40

33.8K 4.5K 503
                                    

Vanda mengerjapkan matanya dengan memegang kepalanya. Semua ini sebab ayah mertuanya yang mengajak dalam tugas mereka.

Jika mengingat hal itu membuatnya kembali ingin muntah. Setelah ditembak oleh Reza di kaki mereka segera mengambil organ dalamnya dalam kondisi hidup.

Namun, hal itu saja masih belum apa-apa kata mereka. Dari semua anggotanya yang paling kejam dan suka menyiksa adalah Reza. Malam tadi membuat semua orang menjadi terkejut karena Reza tidak ikut mengobrak-abrik isi perut pria itu.

Vanda menepuk pipinya dengan pelan. Ia harus membuatnya sadar jika hal itu sudah berlalu. Didunia ini semakin membuatnya tersiksa fisik dan batin.

"Memangnya kata orang jangan terlalu hidup bahagia, jika jatuh sedikit saja pasti akan terjatuh dalam lembah yang dalam," gumam Vanda dengan menghela nafas.

Vanda menatap ke arah samping. Namun, ia tidak menemukan tanda-tanda kehidupan dari Reza. Ia menatap sekeliling ruangan kamar dengan menggaruk tengkuknya.

Saat melihat ke arah meja ia menemukan ponselnya. Ia segera mengambilnya lalu membuka aplikasi chat.

Eza👀
Malam tadi lo kelihatan cape🙂
Jadi gue sengaja nggak bangunin lo😇
Jangan lupa sarapan😉

Vanda yang melihat itu seketika tertawa kecil. Sejak kapan Reza menjadi anak alay seperti ini. Ia segera menutup ponselnya dan bergegas mandi.

Setelah itu ia memakai seragam dengan berantakan. Ia memakai anting dengan bentuk daun kecil. Ia juga menggunakan seragam dengan memakai hoodie hitam oversize lalu celana kargo warna hitam. Kemudian tidak lupa dengan gaya rambut berantakan.

"Perfect," gumam Vanda dengan tersenyum lebar.

Vanda berjalan dengan membawa tasnya. Ia berjalan menuruni tangga dengan perlahan. Rumah ini sangat sepi jika dihuni oleh beberapa orang saja. Lalu beberapa hari yang lalu ia baru saja mengetahui ada rumah lainnya disamping khusus para asisten rumah tangga.

"Pagi Nona."

Vanda yang mendengar itu seketika menjadi batuk. Pembantu itu segera berlari dan menyodorkan gelas berisi air. Vanda mengambil gelas itu lalu meminum dalam satu tegukan.

"Hah, kenapa Bibi panggil saya Nona?" tanya Vanda dengan tersenyum tipis.

"Kata Tuan muda kami harus panggil anda Nona."

Vanda yang mendengar itu tanpa sadar mencengkeram gelas di tangannya. Setelah sadar ia meletakkan gelas diatas meja lalu duduk di kursi.

"Panggil Vanda saja, Bi. Tidak perlu gelar Tuan muda apalagi Nona," ucap Vanda dengan tersenyum tipis.

"Iya, Den Vanda."

Vanda membuka tudung saji dengan pelan. Lalu memperlihatkan masakan nasi goreng dengan ayam goreng. Ia tersenyum lebar karena sudah cukup lama tidak makan nasi goreng.

Vanda segera menyantap dengan perasaan gembira. Saat nasi itu masuk ke mulutnya seketika matanya jadi melotot.

"Enak banget masakan Bibi. Nanti masakin Vanda lagi, ya," ucap Vanda dengan tersenyum lebar.

"Ini bukan masakan Bibi, Den."

"Lalu masakan siapa?" tanya Vanda dengan mengerutkan keningnya.

"Oh, pasti Om Arzan bukan?" lanjut Vanda dengan tersenyum tipis.

"Bukan Bibi maupun Tuan Arzan. Masakan itu dibuat oleh Tuan muda."

Vanda mengerjapkan matanya. Ia tidak menyangka ini masakan dari Reza. Namun, tidak dapat dipungkiri masakan Reza itu selalu enak.

"Gitu ya, Bi? Nanti Vanda berterima kasih sendiri ke Eza," ucap Vanda dengan tersenyum tipis. Ia melanjutkan acara makannya dengan lahap.

***

Vanda menatap sekeliling gerbang sekolahnya. Kemudian ia berjalan mengendap-endap menuju gerbang belakang yang jarang dilalui oleh murid lain juga guru.

Vanda menatap sekeliling lalu mulai memanjat gerbang. Saat ingin melakukan pendaratan ia dikejutkan oleh suara.

Kakinya sedikit tergelincir hingga terjatuh ke bawah. Namun, ada seseorang yang menyambut tubuhnya sehingga dirinya tidak jatuh ke tanah.

"Kenapa turun, hmm? Bukannya istirahat dirumah."

Vanda mengangkat wajahnya dengan cengengesan. Orang yang menangkapnya tidak lain Reza yang sudah menjadi suaminya.

"Gue bosan dirumah jadi pergi ke sekolah," ucap Vanda dengan cengengesan.

Reza hanya menggelengkan kepalanya dengan tersenyum tipis. Ia menarik tangan Vanda dengan membawanya menuju ruangan osis.

Saat ruangan osis dibuka terlihat para anggota yang lain. Vanda yang melihat itu seketika menjadi bingung sendiri. Apakah mereka tidak belajar?

"Kalian jaga dia gue pergi mantau gerbang," perintah Reza dengan penuh tekanan. Para anggota osis yang lain seketika mengangguk pelan. Ia tidak menyangka dominasi Reza bisa membuat yang lain ketakutan.

Ruangan osis menjadi hening hanya menyisakan Vanda memakan cemilan yang dibawa nya dari rumah. Ia menatap dengan tatapan tidak percaya ternyata Rendra menjabat sebagai wakil ketua osis satu dan Anta sebagai wakil ketua osis dua. Di novel hanya menyebutkan Reza dan Sheren yang anggota osis ternyata mereka berdua termasuk.

"Kalian mau gue bawa banyak cemilan," ucap Vanda dengan mengeluarkan cemilan nya. Para anggota osis lainnya menatap satu sama lain lalu segera akrab dengan Vanda.

"Gue nggak nyangka lo baik juga."

"Bener, biasanya lo suka bully Sheren."

"Oh, benarkah? Tapi ada yang bilang gue dulu suka sama Sheren karena itu selalu cari perhatian. Sekarang gue sukanya sama Eza," ucap Vanda dengan mengunyah makanannya.

"Cara lo emang diluar nalar manusia."

"Dulu rival doi sekarang kena karma."

Vanda yang mendengar itu hanya tertawa kecil. Setelah itu baru balik menuju kelasnya untuk mengikuti pembelajaran lain.

***

Vanda membereskan bukunya dengan tersenyum lebar. Kali ini ia akan mentraktir Reza karena sudah memasak makanannya. Pagi tadi ia lupa untuk mengucapkan terima kasih.

"Febby kantin, yok!" ajak Vanda dengan mata berbinar.

Febby yang melihat itu seketika menjadi heran sendiri tidak biasanya Vanda sangat semangat. Alhasil ia hanya mengangguk pelan dengan membawa ponsel dan dompetnya.

Mereka berjalan ke kantin dengan penuh semangat terutama Vanda. Bahkan hal itu menyebabkan para murid lain ketakutan melihatnya.

Saat sampai di kantin senyuman Vanda seketika menjadi luntur. Ia melihat Reza bersama Sheren makan di kantin dalam satu meja walaupun ada Anta juga Rendra. Ia menjadi geram sendiri kepada gadis itu jika bukan ada sesuatu dengan Reza mana mau.

"Anjir, tuh cewek semakin menjadi!" seru Febby dengan merenggangkan ototnya.

"Labrak, Feb! Labrak tuh cewek!" seru Vanda yang turut memanas-manasi gadis itu.

Febby berjalan dengan menyingsing lengan seragamnya. Lalu segera menonjok wajah sang protagonis wanita dengan keras. Sheren yang belum siap seketika langsung tersungkur ke bawah. Tenaga Febby emang tidak main-main jika gadis itu marah.

"Kamu kenapa pukul aku hiks ... apa kamu marah karena aku nolak pertemanan?" ucap Sheren dengan berpura-pura menangis.

Vanda yang mendengar itu seketika menjadi kesal sendiri. Ia mendorong pelan tubuh gadis itu lalu duduk disamping Reza.

"Drama banget lo, anjing!" teriak Febby dengan menunjuk wajah Sheren.

Vanda yang mendengar itu seketika menahan tawa. Ia tidak perlu bertindak gadis itu pun cukup mewakili.

"Tuh, dengerin kata Febby!" seru Vanda dengan cengengesan.

***

Jangan lupa vote dan komen :)
Febby mantap cuy😂
Lanjut!

Eternal Love Of Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang