6

58.4K 7.3K 373
                                    

Vanda berjalan menelusuri lorong sekolah. Tubuhnya dipenuhi oleh keringatnya bahkan rambutnya agak basah. Siswi-siswi mulai menatap dirinya membuatnya agak bahagia.

Vanda mengendarkan pandangannya. Matanya kini tertuju kepada sosok gadis yang memakai bando pita berwarna biru tua. Ia tampak menyukai dan merasa tertantang akan gadis itu.

"Hei, lo yang pakai bando pita biru!" seru Vanda dengan tersenyum tipis.

"Aku? Vanda aku salah apa?"

"Lo nggak salah kali ini gue," ucap Vanda dengan bersedekap dada.

"Jadi ..."

"Gue minta maaf karena udah jatuh cinta kepada lo!" teriak Vanda dengan tersenyum lebar.

Gadis itu tidak menjawab melainkan air matanya mengalir. Vanda yang melihat itu seketika menjadi panik sendiri. Ia memegang pundak gadis itu lalu mengelap air matanya.

"Hey, jangan nangis! Nanti gue dikira orang buat macam-macam," seru Vanda dengan menatap sekeliling ternyata murid-murid lain sudah menatapnya.

"Cih, ternyata masih saja suka bully orang lain!"

"Cowok tapi bisanya lawan cewek doang!"

"Heh, Vanda lawan gue kalau berani!"

Vanda menggeram kesal lalu membalikkan tubuhnya. Kini tidak ada lain senyuman di wajahnya hanya ada ekspresi datar.

"Kalian itu sepertinya suka banget asal bicara tanpa tau masalah yang terjadi," cibir Vanda dengan menatap satu-persatu murid-murid yang kini berada dihadapannya.

"Tadi siapa yang mau lawan gue? Sok ayo maju!" lanjut Vanda dengan bersedekap dada.

Suasana seketika menjadi mencekam tidak ada lagi sorakan ramai yang menggunjingnya. Ia terkekeh geli ternyata mereka hanya mental kapas.

"Ini ada apa ribut-ribut?"

Para murid entah mengapa membuka jalan. Ia mengerutkan keningnya kemudian tertawa terbahak-bahak membuat yang lain menatapnya aneh.

"Yo! Ternyata ketos bersama antek-anteknya. Ceritanya mau jadi prajurit setia, nih!" ejek Vanda dengan tertawa mengejek.

"Prajurit setia?"

"Biar beda daripada yang lain," sahut Vanda dengan mengangkat bahunya.

"Reza ..."

Vanda mengerutkan keningnya. Gadis itu sepertinya cukup mengenal protagonis pria. Ia menatap kearah gadis itu, tatapan matanya tertuju kepada wajah juga perawakannya.

"Shit! Ternyata dia Sheren!" gumam Vanda dengan menatap sinis.

Entah mengapa rasanya ia tidak menyukai gadis itu. Menurut pikirannya yang salah disini adalah gadis itu karena terlalu lemah. Gadis itu selalu menangis di manapun berada seperti sekarang padahal dirinya hanya berniat menggodanya tidak menyakitinya.

"Panda baru gue tinggal berapa menit Lo udah bikin kegaduhan lagi," geram Reza dengan menatap tajam.

"Hey, nama gue itu bukan panda tapi Vanda! Vanda pakai huruf v!" gerutu Vanda dengan muka masam.

"Benar bukan nama Lo itu panda," sahut Vanda dengan mengangkat bahunya.

Semua orang hanya diam sekaligus terkejut mendengar perdebatan kedua most wanted. Ditambah melihat ketua OSIS mereka yang terlihat banyak bicara saat bersama Vanda. Biasanya lelaki itu hanya bicara seperlunya saja.

"Wih, si Bos udah banyak bicara."

"Hooh, sama kita-kita aja diam-diam bae!"

Vanda ingin pergi tapi tiba-tiba saja ada orang yang menampar wajahnya. Ia menatap tajam sosok gadis yang berada didepannya. Tangannya mengelap bibirnya yang sedikit robek karena tamparan keras dari gadis aneh.

Eternal Love Of Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang