Terkadang Karina bertanya-tanya, bagaimana bisa Tuhan menggambarkan sebuah perpisahan dengan begitu indahnya melalui terbenamnya sang surya. Warna jingga yang memenuhi langit ditemani dengan gurat keunguan yang mendramatisir langit sore itu. Untuk sebagian orang, mereka sangat mendambakan momen pergantian antara siang dan malam itu. Bersedia duduk manis dengan secangkir kopi digenggamannya. Menikmati siraman cahaya jingga yang memenuhi langit Jakarta. Mungkin sunset adalah satu-satunya perpisahan yang tidak akan pernah mereka benci.
Langit sore ini pun terlihat cantik. Sabit sudah terlihat ditemani dengan kemerlip bintang. Warna kemerahan mendominasi langit. Namun sayang, pemandangan ini tidak berarti apa-apa untuk Karina sekarang. Pikirannya tidak benar-benar hadir untuk menikmati lukisan Tuhan sore ini. Langkah kecilnya terlihat terburu-buru, seperti tanpa arah. Karena memang, dia sendiri tidak tau tempat mana yang harus dituju, untuk menemukan adiknya.
Lewat beberapa pesan yang dikirim oleh Haikal, Karina benar-benar mengkhawatirkan anak itu sekarang. Karina pun juga segera menghubungi Papinya untuk bertanya apa yang sudah Papinya lakukan pafa Haikal.
Fakta bahwa Papinya membiarkan Haikal sendirian, di negara orang, terlebih setelah menemukan rahasia besar tentang keluargnya, membuat Karina kalang kabut mencarinya. Dia nggak cukup mengenal Haikal untuk bisa tahu tempat seperti apa yang biasa Haikal tuju saat suasana hatinya kacau. Yang hanya dia tahu, bahwa Haikal benci tempat-tempat yang sepi. Dia lebih memilih berada ditengah keramaian, saat dia membutuhkan ruang pribadi, dari pada berada di tempat sepi yang semakin memperburuk suasana hatinya. Menurut Haikal, berada di tempat ramai membantunya untuk mengingat bahwa masih ada banyak sekali orang di dunia ini yang siap menemaninya. Jika memang orang-orang terdekatnya tidak bisa, maka petugas kebersihan sudah cukup untuk Haikal.
Hal itu lah yang membawa Karina untuk mengunjungi Jembatan Penyebrangan Orang Pinisi, Sudirman. Tempat itu cukup ramai dikunjungi orang banyak. Ada yang hanya sekedar berfoto-foto, menikmati suasana malam Jakarta, dan lainya. Dan benar tebakannya, Karina melihat anak laki-laki dengan seragam sekolahnya, berbicara dengan salah satu pasukan orange. Senyuman ceria itu masih jelas terlihat, dengan lesung pipinya yang kecil, walau sorot matanya mengatakan hal yang berbeda. Karina hanya bisa melihatnya dari kejauhan, masih menyaksikan, bagaimana bisa anak itu berbicara begitu hangat kepada petugas kebersihan yang baru dia temui saat itu juga? Bahkan sepertinya Haikal memberikan sebungkus roti sobek beserta kopi untuk teman barunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ersthara
Fanfiction[ ft jeno & jaemin ] Do i look like i care to your explanation? But well- mau aku masih marah sama kamu atau nggak, itu bukan urusan kamu. For your information aja, aku nggak suka diganggu sama orang asing" "Orang asing? Sejak kapan aku jadi orang...