"Lu ngapain ke sini malem-malem gini?" todongnya saat dia sudah berdiri di sebelahku."Kebetulan lewat daerah sini. Gua mampir karena kangen ama elo!" jelas Ali.
"Yakin, kangen sama gua? Bukan sama bini gua, kan?" Mataku bergerak melirik suamiku yang berdiri di sebelah kiriku. Detik kemudian beralih melirik Ali yang berada di sebelah kananku. Aku was-was, takut kalau terjadi perkelahian lagi di antara mereka berdua.
"Yaelah, masih aja lu ngeributin soal itu. Gua masih waras kali! Elo tenang aja! Gak mungkinlah gua ngembat bini lu! Lagian elu kan tau gimana tipe cewek gua?" cerocos Ali meyakinkan suami bocilku.
"Oya, gua bawain makanan kesukaan elo, nih," lanjut Ali menunjukkan paper bag.
"Ya udah, yok masuk!" Lelakiku langsung merangkul bahu Ali dan menggiringnya masuk. Asyik berbincang seolah tak pernah ada masalah di antara keduanya.
Aku? Terabaikan. Ck!
Asli sih, mereka berdua ajaib banget. Sekarang sudah bisa ngobrol dengan santai bahkan diselingi canda tawa kayak sebelum ada kesalah-pahaman kala itu. Gak ngerti sama jalan pikiran mereka, tapi bagus deh. Jadi, aku bisa tenang sekarang.
"Eh, malah bengong di situ, sih? Buatin kopi dong buat kita berdua!" titah suamiku.
"A-akh ... i-iya." Aku tersentak dari lamunan, "Sebentar, ya."
Cepat aku ke dapur. Membuat kopi dan menyiapkan makanan yang dibawa oleh Ali ke piring. Lantas membawanya ke ruang tengah dan menyuguhkan untuk mereka berdua. Aku turut duduk dan menikmati makanan dari Ali.
"Kalau makan yang bener dong! Masih aja belepotan, padahal udah gede," kata suamiku sambil mengusap makanan yang tertinggal di sudut bibir. Ali melirik kemudian membuang muka ke sisi lain.
"Hei, udah dong mesra-mesraannya! Di sini ada jomlo wei!" protes Ali. Bocil malah kian jahil menggoda, dia mendekatkan wajahnya ke dekat wajahku seolah hendak mencium.
"Gua balik, nih!" ancam Ali sambil berdiri dan menyahut jaket yang ia sampirkan pada sandaran sofa.
"Elah, baperan amat lu! Ya udah, sih, kalo mau balik, balik aja! Masih inget kan, jalan pulang?"
"Wah, temen gadak akhlak lu! Temen masih mau main, diusir!" sungut Ali.
"Lah, tadi kan, lu sendiri yang bilang mau balik."
"Udah dong! Kok malah ribut, sih? Abisin dulu Li kopinya, baru silakan pulang. Pintunya masih di tempat tadi, kok. Belum pindah." Aku ikut menggoda Ali.
"Wah, wah! Parah! Laki bini gak ada bedanya. Sama-sama gadak akhlak!" Ali duduk lagi. Kami berdua ngakak.
*****
"Aku pikir tadi kamu bakal ribut lagi sama Ali?" ujarku setelah Ali pulang, dan kini kami tengah duduk bersisian di atas kasur. Bersiap untuk tidur.
"Ngapain ribut muluk? Udah capek, gak ada enaknya. Mending nganu, biar capek, tapi enak."
"Ck, mulai ngelantur! Mulai!" Kulirik dia tajam. Dia mengacungkan jari menjadi huruf V sambil nyengir menampakkan deretan gigi.
"Ya, sebenernya kemarin kita udah sempat ketemu di bengkel. Mobilnya sempat mogok, dan aku yang hendel. Nah, dari situlah suasana di antara kami kembali mencair."
"Kok kamu gak bilang sih, ke aku kalau udah baikan sama Ali?"
"Lupa. Lagian gak penting juga, 'kan?"
"Pentinglah! Aku harus tau, karena kan, kalian berantem gara-gara aku. Apa lagi tadi, aku udah was-was banget ngira kalian bakal baku hantam lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU BOCAH
RomansaAWAS BAPER KUADRAT!!! Sama keuwuan bocil Dafa 19 tahun with istrinya, Mbak Safa 29 tahun. Ya, sejauh itu selisih umur suami istri ini.😉