1

160K 10K 1K
                                    

Sosok berpakaian seragam sekolah kebanggaannya itu tampak berjalan dilapangan. Jika orang berjalan di koridor tapi beda dengannya yang suka berjalan di rumput lapangan.

Satu-persatu murid cewek berteriak dan menyapanya. Hal itu semakin membuat senyumannya menjadi lebih cerah.

"Hai, cantik!"

"Senyum dong manis!"

"Kamu makin cantik, deh!"

Setiap pagi itu adalah ritual yang dilakukan olehnya. Apalagi jika bukan menggoda siswi sekolahnya.

Kesenangan terus berlanjut hingga sosok guru mulai berlari mengejarnya. Ia yang tidak tahu apa-apa seketika berlari menghindari sang guru.

"Calvin Kafeel Balindra! Kesini kamu! Jangan lari!"

Calvin Kafeel Balindra atau yang lebih dikenal Alvin. Lelaki yang cukup terkenal di sekolahnya. Lelaki itu dikenal bukan karena prestasi melainkan kenakalannya juga sifat gonta-ganti pasangan.

Namun, jangan salah lelaki itu berasal dari keluarga jenius. Tapi hanya dirinya yang tidak menuruni sifat jenius kedua orang tuanya juga kakaknya.

Hal itu terkadang membuatnya sedikit kepikiran. Tapi bundanya tidak mempermasalahkan hal tersebut bahkan saat para tetangga mulai bergosip ria. Jika dirinya ditanya hal yang akan dijawabnya adalah dia ingin menjadi pengusaha sukses tanpa bantuan kedua orang tuanya.

Kembali dengan keadaannya sekarang. Ia berlari dengan kencang untuk menghindari kejaran dari sang guru.

"Kamu apakan keponakan saya hingga menangis?!"

"Saya tidak tahu, Bu! Keponakan ibu saja yang dibawa perasaan!" teriak Alvin dengan berlari kencang.

Saat ingin keluar dari gerbang sekolah tiba-tiba saja dirinya tersandung. Tapi yang lebih sialnya wajahnya telak mengenai genangan air sehingga basah kuyup juga kotor.

"Ehw! Jijik banget gue!" seru Alvin dengan muka julid.

"Mampus! Anak nakal sudah terkena karma bukan!"

Setelah mengatakan itu sang guru langsung menyeret tubuh Alvin. Lelaki itu seketika menjadi berontak tapi percuma tubuhnya rasanya seperti ditarik sosok raksasa.

"Aduh, Bu! Leher saya ke cekik!" teriak Alvin untuk terakhir kalinya.

***

Alvin menghela nafas panjang tatkala sudah bisa bersanding dengan pacarnya. Ia memeluk erat guling disampingnya seolah-olah tidak ingin berpisah.

"Alvin! Sini turun!"

Alvin yang mendengar seketika mendengus kesal. Ia baru saja berpelukan dengan sang pacar. Tapi sang bunda malah memanggilnya dengan segala teriakannya.

Alvin tanpa mengganti pakaiannya segera menuruni tangga. Ia melihat jika ada kakaknya bersama dengan suami dan anaknya berada diruang keluarga.

Ia mendengus kesal sudah dipastikan keluarga itu hanya ingin numpang makan dan menyusahkan dirinya. Ia pasti akan disuruh menjaga anaknya atau tidak membeli sesuatu.

"Alvin kamu belikan Bunda kue ke toko special juga belanja keperluan sehari-hari. Masalah uang pakai dulu uang kamu."

"Kak Bella aja, Bun. Liat dia sebagai anak cewek udah punya suami malas-malasan gitu," cibir Alvin dengan menatap sinis.

"Lagipula Alvin capek baru pulang sekolah," lanjut Alvin dengan merebahkan tubuhnya di sofa ruang keluarga.

Alvin menatap sinis sang kakak yang terlihat tertawa sendiri dengan membaca sebuah novel. Jika perempuan lain jaga sikap didepan suaminya berbeda dengan cecunguk yang satu ini.

Eternal Love Of Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang