35| haikal

274 54 19
                                    

Hai Hai!
Sebelumnya aku ucapin maaf banget karena lama nggak update sebulanan ini. Sebagai permintaan maaf, aku double up yaa. Buat pengantar ke part ini, kalian bisa baca bart sebelumnya dulu biar nggak lupa, karena part ini agak banyak nyambung di part sebelumnya. Selamat membaca!

Menjadi orang yang suka membatalkan janji tentu saja bukan Genta banget rasanya. Dia selalu membenci orang-orang yang membatalkan janji, apalagi jika karena orang itu lalai dalam mengatur waktunya. Tapi entah kenapa, sekarang Genta malah mulai menjadi orang yang suka membatalkan janjinya. Sebenernya baru dua kali sih, cuma itu sudah terhitung banyak, apalagi janji yang dia batalkan bersama Karina. 

Mungkin banyak orang akan menilai Genta sebagai orang yang tidak tegas dan mulai melupakan Karina. Yah, bukannya Genta mulai tidak memprioritaskan Karina. Hanya  saja, dalam penempatan prioritas itu terkadang pemenang posisi pertama belum tentu selalu didahulukan. Ada banyak sekali faktor x yang bisa secara mendadak menggeser posisi Karina sebagai rangking satu prioritas Genta.

Toh dari dulu memang seperti itu. Karina tidak keberatan jika Genta tidak selalu ada bersama dia setiap saat. Mereka sama-sama dewasa, sama-sama mengerti kapan harus menjadi egois dan kapan harus mengerti satu sama lain. Cuma, Genta akui dia salah karena dia benar-benar tidak bisa menempati janjinya. Still, no excuse. Genta still wrong, no matter what, that's why he feels sorry to her. 

"Genta! disini!" ucap perempuan riang itu sambil melambai-lambaikan tangannya  di udara. Sekali melihat pun Genta sudah bisa mengenalinya langsung, Dengan rambut panjangnya yang hitam, senyumnya yang periang, serta tubuhnya yang terbilang cukup tinggi untuk standar perempuan Indonesia. 

Genta menghampirinya, celingukan ke sana kemari, "Mobil lo mana Wel?"

"Udah dibawa tadi sama Mahesa" Ucap Wella diikuti dengan senyumnya yang sumringah.

Genta terperangah, kemudian mengerutkan kedua alisnya. Ada rasa kesal dicampur heran yang melingkupi dirinya. "Kalo ada Hesa tadi, kenapa nggak bareng Hesa aja sih, Wel?" Tidak terdengar nada suara yang ramah dari kalimat Genta barusan. Ekspresinya pun tidak bisa dibohongi bahwa Genta mungkin sedang merasa kesal sekarang.

"Gue lagi nggak mau ah bareng Hesa" seru Wella.

"Ya nggak gitu Wel. Namanya juga kan lo lagi urgent, mending sama Hesa tadi. toh mobil lo akhirnya  dia yang ngurus. Kalo bisa sekali selesai urusan lo sama Hesa, kan lo nggak perlu minta bantuan yang lain, nggak efektif, Wel."

Wella sedikit kaget didengarnya. Untuk pertama kalinya, Genta mengucapkan sesuatu yang menusuk untuk Wella. Selama ini Genta tidak pernah mengekspresikan ketidaksukaannya ataupun kritiknya terhadap Wella. Jadi wajar jika Wela merasa kaget dan tidak nyaman. "....sorry, gue ngerepotin lo ya?"

Genta menghela nafasnya, berusaha mengatur emosinya supaya tidak meluap-luap. Namun jika boleh jujur, ingin rasanya Genta meninggalkan Wella saat itu juga untuk kembali menemui Karina. Karena Wella, Genta jadi tidak bisa menemani Karina. "ck, nggak gitu—" lagi-lagi Genta menghela nafasnya "—gue cuma menyayangkan tindakan lo aja. Kalo lo bareng Mahesa kan mungkin orang lain bisa ngerjain hal lain, nggak jadi bolak-balik kayak  gini". Genta membuang wajahnya dari Wella.

"...lo sibuk ya?" tanya Wella ragu. 

"Lumayan, ayo gue anter balik." ucap Genta tanpa melihat Wella. Sejujurnya Genta tidak berniat bersikap semenyebalkan ini sih. Cuma entah kenapa tiba-tiba Genta jadi malas berinteraksi dengan Wella. Ditambah, sampai sekarang Karina belum menelfonnya untuk memberikan kabar apakah dia sudah sampai ditempat tujuan atau belum.

Selama di perjalanan, hanya terdengar suara radio yang memenuhi mobil. Jalanan Jakarta siang itu tidak terlalu macet, jadi hanya membutuhkan waktu setengah jam untuk bisa sampai ke rumah Wella. Genta jelas melihat Mahesa yang beridiri di depan pagar rumah Wella. Mahesa pun sepertinya juga sedang menunggu Wella, dengan menatap fokus pada handphone yang dia genggam di tangan kanannya. Wajahnya pun terlihat bingung saat mobil Genta datang mendekat.

ErstharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang