"Sayang, ayo suapin gue!" pinta Vanda dengan membuka mulutnya lebar-lebar.
Saat gadisnya ingin menyuapinya tiba-tiba saja mulutnya tersumpal makanan. Ia yang tidak siap akhirnya tersedak dan memukul pelan dadanya.
"Sialan! Uhuk! Lo mau bikin gue mati!" seru Vanda dengan memukul dadanya.
Tanpa memperhatikan siapa yang memberikannya minum ia segera meneguk dalam satu kali tegukan. Seketika saja tenggorokannya menjadi sakit dengan mata berkaca-kaca.
"Monyet! Lo kayaknya kepingin banget buat gue mati!" geram Vanda menatap sinis dengan menggunakan suara rendah.
Reza mengangkat alisnya kemudian menyeringai kecil. Ia mengambil ponselnya lalu memfoto lelaki didepannya.
Jepret
Vanda melotot tajam. Kemudian mencoba merebut ponsel lelaki itu. Ia terus mencoba hingga tangan Reza menariknya.
Cup
Sebuah benda kenyal dan lembut menyapa pipinya. Ia sedikit terdiam cukup lama hingga akhirnya tersadar. Saat ingin berdiri lelaki itu tiba-tiba saja merengkuh pinggangnya membuat jarak mereka semakin menipis.
"Reza ... lepasin gue yang lain liat kita," lirik Vanda dengan wajah memerah menahan malu.
Reza hanya menyeringai dan semakin merengkuh pinggang lelaki itu. Tatapan mata mereka bertemu membuat lelaki itu tambah malu.
"Kenapa malu? Kita ini sama-sama cowok," ucap Reza dengan mengangkat alisnya.
"Tapi aneh kalau cowok duduk gini sama tapi Lo nggak sengaja cium pipi gue, malu diliatin sama yang lain," cicit Vanda dengan menundukkan kepalanya.
Vanda menahan nafasnya dengan deg-degan. Entah mengapa rasanya dirinya menjadi malu sendiri. Apalagi dirinya duduk dipangkuan lelaki itu ditambah jarak mereka yang sangat dekat.
Reza hanya tertawa kecil melihat tingkah malu-malu lelaki didepannya. Kemudian ia mengacak rambut lelaki itu.
Vanda yang merasa lelaki itu sedikit lengah seketika memukul perutnya lalu berlari meninggalkan kantin. Gadisnya pun seketika ikut menyusul kepergian Vanda.
"Reza, Lo itu jangan coba-coba mainin sepupu gue!" tekan Anta dengan muka datar.
"Iya, nggak bakalan. Gue cuman penasaran sama dia karena semenjak kecelakaan sifatnya berubah drastis. Gue juga jaga-jaga mungkin saja dia kembali ke gengnya dulu dan bongkar rahasia kita," sahut Reza dengan muka dingin.
"Loh, mereka itu sama-sama cowok bukan? Pasti nggak mungkin Reza mainin Vanda lah," timpal Rendra dengan menggaruk tengkuknya.
Anta menggeram kesal lalu memukul lengan lelaki itu. Reza yang melihat hanya menghela nafas panjang melihat tingkah temannya yang malu-maluin.
"Disini kita udah diperbolehkan untuk hubungan homo gitu! Masa gitu aja nggak tau, sih?!" seru Anta dengan menatap tajam.
"Mana gue tau!" geram Rendra dengan memutar matanya.
"Balik atau gue seret Lo berdua ke kelas!" tekan Reza dengan tersenyum palsu.
"Lari, woy! Ketos mau ngamuk!" teriak Anta sembari tertawa terbahak-bahak.
***
Vanda menatap papan tulis dengan tatapan kosong. Pikirannya entah mengapa selalu melayang kejadian di kantin. Lalu sekarang dirinya sudah menjadi bahan ledekan dari gadis gila penghuni kelasnya.
"Cie, tadi mesra-mesraan sama ketos kita."
"Enak banget Vanda bisa dekat-dekat gitu sama Reza."
"Bener! Dulu aja gue coba pdkt malah dijauhi udah kayak kuman aja!"
Vanda yang mendengar itu seketika menjadi kesal sendiri lalu menggunakan headset. Namun, namanya juga cewek tidak akan seru jika bicara pelan. Mereka bergosip ria dengan suara keras mungkin kedengaran hingga kelas sebelah.
"Bosan banget gue, ini juga Vanda nggak punya teman sama sekali. Sekali ada itu cuman partner buat nyerang geng Reza," gumam Vanda dengan menatap jam yang menunjukkan pukul 11 pagi.
Jarinya terus saja mengetuk meja seiring waktu berjalan. Ia terus saja melakukan hal itu hingga seorang guru masuk kedalam ruangan kelas.
"Pagi semuanya! Hari ini kita tidak belajar tapi membahas tentang pengaruh budaya asing bagi kehidupan bangsa."
Vanda hanya menatap sekilas kemudian mengangguk pelan. Ia hanya mendengarkan sesekali mengejapkan matanya karena mengangguk.
Ia mengantuk pun juga ada alasan karena saat ini sang guru menjelaskan dengan nada pelan. Lalu yang lebih parah sang guru menjelaskan seperti orang bercerita.
"Kalian disini pasti banyak penyuka KPop. Kalian itu sudah melupakan budaya dan bahkan melupakan Tuhan. Kebanyakan banyak orang yang memuja idolanya sampai melupakan Tuhan."
Vanda yang mendengar itu seketika menjadi bugar. Matanya menjadi segar dan menatap sang guru karena ini pembicaraan yang cukup menarik.
"Kami tidak melupakan budaya, Bu! Buktinya saya masih mengikuti ekstrakurikuler tari tradisional bahkan ikut ekstrakurikuler musik tradisional. Apa ini yang dinamakan melupakan budaya?"
"Kita itu hanya untuk mencari hiburan, Bu!"
"Bener! Menyukai musik mereka bukan berarti melupakan Tuhan. Lalu asal ibu tahu fungsi musik itu untuk penenang dan saya dalam tahap depresi. Saya tidak melupakan Tuhan dan itu hanya hiburan juga motivasi saya."
Vanda menatap para sekumpulan cewek-cewek yang memprotes perkataan sang guru. Ia hanya tersenyum simpul tanpa berniat ikut campur karena dirinya hanya tim netral.
"Nilai kalian saya kurangi karena tidak sopan dengan guru! Kalau punya penyakit itu ke psikolog!"
"Lalu ibu saya laporkan dengan kasus tidak menghargai hobi orang lain juga penghinaan terhadap mental orang lain! Biar ibu mampus terkena hujatan para netizen."
Vanda seketika tertawa kecil dengan mengeluarkan cemilan yang dibawanya dari kantin tadi. Ia memakannya dengan menatap seolah-olah drama yang menyenangkan untuk ditonton.
"Kalian murid tidak sopan tunggu saja panggilan dari ruang BK."
Setelah sepeninggalan guru itu murid-murid penghuni kelasnya seketika tertawa terbahak-bahak. Ia yang melihat itu juga ikut tertawa kecil tapi tidak seheboh yang lain.
"Ada-ada aja tuh guru," gumam Vanda dengan menggeleng kepalanya.
Vanda mengambil ponselnya lalu membuka Instagram. Ia mencoba mencari akun Instagram milik protagonis pria juga protagonis wanita.
Ia cukup terkejut karena keduanya memiliki banyak pengikut. Apalagi Reza bahkan beberapa di kolom komentar yang mengaku-ngaku sebagai pacar maupun istri.
"Ini ngapain sok-sokan ngaku sebagai istri orang lain? Apa mereka nggak malu? Memangnya dunia novel sepertinya orang-orangnya urat malunya udah putus semua," gumam Vanda dengan menscroll layar ponselnya.
Kemudian pikirannya kembali teringat kejadian beberapa kali yang dialaminya. Reza yang sebagai protagonis utama sangat bertentangan dengan cerita yang di novel.
Jika di dunia novel diceritakan sebagai cowok dingin, cuek, dan kejam. Maka berbeda dengan pertemuannya beberapa kali ini lelaki itu tampak banyak bicara dan sangat jahil dengannya. Hal itu sangat membuatnya kesal sehingga kerap kali dirinya membalas lelaki itu.
Vanda seketika terpikir akan sesuatu. Namun, hal ini cukup tidak masuk akal.
"Tapi masuk dunia novel juga nggak masuk akal," gumam Vanda dengan mengangguk tengkuknya.
Hal yang dipikirkannya kali ini, apa yang sebenarnya terjadi dibalik layar. Apa mungkin sebenarnya ceritanya tidak diceritakan sepenuhnya seperti di novel?
***
Jangan lupa vote dan komen :)
Malu-malu panda 🐼
Lanjut!
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love Of Dream [END]
RomanceCalvin Kafeel Balindra cowok yang dikenal sebagai ketampanannya. Lelaki ini sosok yang sering gonta-ganti pacar seperti pakaian atau bisa dibilang sebagai playboy. Namun, sudah tahu punya banyak pacar masih saja suka dekat-dekat. Tiba-tiba saja diri...