32

36.4K 4.8K 957
                                    

Acara berlanjut hingga tengah malam. Acaranya selesai bertepatan pukul 12 malam. Lalu itu adalah hal yang melelahkan baginya.

"Akhirnya acara ini selesai juga," lirih Vanda duduk dilantai dengan kepala mendongak ke atas.

Reza hanya menatap sekilas kemudian pergi menuju sang ayahnya. Namun, raut wajahnya terlihat tidak suka juga ragu-ragu.

"Kami akan tinggal di apartemen," celetuk Reza dengan muka datar.

Vanda yang melihat itu seketika memberikan jempol. Ia tidak ingin tinggal bersama mertua menurutnya itu sangat merepotkan. Ditambah dirinya tidak bisa melakukan apapun kecuali menanam saham.

"Lebih baik tinggal dengan kami karena sekarang suamimu itu sedang hamil," saran Arzan dengan tersenyum tipis.

"Anda itu juga laki-laki bagaimana bisa menjaga panda?" ejek Reza dengan terkekeh geli.

Damian yang mendengar itu seketika hanya bisa banyak bersabar. Ia menyadari jika sifat keras kepala putranya itu menurun darinya.

"Reza jangan bantah istri ayah," tegur Damian dengan muka datar.

Reza yang mendengar itu seketika tertawa mengejek. Ia menatap sang ayah juga Arzan secara bergantian.

"Ketua itu bagian bawah jadi jangan sok-sokan main peran atas!" beber Reza dengan terkekeh geli.

"Kamu ... kamu ..."

Reza tertawa kecil melihat sang ayah yang tampak gugup. Arzan yang mendengar itu hanya menatapnya dengan tenang.

"Sosok jurnalis muda yang awalnya mencari tahu ketua mafia yang ditakuti oleh orang-orang malah kepincut kepada penjahat itu sendiri. Bahkan menjadikannya sebagai suami," ledek Reza dengan menyeringai kecil.

"Bagaimana kamu bisa tahu?" tanya Arzan dengan tersenyum tipis.

"Setidaknya kalian jika ingin berhubungan harus tahu tempat. Melakukan hal itu di meja makan dengan suara keras apakah hal yang sopan?" cibir Reza dengan mengangkat bahunya.

"Jadi ... kamu melihat semuanya?" ucap Damian dengan memijit pelipisnya.

"Benar, jadi jangan sok-sokan jadi top jika sebenarnya bot," cibir Reza lalu berjalan meninggalkan kedua orang itu.

"Dasar anak kurang ajar!" teriak Damian dengan muka memerah.

***

Saat keluar dari hotel ia menatap kearah belakang. Ia sedikit terkejut sekaligus lucu dengan keluarga Reza. Namun, seperti yang dilihat hubungan keluarga mereka tidak cukup akrab.

"Kita tunggu disini palingan mereka mesra-mesraan dulu," celetuk Reza dengan muka masam.

"Lo terlihat membenci kehadiran mereka tapi justru lebih mengetahuinya," ucap Vanda dengan terkekeh kecil.

"Mereka itu mesra-mesraan nggak tau tempat! Bahkan seks tanpa tau malu ditempat terbuka walaupun nggak ada orang," desis Reza dengan menatap tajam.

Vanda yang mendengar itu hal itu hanya bisa tertawa kecil. Lelaki itu seolah tidak sadar dulu mereka pernah melakukan di perpustakaan sekolah yang merupakan tempat umum.

"Udahlah lo nggak perlu mikirin mereka. Perhatikan anak kita aja dulu," ucap Reza dengan mengelus perutnya.

Vanda yang mendapatkan perlakuan seperti itu seketika tertegun. Ia menundukkan wajahnya karena agak bingung dengan sifat asli lelaki itu.

Setelah kejadian tadi mereka berdua kembali diam terutama Vanda. Ia hanya menundukkan wajahnya dengan memainkan kerikil dengan kakinya.

"Damian! Arzan! Cepat jangan mesra-mesraan dulu!" teriak Reza dengan muka masam.

Eternal Love Of Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang