15

44K 5.6K 155
                                    

Vanda berjalan menuju kelas bersama gadis yang mengaku sebagai sahabatnya. Ia sedikit bersyukur setidaknya mempunyai sahabat daripada tidak sama sekali.

"By, Lo beberapa hari ini kemana?" tanya Vanda dengan menatap gadis itu.

"Oh, itu gue lagi foto shoot iklan makanan," jawab Febby dengan cengengesan.

Vanda mengangguk pelan. Kemudian berjalan dengan mengendap-endap menuju suatu tempat lalu menepuk pundak lelaki itu.

"Cie, jadi petugas kebersihan ceritanya nih," ledek Vanda dengan tertawa terbahak-bahak.

"Gelo sia!" umpat Reza dengan menatap tajam.

"Bye-bye anak pungut!" ejek Vanda lalu tertawa terbahak-bahak meninggalkan Reza.

Febby yang melihat tingkah Vanda hanya bisa menggelengkan kepalanya. Setelah itu mereka segera bergegas menuju kelas.

Mereka berdua duduk bersampingan selama ini ternyata yang menjadi teman sebangkunya tidak lain Febby. Ia meletakkan tasnya di atas kemudian menelungkup wajahnya.

"Nyet! Jangan tidur dulu! Ceritain gimana sampai Lo amnesia?" seru Febby dengan mengguncang tubuh lelaki itu.

"Sabar, nyet! Gue mau tidur bentar!" seru Vanda dengan tersenyum kecut.

Vanda alhasil tertidur pulas hingga Febby kesal dibuatnya. Alhasil gadis itu hanya membiarkannya hingga bunyi bel istirahat berbunyi.

***

Febby menatap teman satunya ini dengan sedikit frustasi. Ia sudah beberapa kali mencoba membangunkan lelaki itu, tetapi malah membuat Vanda semakin tidur pulas. Suara orang membangunkan seolah musik tidur baginya.

"Sayang ... kantin, yuk!"

Febby mengerutkan keningnya tatkala mendengar suara dilembutkan oleh gadis itu. Ia seketika menjadi jijik sendiri. Vanda yang ia kenal tidak pernah pacaran bahkan menunjukkan rasa suka ke lawan jenis kecuali Sheren.

"Heh, Lo siapa?! Vanda itu pacar gue!"

"Lo yang siapa?! Gue ini pacarnya! Buktinya kalung ini dari Vanda."

"Pasti Lo itu cuman ngarang cerita! Gue ini pacarnya Vanda yang asli!"

Febby yang melihat seketika menjadi merinding tersendiri. Ia memang seorang gadis tapi seumur hidup tidak pernah melihat para cewek bertengkar memperebutkan cowok.

Febby segera membangunkan lelaki itu dengan cara kasar. Ia memukul punggung Vanda dengan cukup keras hingga lelaki itu meringis.

"Bibi maksud Lo apa?! Tabok-tabok Lo kira telor ceplok!" seru Vanda dengan mengucek matanya karena masih dalam mode tidur.

"Bangun asu! Ini para cewek yang ngakunya pacar Lo buat keributan!" geram Febby dengan mencubit lengan Vanda cukup keras.

Vanda merintih pelan lalu bangun dengan menguap lebar. Ia menatap sekilas lalu berdecak kesal. Ia tidak menyangka bahwa kedua pacarnya akan mengganggu ketenangannya.

"Ada apa ini ribut-ribut?!" teriak Reza dengan memasuki ruangan kelas XI IPS 2.

Murid-murid yang tadinya berteriak menyemangati seketika menjadi diam. Reza menatap sekilas lalu mengangguk pelan. Ia dapat menyimpulkan dalam sekali tebakan.

"Panda cepat urus masalah Lo sekarang! Gue tunggu dalam waktu 3 menit," perintah Reza dengan muka datar.

"Gue nggak suka diperintah," desis Vanda dengan muka dingin.

Reza mengangkat alisnya lalu terkekeh pelan. Ia berjalan dengan perlahan lalu berhenti hingga jarak mereka cukup dekat.

"Lo itu anggota geng apa?" tanya Reza dengan mengangkat alisnya.

"Anggota geng Black Devil. Lo tanya yang nggak penting," jawab Vanda dengan memutar matanya.

"Lalu ketua Lo siapa?" tanya Reza dengan bersedekap dada.

"Lo, lah?! Disini yang amnesia itu gue kok Lo yang pelupa!" geram Vanda dengan menatap sinis.

"Tuh, tau! Berarti gue bebas kasih Lo perintah," ucap Reza dengan membungkukkan sedikit tubuhnya seolah mengejek Vanda.

"Sial! Lo itu suka banget bikin gue emosi," sergah Vanda dengan menatap tajam.

Alhasil Vanda memilih untuk menghirup udara berkali-kali agar emosinya menurun. Ia menatap kepada kedua gadisnya dengan perasaan dongkol karena waktunya terbuang sia-sia.

"Udah kalian berdua ikut gue ke kantin sekarang," ucap Vanda lalu berjalan dengan langkah gontai.

Vanda terkesiap tatkala tubuhnya melayang keatas. Ia menatap ternyata Reza menggendongnya dengan ekspresi wajah datar.

Vanda yang diperlakukan seperti itu hanya diam karena pada dasarnya sifatnya sangat pemalas. Ia memeluk leher dengan meletakkan dagunya di atas pundak lelaki itu.

"Panda Lo itu banyak makan nggak, ini tubuh atau ikan teri," ledek Reza dengan membenarkan tumpuan berat lelaki itu agar seimbang.

"Btw, besar tubuh kita sama. Lo ngejek tubuh gue berarti juga ngejek tubuh sendiri," cibir Vanda dengan memutar matanya.

Febby yang melihat itu seketika menatap dengan wajah julid. Ia melihat kearah Rendra yang mengikuti mereka dengan raut wajah polos.

"Dunia serasa milik berdua! Ini juga Renda kayak orang bodoh liat kelakuan sahabatnya," sindir Febby dengan memutar matanya.

"Lo kayaknya suka ngubah nama orang lain seenak jidat, kalau iri itu bilang karyawan!" seru Vanda dengan menjulurkan lidahnya sebagai tanda mengejek.

"Nggak punya cermin, kah?" cibir Febby dengan mengangkat alisnya.

***

Mereka duduk didekat penjual makanan dengan alasan ingin cepat memesan makanan. Jika berada didepan penjual makanan maka mereka bisa lebih mudah memesan juga mengambil tanpa jauh-jauh.

Vanda menatap sekeliling kantin, tetapi tidak menemukan seseorang yang dicarinya. Ini sudah beberapa hari semenjak kejadian itu mereka tidak bertemu.

"Reza, dimana Sheren? Udah berapa hari gue nggak liat," celetuk Vanda dengan menatap kearah lelaki itu.

"Kenapa? Jika Lo tau mau nyamperin dia. Udah cukup punya dua pacar jangan cari masalah yang kudu gue selesain," ucap Reza dengan menyantap makanannya.

Febby menatap keduanya dengan cukup heran. Ia baru kali ini melihat Reza dan Vanda berbicara dengan tenang biasanya adu jotos, tetapi lebih tepatnya Vanda.

"Sheren lagi di rumah sakit katanya penyakitnya kambuh sedangkan Mala jarang keluar kelas," celetuk Reza dengan mengetuk-ngetuk jarinya di meja.

Vanda mengangguk pelan. Ia memang pernah membaca saat bab 24 jika Sheren terkena penyakit jantung bawaan dari lahir. Lelaki itu sekarang hanya mengetahui jika Sheren hanya penyakit biasa bukan yang parah.

"Tuh, Ratu akting ceritanya beraksi lagi!" geram Febby dengan menusuk pisau di atas daging ayam.

"Oh, iya. Ceritain tentang Lo sama gue selama ini," ucap Vanda dengan penuh penasaran.

"Gue bekerja sebagai model majalah juga model iklan gitu. Jadi nggak terlalu sering ada disekolah sedangkan Lo sahabat masa kecil gue. Lalu tuh cewek gue nggak suka aja liatnya," ungkap Febby dengan meminum jusnya.

"Jangan bilang gitu kalau masalahnya belum jelas. Mungkin aja yang dialami oleh Sheren itu memang kebenaran," tegur Reza dengan muka datar.

Saat Febby ingin menyahuti pembicaraannya Reza, ia segera membekap mulut gadis itu agar tidak berbicara lebih jauh. Ia tersenyum dibuat-buat menatap lelaki itu.

"Hehe, maafin sahabat gue ya. Dia memang suka nyablak biasalah cewek," ucap Vanda dengan cengengesan.

"Jangan bicara tentang orang lain gue nggak suka," celetuk Reza dengan mengangkat alisnya.

"Hah?" ucap Vanda dengan wajah bengong.

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Aduh, Reza bikin orang bingung melulu 😁
Lanjut!

Eternal Love Of Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang