39

31.5K 4.3K 359
                                    

Vanda menatap layar ponselnya dengan senyam-senyum sendiri. Ia tidak memperhatikan Reza yang berjalan menuju kepadanya.

"Ngapain?" tanya Reza dengan duduk di pinggir kasur. Tangannya mengelus rambut Vanda dengan lembut.

Vanda hanya diam sesekali tersenyum tipis sesekali menggerutu. Ia menonton sebuah serial drama seorang wanita yang diselingkuhi oleh suaminya.

"Terus, kamu bawa dia ke Cappadocia. It's my dream, not her! My dream, Mas!"

Kalimat itu terus saja terngiang-ngiang dikepalanya. Vanda menatap ke arah Reza dengan menyeringai kecil.

"Coba lihat kelakuan yang udah lo lakuin! Kamu bawa Sheren pakai mobil. It's my dream, not her! My dream, Eza!" teriak Vanda dengan melempar kertas yang berada diatas meja.

"Lo udah gila!" pekik Reza dengan menatap tajam. Saat kertas itu menampar wajahnya.

"No, lo yang udah gila!" teriak Vanda dengan berkacak pinggang.

Tiba-tiba ada suara langkah kaki menuju kamar mereka. Damian mendorong pintu kamar dengan raut wajah khawatir.

"Kalian ini kalau bertengkar harus diselesaikan dengan kepala dingin. Jangan sampai emosi membawa ke titik yang salah," tegur Arzan dengan tersenyum tipis.

Vanda yang mendengar itu seketika tertawa terbahak-bahak. Kemudian ia memeluk Reza dengan erat. Hal itu membuat semua orang menjadi heran.

"Dasar menantu kurang waras! Kamu kenapa?" seru Damian dengan menggelengkan kepalanya.

"Cie, ayah mertua khawatir, ya?" ledek Vanda dengan menjulurkan lidahnya.

"Cih, saya hanya khawatir kalian akan membuat rumah runtuh," elak Damian dengan menatap tajam.

Vanda kembali menjulurkan lidahnya sebagai tanda mengejek. Reza yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Reza kembali mengelus rambutnya dengan lembut.

"Lo kenapa, hmm?" tanya Reza dengan tersenyum lebar.

Vanda yang diperlakukan seperti itu seketika menjadi membeku. Senyuman lelaki itu sangat manis ditambah lesung pipinya. Kenapa ia baru menyadari bahwa lelaki itu memiliki lesung pipi?

"Masa lo nggak kenal parodi serial layangan putus. Padahal gue tadi lagi parodi, loh!" seru Vanda dengan cengengesan.

"Jadi lo lempar kertas ke wajah gue hanya karena parodi?" geram Reza dengan tersenyum palsu.

"Hehe, sorry. Gue nggak sengaja lempar ke wajah lo," ungkap Vanda dengan cengengesan.

Reza mendengus lalu mengangguk. Kemudian ia mengecup bibir Vanda tanpa memperdulikan keberadaan Damian dan Arzan.

"Ehem, kalian jika mau seks jangan dihadapkan kami," celetuk Damian dengan tersenyum masam.

"Ketua apa anda butuh kaca?" cibir Reza dengan tersenyum mengejek.

Vanda yang mendengar itu seketika tertawa. "Kayaknya gue pernah liat ada dua sejoli lagi seks di ruang keluarga."

Damian yang mendengar itu seketika menjadi batuk. Arzan segera mengelus pundak pria itu dengan lembut. Setelah itu baru menatap Reza dengan raut wajah datar.

"Reza ke ruang kerja sekarang," perintah Damian dengan muka dingin. Setelah itu segera pergi meninggalkan ruangan diiringi oleh Reza.

***

Didalam ruangan yang gelap Damian menatap Reza dengan ekspresi wajah dingin. Begitu juga dengan yang menatapnya dengan dingin.

"Apakah dia mengetahui tentang perjanjian itu?" tanya Damian dengan mengetuk-ngetuk jarinya diatas meja.

Eternal Love Of Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang