8

53.9K 6.9K 296
                                    

Vanda tertawa terbahak-bahak tatkala melihat wajah kesakitan orang yang ingin mencelakainya. Semua itu bermula saat seseorang yang ingin mencelakainya diam-diam sangat ceoboh.

5 menit yang lalu.

Vanda masih mencengkeram erat dagu sosok itu. Ia sebenarnya agak ragu saat lelaki itu mengatakan dirinya seorang pengkhianat. 

"Apa maksud lo bilang gue pengkhianat?" tanya Vanda dengan suara nada rendah.

"Ehm ... Van ... kenapa wajah lo imut kayak cewek?"

Vanda yang mendengar itu seketika menggeram kesal. Ia melepaskan cengkeraman tangannya lalu menendang lelaki itu entah bagian dimana.

"Aduh! Aset gue!"

Semua orang yang melihat kejadian itu seketika menatap aset masa depan mereka. Vanda yang melihat itu tersenyum puas tanpa mengetahui apa yang telah ditendangnya.

Kupingnya bergerak tatkala mendengar suara angin dari belakang. Orang-orang berteriak histeris tapi tidak dengannya ia masih berjalan dengan santai. Ia menjulurkan kakinya dengan bersedekap dada hingga lelaki itu tersungkur mengenai temannya.

"Bangsat! Punya gue mau pecah!"

Kembali dengan keadaan sekarang Vanda menatap musuh geng Reza dengan menahan tawanya. Ia merasa agak kasian dengan aset lelaki itu, apakah nanti bisa memuaskan istrinya dimasa depan? Itulah yang ada dipikirannya.

"Mereka siapa? Kenapa bisa bilang gue pengkhianat?" tanya Vanda dengan mengerutkan keningnya.

"Mereka bisa dibilang rekan lo saat menyerang kami! Jadi menyerang rekan sendiri bisa dibilang lo itu pengkhianat bagi mereka," jawab Reza dengan menatap remeh Vanda.

"Jadi panda kecil mungkin mulai kini keselamatan lo terancam," bisik Reza dengan tersenyum mengejek.

Vanda tertegun kemudian menghela nafas panjang. Rasanya belum satu minggu dirinya selalu saja terkena sial jika bersama lelaki didepannya.

"Vanda karena lo udah berkhianat, jangan harap hidup lo akan tenang!"

"Oh, bye-bye!" seru Vanda melambaikan tangannya dengan wajah tanpa dosa.

Kini meninggalkan Vanda juga Reza dan teman-temannya. Vanda menatap kepergian rival geng Reza dengan bersedekap dada.

"Udah gitu, doang?" celetuk Vanda dengan mengerutkan keningnya.

"Nggak seru, anjir! Gue pulang aja udah," lanjut Vanda dengan berdecak kesal.

Tangannya dicekal oleh Anta yang memberikan tatapan berbinar-binar. Ia meneguk ludahnya dengan susah payah. Ia sudah merasakan alarm bahaya dari tubuh lelaki itu.

"Rere! Lo harus ikut geng kami! Fix no debat no kecot!" seru Anta dengan merangkul pundak sepupunya.

"Rere kayak nama cewek! Nama gue Vanda anjir!" sanggah Vanda dengan melotot tajam.

"Larang itu perintah! Ayo ikut aja geng kami! Lo itu hebat!" sahut Rendra memberikan kedua jempolnya.

Keduanya menatap kearah Reza dengan tatapan memohon. Ia menatap sekilas Vanda tanpa tatapan berniat sedikitpun.

"Cih, dia nggak bisa apa-apa. Memangnya dia bisa apa?" ejek Reza dengan menyeringai kecil.

Vanda yang melihat itu hanya berdecak kesal. Entah mengapa rasanya lelaki itu sangat berbeda dengan yang diceritakan. Didalam novel Reza memiliki kepribadian dingin dan tidak banyak bicara. Lalu yang ditemukannya lelaki itu sangat menyebalkan.

"Lo nyebelin banget dan gue benci hal itu. Ya, jelas gue bisalah!" seru Vanda dengan menatap sinis Reza.

"Oh, benarkah? Lalu apa?" ejek Reza dengan terkekeh kecil.

Eternal Love Of Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang