7

55.7K 6.8K 234
                                    

Vanda memasuki pintu minimarket dengan tersenyum lebar. Tatapan matanya tertuju kepada snack kesukaannya.

Vanda berlari menuju rak cemilan dengan penuh semangat. Saat sampai ia segera mengambil tapi sayangnya cemilan itu juga dipegang seseorang.

Ia menatap kesamping dengan tatapan tajam. Tapi yang lebih sial orang itu tidak lain Reza dengan segala keangkuhannya.

"Agustus yang terhormat cemilan ini udah jadi milik gue," tekan Vanda dengan menatap sinis.

"Disini nggak ada tulisan kalau cemilan ini milik Lo. Jadi gue bebas mau ngambil kapanpun," sahut Reza dengan muka datar.

Vanda menggeram kesal lalu terjadi aksi tarik cemilan. Ia menyeringai lalu mendorong pelan tubuh Reza hingga cemilannya terlepas dari tangan lelaki itu.

"Makasih cemilannya!" seru Vanda dengan berlari meninggalkan lelaki itu.

Vanda berlari menuju rak belanjaan lain dengan tertawa terbahak-bahak. Rasanya agak menyenangkan melihat ekspresi wajah kesal dari lelaki itu.

Setelah itu ia memilih makanan juga minuman yang akan dibelinya. Setelah merasa cukup banyak baru dirinya membawa barang belanjaannya menuju kasir.

"Mbak ini jumlah belanjaan saya berapa?" tanya Vanda dengan menyerahkan belanjaannya.

"Semuanya enam ratus tiga puluh lima ribu rupiah, Dik."

Vanda mengangguk lalu mengeluarkan kartu kredit kepada kasir itu. Lalu sembari menunggu ia memainkan ponselnya.

"Maaf, Dik. Kartu ini tidak bisa digunakan."

"Oke, lalu gunakan yang ini," sahut Vanda dengan menyerahkan beberapa kartu kredit.

"Maaf, Dik. Semua kartu ini tidak bisa digunakan sepertinya sudah dibekukan."

Vanda mengerutkan keningnya seketika teringat akan ayahnya. Ia segera mengetikkan sesuatu lalu menunggu panggilan teleponnya diterima.

"Halo, Pah."

"..."

"Pah, ini kenapa kartu Vanda dibekukan?"

"..."

"Ayolah, Pah! Vanda nggak pernah belanja banyak juga macam-macam."

"..."

"Itukan karena Vanda ingin refreshing dulu. Ini beda lagi, Pah!"

"..."

"Pah, bukain dulu ini Vanda lagi belanja cemilan! Malu-maluin Vanda ini nggak bisa bayar cemilan!"

"..."

"Halo, Pah! Papah!"

Tit! Tit! Tit!

"Sial!" umpat Vanda dengan menarik rambutnya.

"Jadi ini apa Adik jadi belanja?"

Vanda terdiam otaknya tampak bekerja untuk memecahkan masalah sekarang. Ia berdecak kesal tidak mungkin untuk dirinya melepaskan cemilannya begitu saja.

"Bayar punya dia sama saya."

Vanda terkejut lalu menoleh kesamping ternyata orang itu adalah Reza. Ia mengalihkan pandangannya rasanya agak malu karena belanjaannya dibayar oleh rivalnya bahkan beberapa menit tadi baru saja dirinya berdebat.

Vanda mengambil belanjaannya lalu berjalan meninggalkan minimarket. Reza yang melihat itu hanya menggeleng kecil lalu segera menyusul lelaki itu.

Vanda menunggu lelaki itu didepan pintu minimarket. Ia menutup matanya sembari mendengarkan musik dari ponselnya.

Eternal Love Of Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang