Vanda menatap risih dengan penampilannya sekarang. Ia menggunakan hoodie biru muda dan celana putih bahkan yang lebih parah pakai bando telinga kucing.
"Weh, kalian yakin kalau gue harus pakai beginian," celetuk Vanda dengan tatapan memohon.
"Oh, jelas! Lo itu udah cocok jadi cowok imut."
"Bener, kadang heran Lo itu macho lalu ada manis-manisnya gitu."
"Lo kira Le Minerale yang ada manis-manisnya," cibir Vanda dengan menatap sinis.
"Gue cowok jelas macho!" lanjut Vanda dengan muka datar.
Setelah mengatakan itu ia segera keluar dari ruangan kelas dan menuju lapangan utama. Seketika para murid-murid menatap kearahnya dengan tidak percaya, tetapi ada juga yang berteriak histeris.
"Oh Gosh! Ini lo, Van?!" seru Anta menatap Vanda dengan melotot. Tenda kelas Reza dan teman-temannya kebetulan berada disamping tenda kelasnya.
Vanda mendengkus malas lalu duduk di kursi yang sudah disediakan. Ia meletakkan kepalanya di atas meja dengan menatap penghuni sekolah yang lalu-lalang di tenda kelasnya.
"Gue nggak nyangka Lo mau pakai begituan," celetuk Reza dengan duduk di kursi hadapan Vanda.
Vanda menatap sekilas lalu kembali menatap murid-murid lain. Tiba-tiba beberapa murid cewek datang dengan membawa balon dan cokelat. Para cewek itu menyodorkannya kepadanya lalu segera kabur.
"Kok malah kabur," gumam Vanda dengan menatap cokelat batang.
Vanda menghela nafas panjang. Sebenarnya ia tidak terlalu menyukai makanan dan minuman manis. Ia hanya sesekali memakannya, jika memakannya terlalu banyak bisa menurunkan imunnya lalu jatuh sakit.
"Wah, coklat! Gue minta, dong!" seru Rendra dengan antusias.
"Ambil aja, gue nggak suka makan beginian," ucap Vanda dengan menyodorkan beberapa cokelat itu.
"Banyak juga cewek yang datangin Lo dalam kondisi seperti ini," celetuk Reza dengan menatap sekumpulan cewek yang menatap mereka dari kejauhan.
"Oh, tentu!" sahut Vanda dengan sumringah.
Reza mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja. Ekspresi wajah tidak bisa dibaca sedikitpun.
"Gue jadi penasaran gimana pertandingan Lo besok," ucap Reza dengan bersedekap dada.
"Kalau gue menang gimana?" tanya Vanda dengan mengangkat alisnya.
"Gue beri hadiah yang nggak akan pernah bisa Lo lupain," ucap Reza dengan menyeringai.
Vanda mengangkat alisnya. Kemudian menjabat tangan Reza dengan senyuman mengejek.
"Deal," ucap Vanda dengan menyeringai.
***
Kini hari yang ditunggu-tunggu oleh penggemar basket terutama penghuni kelas XI IPS 2. Mereka sedikit tidak sabar untuk menonton acara ini.
Vanda menatap cermin dengan merapikan rambutnya. Ia menyeringai kecil melihat wajahnya yang tampak bersinar.
"Vanda Lo itu ganteng banget," ucap Vanda dengan tersenyum lebar.
Vanda kembali menatap pakaian basketnya dari atas sampai bawah. Ia berjongkok dengan membenarkan tali sepatunya.
Setelah itu ia segera keluar untuk menuju lapangan basket. Ia menjadi tidak sabar dengan hasil pertandingan kali ini. Jika sebelumnya orang-orang akan mendukung dirinya maka sekarang mendukung yang lain.
"Jika gue buktiin kalau bisa bikin masuk bola terbanyak, kita liat apakah mereka masih punya muka untuk menghadapi gue," batin Vanda dengan tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love Of Dream [END]
RomanceCalvin Kafeel Balindra cowok yang dikenal sebagai ketampanannya. Lelaki ini sosok yang sering gonta-ganti pacar seperti pakaian atau bisa dibilang sebagai playboy. Namun, sudah tahu punya banyak pacar masih saja suka dekat-dekat. Tiba-tiba saja diri...