Sesampainya di kampus, Genta sama Karina langsung berpisah, Karina langsung bertemu dengan pihak kampus yang ingin bekerjasama pada projek Karina, sedangkan Genta, seperti tadi yang ia katakan, ia sedang buru-buru karena harus menghadiri bimbingan skripsi dengan dosennya. Iya, Genta dan Karina terpaut jarak satu tahun. Genta sedang melakukan skripsinya— sedangkan Karina masih berada di semester 5.
Karina berjalan di koridor kampusnya, tentunya dengan ekspresi datarnya yang dingin. Seantero kampus tau, bahwa Karina adalah orang yang tidak bisa mereka sentuh, atau dengan kata lain, tidak bisa didekati. Karina memang memiliki paras yang sangat cantik, diikuti dengan aura dingin yang ia miliki. Namun, Karina selalu menarik diri dari orang-orang. Bukan karena Karina sombong dan tidak mau berteman dengan penghuni kampus, tapi Karina hanya tidak pandai dalam mengekspresikan perasaannya dan tidak tahu bagaimana caranya memulai percakapan atau basa-basi dengan orang asing, sehingga ia takut banyak orang akan merasa tidak nyaman saat berteman dengannya. Siapa yang tahu bukan? Dibalik sikap dingin, tanpa ekspresi yang Karina tampakan, ia memendam spekulasi tak berdasar terhadap dirinya sendiri.
Setelah pertemuannya dengan pihak kampus selesai, Karina pergi ke taman kampus sambil menunggu Genta, untuk menyelesaikan tugas persiapan projeknya yang belum selesai atau sesekali mengecek email yang masuk ke iPadnya. Karina memilih mengerjakan tugasnya di taman karena disana pemandangannya bagus dan teduh. Yah, buat yang penasaran, kampus Karina dan Genta adalah kampus swasta yang cukup mahal dengan fasilitas yang sangat mendukung mahasiswanya untuk mengasah kreativitasnya.
"Karina...?"
Mendengar namanya dipanggil, Karina langsung menolehkan kepala ke sumber suara. Saat melihat orang itu, Karina tentu kaget bukan main, tapi yah— ia tetap bisa menyembunyikan kekagetannya dengan wajah tenang dan dinginnya.
"Jevano?" tanya karina dingin
"Thank god kamu masih inget sama aku—" Laki-laki itu tersenyum dengan sangat manis sampai matanya menghilang
"—Apa kabar?" sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman
"As you can see, im fine" jawab Karina seadanya, tanpa membalas tangan itu.
"Well— tetap dingin dan nggak bisa disentuh. As expected from Karina Ersthara Pranyasiwi"
Karina tetap fokus pada iPadnya dan beberapa lembar kertas yang berisi gambar desain baju dan sepatu di tangannya tanpa memperdulikan laki-laki tadi.
"Kamu lagi ngerjain tugas kampus ya? Pasti tugas dari dosen kamu banyak ya? Disuruh apa nih? mungkin aku bisa bantu"
Karina tetap diam dan tidak memperdulikan Jevano
"Karina, ngapain sih? Kok diem aja?"
"Karina...."
"Karina aku tau kamu denger aku walaupun kamu pake airpods. Itu nggak ada lagunya, kebiasaan kamu"
"Karina—""Can you stop disturbing me and just go? Can't you see i'm doing my job?" Balas karina ketus
"Kok kamu marah sih? Aku kan tanya baik-baik, lagian kita juga udah lama nggak ketemu, wajar dong kalo aku kangen sama kamu dan pengen ngobrol sama kamu. Emangnya kamu nggak kangen ya sama aku?"
"Why should i do that kind of nonsense"
"Karina, kamu masih marah sama aku karena kejadian itu? Aku kan udah minta maaf sama kamu dan jelasin semuanya sama kamu kalo waktu itu aku cuma—"
"Stop right there, and do i look like i care to your explanation? But well— mau aku masih marah sama kamu atau nggak, itu bukan urusan kamu. For your information aja, aku nggak suka diganggu sama orang asing"

KAMU SEDANG MEMBACA
Ersthara
Fanfiction[ ft jeno & jaemin ] Do i look like i care to your explanation? But well- mau aku masih marah sama kamu atau nggak, itu bukan urusan kamu. For your information aja, aku nggak suka diganggu sama orang asing" "Orang asing? Sejak kapan aku jadi orang...