Katanya, ada hukum porsi kebahagiaan yang dimiliki oleh setiap manusia di muka bumi ini. Sepajang hidupnya, kebahagiaan seseorang sudah dijatah oleh Tuhan sedari awal. Jadi, bagi siapapun mereka yang memiliki hidup susah,mungkin saja itu rencana Tuhan untuk terus menghabiskan kebahagiannya diakhir setelah mereka bersusah payah diawal. Buah manis atas jeri payah mereka. Porsi susah mereka sudah mereka habiskan diawal, sehingga nanti orang-orang seperti itu tinggal menikmati kebahagiaan sepanjang sisa hidupnya.
Itulah yang Karina percaya. Segala kemalangan yang pernah dia rasa dan dia dapat, sepertinya sudah mulai pudar dan diganti dengan kebahagiaan sedikit demi sedikit. Hidupnya mulai tenang dan stabil. Tidak berhenti Karina menikmati hari-harinya dengan senyum hangatnya. Selalu menyisihkan waktu untuk merenungi dan bersyukur bahwa akhir-akhir ini banyak sekali hal baik yang terjadi pada dirinya. Namun ternyata, hal itu hanya bertahan hingga semalam—sebelum Mami menelfonnya dan memberitahukakan berita yang terasa seperti sambaran petir baginya.
Katanya Papinya kritis, dan sedang dirawat di ICU. Begitu tiba-tiba untuk Karina. Sepertinya dari kemarin-kemarin tidak ada kabar bahwa Papinya sakit, tapi ternyata Papinya langsung masuk ke ruang ICU. Pagi ini Karina berangkat ke rumah sakit. Ingin menjenguk Papinya segera walaupun laki-laki itu belum siuman.
Sesampainya dirumah sakit, Karina disambut oleh Tante Ghania dan Haikal di ruang tunggu keluarga. Netranya menangkap mata sembab milik Tante Ghania, walaupun sepertinya istri Papinya itu tersenyum hangat menyambut Karina. Semakin diperhatikan sepagian ini, memang Tante Ghania banyak melamun tiba-tiba jika dia tidak banyak diajak bicara. Penampilannya jelas tidak serapi biasanya. Hanya kaus panjang oversize denga rambut coklatnya yang tidak dikuncir rapi. Tante Ghania sendirian, karena Haikal harus sekolah. Tentu saja, Karina merasa iba ditengah-tengah perasaannya yang berkecamuk gundah.
“Papi… kenapa tiba-tiba kritis, Tante?” tanya Karina mencoba mengalihkan perhatian Ghania supaya perempuan itu tidak melamun.
Ghania tersentak sedikit karena tiba-tiba dilontarkan sebuah pertanyaan. “Tante juga baru tau, Karina.” Ucapnya dengan senyum hambarnya. “Tante tiba-tiba dapet telfon aja dari Papi kamu, jam 12 malem kalau dia ternyata opname di rumah sakit. Mau disusul malah bilang nggak usah besok aja. Haikalnya pasti udah tidur. Eh besoknya langsung kritis.”
“Papi tiba-tiba opname sendiri? Ke rumah sakit sendiri?”
“Kayaknya begitu…” Ghania masih menjelaskan dengan senyum yang dipaksakan. Tersenyum hingga matanya melengkung seperti bulan sabit, senyum pura-pura untuk menguatkan diri sendiri. “Kayaknya memang sengaja biar Tante sama Haikal nggak khawatir. Itupun pas Tante sampai di rumah sakit paginya, udah ada Mami kamu duluan.”
“Mami?”
“Iya. Mungkin tau karena dikabarin sama temennya. Kan dokternya Papi kamu.” Jelas Ghania.
Ada perasaan aneh dalam diri Karina. Dia merasa bersalah terhadap Tante Ghania secara tiba-tiba. Karina hanya tiba-tiba menangkap kekecewaan yang sepertinya dirasakan Tante Ghania saat melihat Mami. Harusnya, yang ada disana Ghania bukan…? Apapun alasannya, bukannya harusnya keluarga terdekat yang harusnya dikabari terlebih dahulu mengenai kondisi pasien? Tante Ghania pasti merasa seperti tidak diutamakan. Orang lain mengetahui kondisi kesehatan suaminya lebih dulu dibanding dirinya. Orang lain ada di sisi suaminya terlebih dahulu dari pada dirinya. Terlebih, ini adalah mantan istrinya. Karina rasa, ini adalah hal yang seharusnya tidak terjadi.
Seperti perang batin, di satu sisi Karina sedikit senang karena rasanya seperti memiliki keluarga yang normal. Maminya ada saat Papi sakit, saat Papi ada titik rendahnya. Tapi di sisi lain hal itu salah. Bukan lagi tugas Mami untuk melakukan hal itu. Lagi-lagi isi kepalanya berisik. Karina hanya bisa berempati terhadap apa yang dirasakan Ghania walaupun perempuan itu tetap terlihat ceria dan tegar di depan Karina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ersthara
أدب الهواة[ ft jeno & jaemin ] Do i look like i care to your explanation? But well- mau aku masih marah sama kamu atau nggak, itu bukan urusan kamu. For your information aja, aku nggak suka diganggu sama orang asing" "Orang asing? Sejak kapan aku jadi orang...