13

43K 5.8K 281
                                    

Vanda berjalan menuju rumahnya dengan langkah gontai. Ia seumur hidup tidak pernah ditampar oleh kedua orang tuanya. Namun, sekalinya disini baru beberapa hari saja sudah dapat tamparan.

Selama disekolah ia tidak berminat berbicara bahkan bergerak. Seharian ia hanya makan dan tidur didalam UKS.

Ia menatap sekeliling rumah yang tampak sepi. Sebenarnya ia telat pulang sekolah karena malas bertemu dengan ketiga orang itu.

"Tuan muda sudah pulang. Tadi Nyonya ada bilang jika mereka pergi ke Amerika untuk bertemu orang tua Tuan muda Anta."

Vanda mengangkat alisnya ternyata lelaki itu juga dipanggil sebagai tuan muda. Ia mengangguk pelan kemudian menaiki tangga menuju kamarnya yang berada diujung.

"Tuan muda! Tadi Tuan dan Nyonya ada memberikan sepucuk surat juga makanan."

"Letakkan saja di atas meja makan," ucap Vanda lalu beranjak pergi menuju kamarnya.

***

Didalam kamar ia menemukan lagi beberapa surat dan makanan. Ia mendengkus malas kemudian menyingkirkan semua makanan itu tanpa berminat.

"Mereka sepertinya niat banget nyogok gue. Tapi sayangnya gue nggak mudah terbuai sama beginian. Dulu aja saat gue bangun dari kecelakaan sifatnya ramah banget taunya taringnya baru keluar sekarang," gerutu Vanda dengan menatap foto keluarganya.

Vanda berjalan menuju balkon kamarnya. Ia menghirup udara berkali-kali untuk menurunkan emosinya yang sudah dinyalakan hari ini.

"Ini juga padahal Vanda yang anak kandung, tapi udah kayak anak pungut aja. Kamar berada diujung sedangkan Anta ada ditengah-tengah. Anta selalu dipuji dan dijadikan prioritas utama daripada anak mereka," gerutu Vanda dengan mengepalkan tangannya.

"Jika gue jadi Vanda udah bonyok tuh orang-orang! Tapi gue nyadar diri disini cuman numpang tubuh. Pastas aja Vanda selalu nyerang Reza karena dia juga ingin mendapatkan kebahagiaan walaupun dari cara yang salah," lanjut Vanda dengan menghela nafas panjang.

Vanda merebahkan tubuhnya di sofa dengan menatap langit jingga. Matahari hampir tenggelam dan berganti menjadi malam. Ia menghela nafas panjang lalu bangkit dengan tatapan membara.

"Lo harus semangat jika mereka nggak perhatian setidaknya uangnya bisa kita kuras habis sampai mampus! Dasar keluarga iblis mau-maunya gue dulu percaya sama kebaikan mereka!" seru Vanda dengan menatap langit.

Ting!

Vanda mengerutkan keningnya karena setahunya pemilik tubuhnya ini tidak memiliki teman sama sekali. Ia membuka ponselnya dengan sedikit ragu-ragu.

Unknown
Panda!
Cepat ke markas!
Gue tau Lo itu sendirian.
Kasian gue liatnya udah kayak anak pungut.

Vanda
Ini siapa?
Sok kenal Lo, monyet!

Unknown
Lo nggak save no gue?
Ini gue Reza ketos Lo!
Ke markas sekarang atau video Lo bocor!

Vanda
Anjir, jangan!
Bisanya ancam mulu!
Lakik bukan Lo!
Gue siap-siap dulu.

Vanda segera berlari menuju lemari pakaiannya. Ia bahkan tidak memperdulikan gaya pakaiannya lagi.

Setelah itu ia segera pergi meninggalkan rumahnya dengan kecepatan tinggi. Namun, sayangnya ia melupakan sesuatu. Ia menghentikan motornya dan memarkirkannya didepan toko.

"Tunggu ini markasnya dimana, ya?" gumam Vanda dengan menggaruk tengkuknya.

Alhasil ia memilih untuk melakukan panggilan telepon. Ia sebenarnya cukup malas melakukan panggilan telepon dengan rivalnya, tetapi jika menchat takutnya tidak menyahuti.

Eternal Love Of Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang