Vanda menyantap makanan yang dibuatkan oleh sang mamah dengan perasaan senang. Namun, tidak begitu bahagia jika bersama kedua orang tuanya.
Ia menghela nafas panjang. Entah mengapa ia merasa jika perlakuan kedua orang tuanya sekarang tidak mengenakan baginya. Ia hanya bisa berpikir positif mungkin saja dirinya masih belum terbiasa dengan kedua orang tuanya.
"Vanda kenapa tidak makan? Masakan Mamah tidak enak, ya?"
"Enggak, Mah. Vanda cuman lagi pikirin sesuatu," ucap Vanda dengan tersenyum tipis.
Suara langkah kaki mulai terdengar disaat ruangan yang hening. Ia melihat kearah tangga dengan wajah bingung.
"Vanda coba lihat sepupu kamu! Dia selalu berpakaian rapi dan penurut tidak kayak kamu yang selalu bisa bikin malu. Berbeda sekali dengan kamu yang berpakaian tidak rapi dan pembangkang!"
Vanda yang menguyah makanannya seketika tersedak lalu mengambil minumannya. Pasalnya, ia hanya diam tanpa berbicara tiba-tiba sang papah membentaknya.
Vanda menatap kearah Anta sekali lagi. Ia menghela nafas panjang pantas saja rada aneh ternyata lelaki itu tampak berpakaian rapi. Ia hanya bisa pasrah mungkin saja Anta tidak ingin membebani keluarganya sehingga menjadi anak penurut tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.
Namun, yang ia sesalkan beberapa informasi Vanda tidak terlalu dijelaskan begitu juga masalahnya. Semua orang menjadi pemberontak pasti mempunyai alasan.
"Apa kamu mendengar perkataan Papah?!"
"Pah ini masih pagi. Vanda nggak pingin debat sama Papah. Lagipula beberapa hari ini Vanda nggak bikin masalah bukan, Papah aja yang mengungkitnya. Masa lalu, ya, masa lalu. Jangan bahas yang nggak perlu!" seru Vanda dengan memutar matanya.
"Lihat apa yang baru Papah bilang! Kamu sudah jadi pembangkang lagi."
Vanda menghela nafas panjang lalu meletakkan sendok di piring. Ia berdiri lalu berjalan dengan membawa tasnya.
"Vanda kalau orang tua bicara itu dengarkan! Sini kamu!"
"Ada apa lagi, Pah? Vanda mau pergi sekolah," sahut Vanda dengan tersenyum palsu.
"Langsung pergi ke sekolah jangan bolos lagi!"
Vanda mengangguk pelan kemudian beranjak pergi. Ia pergi meninggalkan rumah dengan perasaan dongkol.
***
Di koridor sekolah sosok lelaki tampak menggerutu. Ia tidak langsung ke kelas melainkan menuju ruangan UKS.
Vanda merebahkan tubuhnya di atas kasur. Matanya menatap langit-langit ruangan sedangkan pikirannya melayang entah kemana.
Vanda mengingat kejadian pagi yang membuatnya cukup kesal. Ia tidak menyangka perlakuan keluarga Wikananda akan seperti ini kepada putranya sendiri.
Ia mengakui jika pemilik tubuhnya dulu sangat nakal dan suka tawuran. Tapi dapat disimpulkan jika semua ini disebabkan keluarganya yang tidak mendukung mimpinya sehingga menjadi anak yang pemberontak.
Ia sebenarnya juga cukup kesal dengan Anta. Lelaki itu hanya diam dan seolah-olah menyudutkannya jika dirinya bersalah.
"Ngeselin banget! Sebenarnya Anta itu bermuka dua sama kayak temannya!" teriak Vanda dengan melempar sendok ke lemari.
Ceklek
Vanda tertegun dan berhenti bergerak tidak lupa untuk menutupi wajahnya menggunakan selimut. Ia menahan nafasnya tatkala mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.
Saat suara langkah kaki berhenti membuatnya sedikit bingung. Ia terus menutup wajahnya dengan perasaan dongkol.
Alhasil memilih untuk menyibak selimutnya dengan muka masam. Ia dikejutkan dengan kehadiran Reza dengan membawa beberapa buku di lengannya.
"Cih, Lo lagi! Lo udah kayak jelangkung tau nggak!" cibir Vanda dengan menatap sinis.
"Lalu Lo kayak orang nggak waras ngomong sendirian," ejek Reza dengan menyeringai.
Vanda menatap sinis kemudian kembali tidur di atas kasur. Ia tidak memperdulikan keberadaan lelaki itu yang terus saja menatap dirinya.
"Lo itu kayaknya kurang kerjaan banget," cibir Vanda dengan memainkan ponselnya.
"Oh, benarkah? Tapi sayangnya kerjaan gue sekarang nangkap murid nakal yang suka bolos," sahut Reza dengan terkekeh kecil.
Vanda seketika membeku diam. Ia bisa-bisa melupakan jika lelaki didepannya sekarang seorang ketua OSIS sekolahnya.
Vanda cengengesan lalu segera mengambil aba-aba untuk kabur. Saat sudah berlari tiba-tiba sebuah tangan menarik dirinya.
"Strategi lari Lo udah ketara. Ikut gue atau video celana merah muda Lo ke sebar," tekan Reza dengan menyeret tubuh lelaki itu.
"Reza yang baik kali ini aja lepasin gue. Hari ini gue nggak mood buat jalanin hukuman," rengek Vanda dengan memberikan tatapan memohon kepada Reza.
Reza tertegun melihat rengekan dari lelaki itu. Kemudian tertawa kecil dengan bersedekap dada.
"Sayangnya rayuan Lo nggak berguna bagi gue," sahut Reza lalu kembali menyeret tubuh lelaki itu.
***
Vanda kini berada di gudang sekolah dengan membawa peralatan untuk mencat. Ia tidak habis pikir hukuman yang diperintahkan kepada saat berada di dunia ini cukup aneh.
Vanda mengangkat peralatan itu dengan susah payah. Awalnya ia bolos karena ingin menenangkan pikirannya. Akhirnya malah semakin membuatnya tambah sial terutama bertemu dengan Reza.
Ia berjalan menuju lapangan basket dengan perasaan dongkol. Ia segera melaksanakan hukumannya yaitu membantu tukang untuk mencat lapangan sekolah.
Vanda melakukan hukuman dengan menggerutu sesekali tidak sengaja terlalu banyak menuang cat hingga terkena marah. Ia melanjutkan acara hukumannya dengan raut perasaan dongkol.
Akhirnya disaat guru sedang lengah ia segera berlari meninggalkan lapangan. Saat berada didepan toilet samar-samar ia mendengar suara kegaduhan dari dalam.
"Tolong! Tolong ... hiks ..."
"Diam! Teriak gimana pun nggak ada yang dengar!"
"Lepas! Tolong lepasin!"
"Udah nikmati aja dulu, hahaha!"
Vanda tertegun mendengar suara kegaduhan apalagi suara minta tolong dari dalam. Ia segera mendobrak pintu toilet hingga terbuka.
Dihadapannya nampak seorang gadis bersama cowok. Tapi nyatanya gadis itu tampak dipaksa untuk bersama. Dapat dilihat dari pakaiannya yang sedikit robek.
"Oh, ternyata ada cowok brengsek. Gue memang juga suka gonta-ganti pacar tapi nggak bakalan maksa orang lain untuk memuaskan hasrat," celetuk Vanda dengan bersedekap dada.
"Lo jangan ikut campur! Lo itu hanya sebuah benalu SMA Nusa Bumi!"
Vanda yang mendengar itu seketika tertawa terbahak-bahak. Ia memegang perutnya yang sakit karena terlalu lama tertawa.
"Dih, kalau gue benalu sekolah lalu Lo apa? Parasit sekolah gitu?" ledek Vanda dengan bersedekap dada.
"Sial!"
Tiba-tiba saja lelaki itu menyerang dirinya. Ia yang belum siap alhasil tersungkur ke lantai. Ia yang tidak terima akhirnya melawan dan terjadi aksi perkelahian antara keduanya.
"Kalian berdua ngapain?! Keruangan BK sekarang!"
Akibat pertengkaran itu keduanya diseret keruangan BK. Anta sebagai perwakilan dari keluarga Vanda juga ikut berhadir didalam ruangan. Lalu tidak hanya itu teman-teman Anta juga ada didalam ruangan.
"Kamu ini sudah berapa kali bertengkar dan membuat masalah! Apa kamu tidak peduli dengan reputasi orang tua kamu?!"
Vanda mengangkat alisnya. Ia hanya terkekeh kecil untuk apa memperdulikan reputasi karena yang menjadi tempat pulang adalah keluarga. Reputasi tidak selalu membawa kebahagiaan.
"Reputasi adalah hal yang kolot," sahut Vanda dengan tersenyum tipis.
Plak!
***
Jangan lupa vote dan komen :)
Apaan tuh 🤔
Lanjut!
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love Of Dream [END]
RomanceCalvin Kafeel Balindra cowok yang dikenal sebagai ketampanannya. Lelaki ini sosok yang sering gonta-ganti pacar seperti pakaian atau bisa dibilang sebagai playboy. Namun, sudah tahu punya banyak pacar masih saja suka dekat-dekat. Tiba-tiba saja diri...