Di jalanan ia melihat para sekumpulan cewek menatap kearah mereka dengan senyam-senyum. Ia menatap pakaiannya padahal tidak ada yang salah seperti kemarin.
Tiba-tiba saja Reza mempercepat motornya membuatnya terkejut hingga memeluk pinggang lelaki itu. Ia mengumpat dengan menahan pukulannya.
"Maksud Lo apaan, sih?! Kalau gue nggak refleks mungkin udah jatuh!" teriak Vanda dengan muka masam.
"Udah nyampe," sahut Reza dengan memarkirkan motornya.
Vanda mengerutkan keningnya lalu menatap sekeliling. Ia meringis kecil ternyata mereka beneran sampai disekolahan.
"Ya, bilang dong! Gue mana tau!" gerutu Vanda dengan turun dari motor.
Namun, tidak dengan para murid-murid mereka tampak ketakutan. Pasalnya, Vanda dengan Reza itu bagai air dengan api yang tidak pernah bisa bersatu.
"Anjir, coba liat!"
"Akan ada adu jotos ngap!"
"Aduh, pangeran gue nanti bisa luka!"
"Pukul aja Van! Orang kayak mereka harus lenyap dari bumi!"
Vanda yang mendengar itu hanya tertawa kecil. Para murid-murid terlalu bodoh untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"Buat pakaian Lo rapi dalam 10 detik," perintah Reza dengan muka datar.
"Nggak mau! Lo bukan emak gue!" sanggah Vanda dengan menutup dadanya dengan kedua tangannya.
Reza yang melihat itu seketika menjadi kesal sendiri. Kemudian menarik tangan lelaki itu dengan sekali tarikan dia bisa menggapai baju Vanda.
Namun, karena terlalu kuat menarik membuat jarak mereka menipis. Tatapan mereka bertautan lalu diputuskan oleh Vanda.
"Lo itu apa-apaan, sih?! Lepasin!" seru Vanda dengan raut wajah panik sesekali mendorong tubuh lelaki itu.
Reza tidak melepaskan melainkan merangkul pinggang lelaki itu. Jarak mereka semakin menipis membuat murid-murid berteriak ricuh.
Reza segera memasang kancing lalu memasangkan dasi yang diambil dari saku lelaki itu. Vanda yang merasa mereka terlalu dekat seketika menjadi malu sendiri. Ia bukan orang yang terlalu suka berpelukan kepada orang lain.
"Sepertinya Lo sangat suka dekat-dekat dengan gue. Panda kecil Lo mau masukin baju sendiri atau gue yang masukin," bisik Reza dengan tersenyum mengejek.
Vanda yang mendengar itu seketika wajahnya terasa panas. Kemudian mendorong tubuh lelaki itu dan membalikkan tubuhnya untuk membenahi pakaiannya.
Setelah membenahi bajunya ia segera berjalan pergi. Saat dijalan ia mengipas-ngipas wajahnya yang tampak memanas.
"Vanda kenapa Lo jadi malu," gumam Vanda dengan meringis kecil mengingat kejadian memalukan.
***
Dikelas Vanda tiba-tiba menjadi tempat karaoke dadakan. Namun, dirinya tidak ikut karena mereka tampak takut dengannya.
Seketika ia menjadi penasaran seberapa menyeramkan pemilik tubuh ini. Di novel hanya diceritakan jika Vanda itu suka membully Sheren karena ingin mendapatkan perhatian gadis itu. Sebenarnya agak tidak masuk akal, tetapi ini cara Vanda untuk menarik perhatian.
"Sepertinya harus buat mereka nggak takut dan berteman sama gue," gumam Vanda dengan menatap teman sekelasnya.
Vanda berdiri membuat seluruh atensi tertuju kepadanya. Konser yang tadinya ada menjadi lenyap bahkan satu suara pun tidak ada.
"Loh, kenapa diam? Ayo lanjut gue mau nyanyi ini!" seru Vanda dengan bertepuk tangan.
Seketika semuanya kembali ricuh bahkan Vanda juga ikut bernyanyi. Teman sekelasnya yang melihat itu seketika tertawa terbahak-bahak.
"Are you ok you can plab plab with me in the classroom!" teriak Vanda dengan mengangkat tangannya.
Seketika satu kelas menjadi ricuh bahkan ada yang memutar-mutar tubuhnya seperti orang kerasukan. Vanda kini juga melakukan gerakan pargoy yang sedang viral masa kini.
Tatapan matanya tertuju kepada sosok gadis yang duduk memainkan ponsel. Ia berhenti melakukan gerakannya kemudian berjalan menuju kursi gadis itu.
"Hey, cantik! Lagi ngapain, sih?" goda Vanda dengan tersenyum lebar.
"Maaf tapi gue nggak suka uke, gue masih normal untuk nggak lesbian."
Brak!
Semua orang terkejut seketika kembali berhenti berkaraoke. Ia menatap gadis itu dengan mengerutkan keningnya.
"Uke itu apa? Lalu apa hubungannya dengan lesbian? Kita ini bisa jadi pasangan normal, loh," cecar Vanda dengan menggaruk tengkuknya.
Gadis itu menghentikan aksi membacanya. Vanda menatap gadis itu dengan terpesona karena baru kali ini sosok gadis tidak tertarik dengannya.
"Kalau Lo kepo lakuin sama cowok aja. Gue terlalu aduhai untuk Lo yang imut."
"Anjir, ganteng gini malah dibilang imut!" gerutu Vanda lalu beranjak pergi ke cewek lain.
***
Bunyi bel telah berbunyi tapi berbeda dengan Vanda yang masih sibuk bersama sosok gadis. Ia berdiri lalu diiringi oleh gadis itu.
"Cantik, ayo kita ke kantin! Gue traktir untuk hari ini," ajak Vanda dengan tersenyum manis.
"Iya, sayang."
Disepanjang jalan murid-murid menatap mereka dengan tatapan bingung. Ia cukup tahu para murid-murid itu bingung karena Vanda selama ini tidak pernah bersama gadis.
Vanda dan gadis itu memilih duduk di tengah kantin. Ia melepaskan pegangan tangannya dengan membantu gadis itu duduk.
"Cantik duduk disini dulu, ya. Gue mau beli makanan kita dulu," ucap Vanda lalu segera meninggalkan gadis itu.
Vanda berjalan menuju penjual makanan. Ia menunggu antrian cukup lama walaupun sebenarnya bisa saja menakut-nakuti yang lain agar bisa lebih cepat.
Namun, saat ingin menuju mejanya dari kejauhan dia dapat melihat gadisnya diganggu oleh beberapa orang. Ia menggeram kesal lagi-lagi para protagonis itu mengganggu ketenangannya.
Vanda berjalan cepat dengan membawa makanan ditangannya. Ia meletakkan makanannya disambut genggaman tangan oleh gadisnya.
"Lo semua ngapain ganggu gadis gue?! Gue memang anggota geng Black Devil tapi bukan berarti bisa dikekang atau diremehkan!" tekan Vanda dengan menatap tajam.
Semua orang terkejut mendengar perkataan dari Vanda. Mereka cukup mengetahui bahwa Vanda dan Reza itu rival bahkan berdekatan saja tidak bisa apalagi satu geng.
"Gadis Lo itu udah gampar Sheren!" bentak Reza dengan menatap tajam.
Vanda mengangkat alisnya lalu menatap kearah Sheren. Kemudian tertawa terbahak-bahak melihat wajah memerah dari gadis itu. Ia menatap dengan mengacak rambut gadisnya.
"Bagus, cantik! Dia ngapain Lo sampai bisa kena gampar?" seru Vanda dengan tersenyum puas.
"Sayang, masa mereka tadi ngusir aku dari sini. Padahal dimeja ini nggak ada tulisan meja mereka. Lalu aku kesal aja liat tuh cewek jadi aku gampar, deh!"
Vanda yang mendengar itu seketika tertawa menjadi-jadi. Ia bahkan tersedak ludahnya sendiri saking tertawa puas.
"Aduh! Minum uhuk!" seru Vanda dengan menepuk-nepuk dadanya.
Reza menghela nafas gusar lalu memberikan minumannya. Minuman itu langsung disambut baik oleh Vanda.
"Kena karma menertawai orang lain," sindir Reza dengan memutar matanya.
Vanda tidak menyahuti perkataan Reza lalu mengembalikan minuman itu. Ia duduk disamping Reza lalu memangku gadisnya membuat orang-orang menatapnya tidak percaya. Namun, tidak dengan seseorang yang menatapnya kesal.
"Dia nggak boleh bahagia," gumam seseorang.
***
Jangan lupa vote dan komen :)
Siapa tuh 🤔
Lanjut!
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love Of Dream [END]
RomanceCalvin Kafeel Balindra cowok yang dikenal sebagai ketampanannya. Lelaki ini sosok yang sering gonta-ganti pacar seperti pakaian atau bisa dibilang sebagai playboy. Namun, sudah tahu punya banyak pacar masih saja suka dekat-dekat. Tiba-tiba saja diri...