5

61K 7.4K 587
                                    

Vanda menatap gerbang yang sekarang sudah ditutup. Semua ini bermula karena kejadian penyanderaan yang dilakukan padanya.

Saat ingin pergi menggunakan google maps tiba-tiba saja rutenya berhenti. Ia yang melihat itu seketika menjadi emosi dan berbicara sendiri. Bahkan ada anak-anak yang menyebutkan gila. Emangnya sekarang beberapa anak kecil hilang yang namanya tata krama kepada orang yang lebih tua.

Tapi tidak hanya itu saja dirinya sudah tersesat beberapa kali untuk menemukan sekolahnya. Ia bertanya kepada orang-orang malah ingin menjodohkan putrinya dengan dirinya.

Kembali dengan keadaan sekarang Vanda hanya duduk di atas motor. Ia hanya diam tanpa berkeinginan untuk teriak memanggil satpam maupun guru.

Vanda memiliki prinsip diam saat tidak berkepentingan bersuara jika pada waktunya. Namun, pada dasarnya lelaki itu hanya terlalu malas bicara bahkan berjalan. Tapi beda lagi dengan urusan menggoda cewek.

Detik demi detik dia hanya duduk di motornya tanpa rasa lelah. Jika bukan di atas motor mungkin dirinya sudah tertidur.

Tiba-tiba saja gerbang terbuka membuat senyumannya terbit. Ia jadi tidak sabar untuk tidur dalam kelas.

Vanda mengangkat kepalanya lalu agak terkejut melihat orang didepannya. Ia mengerutkan keningnya karena didepannya sekarang orang yang sama dengan kejadian tawuran. Tapi yang membedakan adalah gaya pakaian mereka.

Vanda menatap lelaki itu cukup lama. Tapi lelaki itu seolah tidak terkejut dengan kehadirannya. Apa mungkin Vanda dan lelaki itu sudah saling kenal?

"Itu ... Lo orang yang pagi tadi bukan?" tanya Vanda dengan ragu-ragu.

"Hmm."

"Dih, singkat banget nggak bisa apa bicara lebih banyak lagi?" cibir Vanda dengan memutar matanya.

"Banyak bicara."

Vanda mendengus kesal. Tatapan matanya tertuju kepada lengan lelaki itu. Di lengan almamaternya ada kain berwarna merah yang bertulisan ketua OSIS.

Vanda mengerutkan keningnya kemudian menyeringai kecil. Ia tidak menyangka pertemuan mereka akan terjadi seperti ini. Didepannya sekarang merupakan August Fahreza Bachtiar ketua OSIS SMA Nusa Bumi yang selalu diagung-agungkan oleh siswi sekolahnya.

"Cih, ternyata Lo itu bermuka dua. Disekolah sok-sokan jadi murid teladan yang taat aturan sedangkan di luaran sana sama aja kayak gue," cibir Vanda dengan bersedekap dada.

"Bagaimana Lo bisa tau kalau gue ketua OSIS sedangkan lo bilang masih amnesia?" tanya Reza dengan muka datar.

"Oh, Gosh! Lo kira gue amnesia itu bikin gue bodoh. Itu di lengan ada penanda jika jabatan Lo ketos," sahut Vanda dengan tertawa kecil.

Reza sosok itu tertawa kecil lalu menatap tajam kearahnya. Hal itu tidak membuatnya takut malah semakin tertantang membuat protagonis pria merasa terancam.

"Ah, panda kecil sepertinya lo nggak ingin hidup dengan tenang," ucap Reza dengan menyeringai.

"Of course! Siapa takut?!" seru Vanda dengan terkekeh kecil.

"Let's look forward!" seru Reza dengan tersenyum tipis.

"Hah, Lo tadi bilang apa? Gue nggak bisa bahasa Inggris," timpal Vanda dengan menggaruk tengkuknya.

Reza mengangkat alisnya. Kemudian tertawa kecil menatap dirinya. Ia yang diperlakukan seperti itu mengerutkan keningnya dengan menatap pakaiannya.

"Oh, shit!" umpat Vanda dengan menatap resleting celananya yang terbuat. Ia segera menarik resletingnya. Pantas saja selama diperjalanan orang-orang menatapnya.

Eternal Love Of Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang