Selesai mandi, aku langsung menuju kamar dengan perasaan tidak keruan. Yang jelas jantung ini tidak baik-baik saja. Sampai di depan pintu, hati ini mendadak meragu saat akan masuk. Tangan maju mundur urung meraih hendel pintu. Kuhela napas panjang, lantas beranikan diri membuka pintunya. Aku menghela napas lega saat mendapati suamiku tengah terlelap duduk di atas kasur dengan posisi punggung dan kepalanya bersandar pada kepala ranjang."Aman," lirihku. Lantas ganti baju dan tak lupa bersolek tipis-tipis. Kemudian meraih sisir siap menyisir rambut. Mata ini membelalak saat tiba-tiba sebuah tangan mencekal lenganku. Aku pun urung menyisir rambut.
"Biar aku yang sisirin," pintanya. Aku tersenyum. Tatapan mata kami bertemu dalam pantulan cermin. Dia lantas menyisir rambut ini dengan penuh kasih dan kelembutan.
Selesai menyisir rambut ini, diletakkannya sisir di meja rias. Kedua tangannya bertumpu pada kedua pundakku. Wajahnya di sebelah kiri pipiku, matanya menatapku dari pantulan cermin. "Cantiknya," pujinya.
"Istrinya siapa dulu, dong?" sahutku. Kami pun saling lirik sambil tersenyum.
"Istrinya Dafa cowok ganteng maksimal sejagat raya valid no debate!"
Aku memutar bola mata. "Penyakit narsisnya kumat lagi," lirihku. Dia terkekeh, kemudian mengecup pipi ini.
"Kan, Mimu udah cantik. Sekarang waktunya ...." Ucapannya terjeda oleh suara perutku yang keroncongan. Aku nyengir, sekaligus mengucap syukur dalam hati. Sepertinya siang ini aku bakal terselamatkan dari serangan brutal dan benar saja dia mengajakku ke ruang makan guna makan romantis bersama. Ya, walaupun hanya makan di rumah, tetapi suasananya dibikin seromantis mungkin oleh suamiku. Aku diperlakukan selayaknya ratu, bukan babu. Dan itu sukses membuat mataku berkaca-kaca terharu.
"Terima kasih, ya," ucapku selesai makan sambil memeluknya dari belakang saat dia hendak mencuci piring di wastafel. Lelakiku melepaskan tanganku yang masih melingkar di pinggangnya, lepas itu dia berbalik dan kini kami berdiri berhadapan.
"Terima kasih, untuk apa?"
"Untuk semuanya. Terima kasih sudah mencintaiku sepenuh hati, memperlakukan aku dengan penuh kasih."
"Tapi, ingat! Itu semua tidaklah gratis, Nona. Ada harga yang harus kamu bayar," katanya dan lanjut mengedipkan mata genit.
"Ah, mulai lagi," gumamku bersungut.
"Bercanda, Ayang." Dia sambil mencolek ujung hidung ini. Tentu saja busa yang menempel di tangannya berpindah ke ujung hidung ini.
"Aku udah make up, loh, Ay," sungutku.
"Maaf," ucapnya sambil mengusap busa di ujung hidung dengan lengannya, "Kalau Mimu capek, istirahat aja."
Aku menggeleng. "Aku mau bantu suamiku cuci piring dulu."
"Nggak perlu. Cuma sedikit ini. Udah sana istirahat. Terserah mau rebahan apa mau nyantai di ruang tengah. Sana!"
"Ya udah kalau gitu ... aku mau tidur, ya. Ngantuk," pamitku. Setelah lelakiku mengangguk, aku berjalan meninggalkan dapur, tetapi kembali lagi.
"Kenapa?" tanyanya saat aku berdiri di sebelahnya yang tengah mengelap tangan.
"Ada yang ketinggalan," kataku. Dia pun celingukan memastikan barang apa yang tertinggal. Dia menoleh ke meja makan, lalu ke sebelah wastafel.
"Apa yang ketinggalan?"
"Suamiku!" seruku. Lantas menarik lengannya berlari masuk ke kamar, dan sesampainya di kamar kudorong tubuhnya hingga dia terbaring di atas kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU BOCAH
RomanceAWAS BAPER KUADRAT!!! Sama keuwuan bocil Dafa 19 tahun with istrinya, Mbak Safa 29 tahun. Ya, sejauh itu selisih umur suami istri ini.😉