Kring! Kring!
"Van kantin, yuk!" ajak Febby dengan mengeluarkan beberapa kartunya.
"Lo itu emang sengaja pamer ke orang miskin ini, hah?" cibir Vanda dengan menatap sinis.
"Keluarga laki lo itu kaya, anjay!" timpal Febby dengan memutar matanya.
Vanda hanya mengangguk pelan. Ia tidak ingin berdebat lagi dengan gadis itu yang hanya membuang-buang waktunya.
"Duluan aja ke kantin gue mau nyelesain panggilan alam," pungkas Vanda dengan berjalan pergi.
Saat di perjalanan menuju toilet tiba-tiba ia menabrak sesuatu. Ia mengangkat kepalanya dengan perlahan.
"Cih, ternyata orang yang nggak tau terima kasih!" cibir Vanda dengan menatap remeh.
"Vanda ... maksud kamu apa?" celetuk Sheren dengan raut wajah ketakutan.
"Wah, disini juga ada rubah ternyata! Dimana para pengawal lo? Kayaknya lo dicuekin, deh!" ledek Vanda dengan tertawa kecil.
Vanda melihat perbedaan raut wajah Anta. Lelaki itu seketika mencengkeram erat kerah seragamnya.
"Keadaan bayi bajang lo gimana?" bisik Anta dengan menatap sinis.
"Keadaan kandungan gue baik, lalu keadaan Lo gimana, blis?" tanya Vanda dengan mengangkat alisnya.
Anta masih mencengkeram kerah seragamnya. Ia terpikirkan sesuatu yang sangat sempurna baginya.
"Huwek ... gue mau muntah," lirih Vanda dengan menutup mulutnya.
Anta seketika mendorong tubuhnya dengan wajah jijik. Kemudian berjalan pergi disusul oleh Sheren.
"Haha, anjir! Mau-maunya kena tipu!" seru Vanda dengan tertawa kecil.
Setelah itu ia segera menuju toilet. Saat sampai di toilet seketika ia mau muntah. Pasalnya, disini penuh bau pesing.
Ia berjalan dengan langkah gontai memasuki pintu toilet. Saat di toilet ia memainkan ponselnya agar konsentrasinya tertuju pada ponsel. Seusai itu baru buru-buru keluar toilet dengan rasa mual.
Namun, karena tidak tahan lagi alhasil ia mengeluarkan cairan perutnya. Ia menepuk-nepuk dadanya dengan kepala cukup pening.
"Kapan semua ini berakhir?" lirih Vanda dengan mengelus perutnya.
Sebenarnya ia menerima semuanya ini dengan berlapang dada. Namun, yang membuatnya kesal ialah mual juga sakit kepala.
Suara ribut terdengar dari gerbang utama. Awalnya ia membiarkannya saja, tetapi lama kelamaan agak menyebalkan.
Suara lemparan batu dan teriakan membuat kepalanya tambah pusing. Ia menatap sekeliling lalu melihat ikat pinggang berada didepan pintu toilet lainnya. Ia mengambil ikat pinggang itu lalu meninggalkan toilet.
Namun, tanpa diketahui ikat pinggang itu ada pemiliknya. Pemiliknya menatap kearah atas dengan raut wajah kebingungan.
"Siapa yang ambil ikat pinggang gue, woy?!"
***
Vanda berjalan tenang dengan menyeret ikat pinggang kulit itu. Raut wajahnya yang dingin membuat para murid takut menyapanya.
"Vanda kenapa itu, weh?!"
"Apa ingatannya balik lagi?"
"Amit-amit jabang bayi!"
Vanda memukul ikat pinggang itu kelantai. Kemudian menatap tajam kearah siswi yang bilang terakhir kali.
"Lo jangan bercanda dengan kata bayi! Mulut kotor lo nggak boleh nyebut ciptaan Tuhan yang indah!" sergah Vanda dengan menatap tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love Of Dream [END]
RomanceCalvin Kafeel Balindra cowok yang dikenal sebagai ketampanannya. Lelaki ini sosok yang sering gonta-ganti pacar seperti pakaian atau bisa dibilang sebagai playboy. Namun, sudah tahu punya banyak pacar masih saja suka dekat-dekat. Tiba-tiba saja diri...