Alergi Jeno terhadap kacang memang bisa dibilang pada reaksi alergi yang parah. Alergi Jeno bisa mencapai pada gangguan pernafasan dan bisa menyebabkan adanya pingsan. Sebenernya Karina tau itu, cuma karena dia sudah lama nggak bertemu dan makan bersama Jeno, jadi dia lupa.
Dokter masih berusaha menangani Jeno. Dalam ruang tunggu itu Karina mencoba menelfon Mami. Karina ketakutan dan panik. Telfon itu tidak dijawab oleh Mami. Kemudian dia berusaha menelfon Genta, tapi sayangnya Genta juga tidak mengangkat telfonnya.
Karina mencoba melakukan panggilan lain. Terdengar nada sambung di seberang.
tuut...tuut...
"Halo?" jawab laki-laki diseberang.
Karina tidak bisa berbicara. Malah, air matanya mulai turun.
"Halo, Karina?"
Karina semakin larut dalam tangisannya. Seperti awan yang sudah berada pada titik jenuhnya. Hanya menunggu satu embun lagi untuk terbentuk, maka hujan akan segera turun.
Karina terisak.
"Hey, Karina, you okay?"
"Papi...." Karina semakin menangis. Bahkan dia belum sempat menjelaskan keadannya. Dia hanya bisa menangis karena kekhawatirannya pada Jeno.
"Hey, hey, don't cry. Take a deep breath."
Tangis Karina semakin terdengar jelas. Sambil terisak, Karina mencoba berbicara. "...Papi, maaf, tapi Papi bisa kesini nggak.....?" Karina berusaha berbicara semampunya. Dalam bicaranya Karina masih menangis sesenggukan.
"Share your location. I'll be there."
Karina mengirimkan lokasinya kepada Papi saat itu juga.
"Karina, kamu ngapain di rumah sakit? kamu ada yang sakit?"
"....nggak Papi. Karina nggak papa, tapi-"
"oke, I'll be there in 20 minutes. Kamu tenang dulu ya"
Begitulah panggilan telfon itu di selesaikan. Karina awalnya bener-bener ragu dia harus telfon Papinya apa nggak. Tapi pikiran Karina beneran kalut banget. Karina udah nggak mikir panjang tentang bagaimana hubungannya sama Papi.
Keadaan Jeno sudah mulai stabil. Dia sudah selesai ditangani oleh dokter. Yang bisa dilakukan sekarang yaitu menunggu Jeno siuman.
Karina menunggu Jeno untuk sadar di sebelah brangkarnya. Dia menggenggam tangan Jeno yang lemah. Menggenggamnya dan menyatukan dengan tangannya. Mengangkat tangan itu dan merapalkan doa tak henti-henti.
Karina baru pertama kali menghadapi kejadiaan seperti itu. Dimana orang yang dikenalnya tiba-tiba kesulitan bernafas dan jatuh pingsan. Wajar jika dirinya sekarang masih amat ketakutan dan khawatir.
Suster baru saja selesai mengurusi Jeno, dan meminta Karina untuk menyelesaikan urusan administrasi. Karina baru akan beranjak dari kursi sebelah brangkar, tapi ternyata sudah ada tangan yang menahan bahunya untuk tetap tinggal.
Karina menoleh keatas, seakan matanya kembali ingin dibanjiri air mata.
"Papi......"
"Shhh, dia udah nggak papa. Papi udah bicara sama dokter diluar. Alerginya udah nggak ganggu pernafasannya lagi. Kamu udah boleh tenang sekarang" ucap John tenang.
Tanpa aba-aba dan tanpa ijin yang keluar, Karina seketika memeluk Papinya. Membuat John membeku dan kehabisan kata-kata. Ini terlalu mendadak dan tidak bisa diduga oleh John. Selama 20 tahun terakhir, dia tidak pernah memeluk anak ini. Anak yang lahir di dunia tanpa keinginannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ersthara
Fanfiction[ ft jeno & jaemin ] Do i look like i care to your explanation? But well- mau aku masih marah sama kamu atau nggak, itu bukan urusan kamu. For your information aja, aku nggak suka diganggu sama orang asing" "Orang asing? Sejak kapan aku jadi orang...