yesha, maka aku juga bisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ersthara
Fanfic[ ft jeno & jaemin ] Do i look like i care to your explanation? But well- mau aku masih marah sama kamu atau nggak, itu bukan urusan kamu. For your information aja, aku nggak suka diganggu sama orang asing" "Orang asing? Sejak kapan aku jadi orang...