38

31.6K 4.4K 367
                                    

Vanda sekarang berada di kasur dengan memegang perutnya. Bunyi perutnya yang minta diisi membuatnya tidak tega untuk menunda terutama ada anaknya.

Vanda menatap Reza yang terlihat bergelut sama laptopnya. Ia sedikit bingung disini yang suaminya siapa. Apakah laptop atau dirinya?

"Dasar gila kerja! Sekarang aja udah begini apalagi saat didunia kerja," gumam Vanda dengan muka masam.

Alhasil Vanda memilih pergi dari kamar dengan perasaan dongkol. Namun, dapat dipungkiri jika dirinya bersyukur tidak mengidam seperti para wanita hamil.

Saat di dapur ia segera mencari makanan. Namun, tidak ada satupun di kulkas kecuali bahan makanan sedangkan dirinya tidak bisa memasak.

"Minta masakin Eza aja kali, ya?" gumam Vanda dengan menggaruk tengkuknya.

"Tapi tuh orang lagi asyik kerja," lanjut Vanda dengan tersenyum masam.

Vanda membuka kulkas kembali dan mengambil bahan makanan yang akan diolah jadi masakan. Ia juga mengambil beberapa bumbu masakan.

Ia memotong ayam dengan perlahan-lahan. Namun, itu cukup susah hingga tanpa sengaja pisau menggores jarinya.

"Ngeselin anjir! Kayak gimana pula potongnya," geram Vanda dengan menatap jarinya yang berdarah.

"Ngapain?"

Reza berjalan dengan membawa laptopnya. Tatapan matanya tertuju kepada jari Vanda yang berdarah. Reza segera mengambil jarinya dan membasuh dengan air mengalir.

"Kenapa bisa lo sampai terluka?" tanya Reza dengan muka dingin.

"Gue lapar jadi mau masak," jawab Vanda dengan seadanya.

"Kenapa lo nggak minta sama gue?" geram Reza dengan tersenyum masam.

"Gue nggak enak sama lo lagipula kita ini nikah hanya demi anak bukan," ucap Vanda dengan mengangkat bahunya.

Reza menghela nafas. "Gue ini udah jadi suami lo jadi jangan sungkan walaupun awalnya hanya sebuah kesalahan."

Vanda hanya diam dengan menatap lelaki itu yang mengambil kotak P3K. Ia diam melihat ekspresi wajah serius lelaki itu.

"Gue kayaknya udah jatuh cinta sama dia, ini nggak masalah bukan karena dia udah jadi suami gue seutuhnya. Gue pastikan Eza akan jatuh cinta dan mengungkapkan perasaannya," batin Vanda dengan menyeringai.

"Udah selesai lain kali hati-hati," ucap Reza dengan tersenyum tipis.

Vanda segera mengubah ekspresi wajahnya. Ia menarik tangannya dengan tersenyum manis.

"Bikinin gue makan, dong!" ucap Vanda dengan cengengesan.

"Tunggu di meja makan," perintah Reza dengan menunjuk meja.

Vanda mengangguk pelan dengan menelungkup dagunya diatas kedua tangannya. Ia menatap Reza dengan raut wajah berseri. Namun, ia juga berpikir berapa rahasia yang disembunyikan oleh lelaki itu.

Bau harum dari makanan mulai menguar. Ia duduk dengan tegap dengan tersenyum lebar. Tatapannya tertuju kepada makanan yang dibawa Reza.

Reza menata beberapa makanan juga peralatan makan. Laptopnya diletakkan di meja lalu duduk disamping Vanda.

"Makan yang banyak," ucap Reza dengan menyodorkan ikan yang banyak.

Tiba-tiba ia melihat ada panggilan telepon dari Sheren. Ia sedikit heran apakah lelaki itu memiliki hubungan dengan Reza. Namun, sepertinya lelaki itu tidak berkeinginan untuk menjawab panggilan telepon.

Eternal Love Of Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang