Aku lekas bangkit dan menengahi mereka. Ali hanya diam pasrah. Sedang Dafa, tampaknya masih ada amarah yang tersisa di hatinya."Hei, tenanglah. Ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan. Kamu salah paham." Aku mencoba menenangkannya.
"Salah paham? Salah paham gimana? Jelas-jelas aku liat dia berbuat kurangajar sama kamu!" sewotnya.
"Gue tadi jatoh gak sengaja jatohnya nimpa bini lu!" terang Ali.
"Ah, lu pasti modus kan?" tuding lelakiku nyolot.
"Gua beneran gak sengaja, Daf. Seriusan!" Ali mengacungkan jarinya membentuk huruf V.
"Apa yang dibilang Ali itu bener. Jadi, tadi kaki Ali tersandung kaki meja itu." Kutunjuk kaki meja makan biang kerok semua ini.
"Nah, posisi aku di sini." Aku menunjuk posisiku tadi, "Terus Ali ngagubrak meluk aku, karena aku gak kuat nahan beban tubuh dia, aku jatuh. Jadi posisinya kayak yang kamu lihat."
"Apa perlu gua dan bini lu reka adegan?" sahut Ali.
"Enak aja! Gak perlu!" sewot lelaki bocilku lantas menarik lengan ini meninggalkan ruang makan.
"Besok pagi buta kita harus sudah keluar dari pulau ini!" teriak lelakiku. Keputusannya tidak bisa lagi diganggu gugat. Aku dan Ali hanya bisa pasrah menuruti kemauannya.
Besok hari Senin, dan kebetulan tanggal merah. Planningnya, Senin sore baru pulang. Tapi, karena tragedi tadi, rusak sudah mood suamiku. Sampai di kamar, dia langsung packing.
"Beneran nih, kita besok pulang pagi buta?" tanyaku dia masih diam, sibuk mengemasi barang ke dalam koper, "Katanya besok pagi mau mancing dulu, terus hasil pancingannya mau dibawa pulang ke kota."
"Gak ada mancing-mancingan! Pokoknya besok pagi kita harus pulang! Aku gak mau ambil risiko."
"Risiko apaan, sih?" tanyaku tak paham.
"Kalau lama-lama di sini, bisa-bisa Ali beneran suka sama kamu. Aku gak mau sampek itu terjadi. Karena kamu itu cuma milikku seorang!" tegasnya.
Aku terkekeh mendengar pernyataannya itu. Lucu sekaligus gemas. Kalau lagi cemburu begini, dia terlihat imut. Sifat kekanakannya keluar. Dia seperti anak kecil yang takut mainannya direbut orang lain. Menggemaskan, bukan?
"Kok malah ketawa? Kamu pikir aku ngelawak? Hah?!" Dia semakin sewot.
"Bukan begitu. Kamu lucu kalau lagi cemburu begini." Kuraih kedua tangannya dan aku genggam erat, mata kami bertemu.
"Dengar! Meskipun Ali suka sama aku, tapi aku gak akan ... nolak," godaku. Dia menarik paksa tangannya kemudian berbalik memunggungi. Aku mengulum bibir menahan tawa yang siap meledak. Seru juga ngerjain dia kayak gini.
Gegas kupeluk dia dari belakang dan menyandarkan dagu di pundaknya. "Aku gak akan berpindah ke lain hati, karena udah terlanjur nyaman dan betah di hatimu."
"Awas aja kalau sampek berpindah ke lain hati!" ancamnya, "Aku juga bakal pindah ke lain hati," lanjutnya. Sontak aku melepaskan pelukan dan berdiri di hadapannya berkacak pinggang.
"Oh, jadi gitu? Oke! Aku sama Ali aja!" sewotku sambil berjalan ke arah pintu hendak keluar. Dia langsung berlari mendahuluiku menghalangi dengan merentangkan tangan.
"Aku cuma bercanda," ucapnya. Detik kemudian dikunci pintunya dan kuncinya dia kantongi.
"Tidur! Besok pagi banget kita harus udah bangun."
Aku bergeming. Dia yang semula sudah melangkah ke dekat ranjang, kembali mendekatiku. Tanpa ba-bi-bu membopong tubuh ini dan membaringkan perlahan ke atas kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU BOCAH
RomanceAWAS BAPER KUADRAT!!! Sama keuwuan bocil Dafa 19 tahun with istrinya, Mbak Safa 29 tahun. Ya, sejauh itu selisih umur suami istri ini.😉