11| what if

381 71 10
                                    

Karina benar-benar nggak tahu apa  yang sebenernya ada di pikiran Jeno saat ini. Kayaknya ada yang salah di otak Jevano. Bisa-bisanya dia mengucapkan kata-kata kayak gitu sedangkan Jevano tahu betul hubungan dia dengan Karina itu kayak apa sekarang. Percaya diri sekali bukan?

Karina mengulurkan tangannya pada kening laki-laki itu. "Kamu sakit ya?"

Jevano menarik tangan Karina dari keningnya "Nggak, Karina."

"But you just said nonsense, Jevano. "

" I think that is possible to happen right?"

"Silly you" jawab Karina malas.

"Back to the  topic, siapa dia?"

"Ini nggak ada urusannya  sama sekali sama kamu, Jevano." ucap Karina sambil memotong chicken gordon bluenya

"It is, makanya aku minta permintaan ini, dan kamu bersedia. I know you're a woman with your words. So, who is he?"

"Ganenta Nala Pradipati. Putra dari Tirtayasa Pradipati, salah satu pemilik perusahaan batu bara terbesar di Indonesia. Cukup?"

"You know that's not what  i mean, Esther. Ada hubungan apa kamu sama dia?"

"Dia  temenku"

"Just a friend? Kok kayaknya nggak mungkin?"

"Look, Jevano, aku nggak ada kewajiban buat meyakinkan kamu tentang hubungan apa yang sedang aku jalani sekarang. Kamu bukan siapa-siapa. Jadi please, don't step the line."

"Tapi dia  bukan pelarian kamu biar bisa lupa sama aku kan?"

"Are you kidding me Jevano Sastrawidjaya? Apa nggak keterlaluan buat kamu kalau ngucapin itu ke aku barusan? Lagian, asal kamu tau aja, Aku mengenal Genta jauh sebelum aku mengenal kamu. Jadi, bukannya aku yang harus jadiin kamu pelarian saat Genta nggak ada?" Ucap Karina dengan smirknya yang dingin.

Karina boleh menjadi wanita bodoh di depan Jevano, tapi dia nggak akan bisa jadi wanita yang dipandang sebelah mata oleh orang lain, sekalipun itu Jevano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karina boleh menjadi wanita bodoh di depan Jevano, tapi dia nggak akan bisa jadi wanita yang dipandang sebelah mata oleh orang lain, sekalipun itu Jevano. Karina punya seribu cara untuk bisa membuat lawannya bertekuk lutut di depannya hanya dengan membalikkan ucapan si lawan.

Jeno mengeraskan rahangnya sekilas, tapi kemudian ia tersenyum. "Nggak, Ersthara. Kamu nggak akan bisa bohong sama aku. Bahkan semua orang bisa melihat bagaimana cara kamu menatap aku, tentu aja berbeda dari bagaimana cara kamu menatap Genta. So i guess, you still love me right?"

"Cih, kayaknya aku harus beliin kamu kaca deh. Kamu nggak sadar ya? Dengan cara kamu mengejar aku segiat ini, bukannya kamu yang masih mengharapkan aku buat bisa kembali ada di sisi kamu, Jevano? Kenapa? Kamu udah  putus sama Yesha?"

Jevano nggak bisa berkutik lagi. Yang diomongin Karina barusan menurut Jeno udah  keterlaluan, apalagi kalau  harus membawa Yesha.

"Well, i guess someone's pissed right?" Karina tertawa kecil.

ErstharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang