28

36.8K 5.3K 1K
                                    

Kini keduanya hanya berdiam diri. Vanda terus saja mengelus perutnya dengan tatapan kosong.

Vanda hanya terpikir untuk membunuh makhluk bernyawa didalam perutnya. Namun, ia tidak sekejam itu membunuh darah dagingnya sendiri karena anaknya tidak bersalah sama sekali.

Namun, jika terlahir ia hanya tidak ingin anaknya hidup sengsara tanpa keluarga lengkap. Ia yang dilahirkan dari keluarga baik-baik tidak setega itu membuat anaknya kekurangan kasih sayang.

Ia hanya terkekeh kecil kenapa takdir terlihat mempermainkannya. Ia mengangkat wajahnya menatap lelaki yang juga menatapnya. Tatapan lelaki itu terlihat sangat tenang dan tidak terpengaruh sama sekali.

"Lo udah denger bukan apa yang dokter bilang?" tanya Vanda sekedar basa-basi.

"Ya," sahut Reza dengan muka datar.

Vanda menghela nafas gusar. Ia mengalihkan pandangannya kepada luar jendela. Ia mengepalkan tangannya rasanya sangat susah untuk mengucapkan kata itu.

"Gue mau lo nikahi dan bertanggung jawab atas apa yang udah diperbuat," ucap Vanda dengan mantap.

Reza hanya diam dengan menatap wajah Vanda. Lelaki itu tidak berkeinginan untuk menjawab ucapannya.

"Apa Lo dengerin ucapan gue?" tanya Vanda dengan mengerutkan keningnya.

"Gue nggak bisa ..."

"Udah gue duga," desis Vanda dengan menatap tajam.

Reza menghela nafas panjang. Ia mendudukkan dirinya di sofa rumah sakit dengan memijat pelipisnya.

"Ini nggak semudah yang lo kira," lirih Reza dengan mengangkat wajahnya.

Vanda yang melihat itu seketika bertepuk tangan dengan terkekeh geli. Ia menatap Reza lalu mencengkeram erat dagu lelaki itu. Kemudian mendudukkan tubuhnya dipangkuan Reza hingga membuat lelaki itu terkejut.

"Nggak semudah itu, tetapi kenapa Lo berani melakukan kesalahan itu?" desis Vanda dengan menatap tajam.

"Itu ..."

"Apa hanya ingin melampiaskan nafsu Lo ke gue karena mengira cowok nggak bisa hamil?" tekan Vanda dengan mendorong tubuh lelaki itu.

Reza menyeringai kecil. Tangannya sudah merangkul pinggangnya dengan erat.

"Saat lo melakukan pada cewek bukannya karena nafsu? Kita ini sama panda ... bedanya lo melakukannya dengan banyak orang," bisik Reza dengan menyeringai.

Vanda yang mendengar itu seketika tersulut emosi. Ia mendorong tubuh lelaki itu lalu memukulinya dengan brutal. Lelaki itu hanya diam saja tanpa melawannya.

Febby yang mendengar keributan segera memasuki ruangan dengan terburu-buru. Gadis itu segera menarik tubuh Vanda dengan cukup kuat hingga pegangan Vanda terlepas.

Reza hanya mendengus dengan mengelap bibirnya yang sobek karena pukulan lelaki itu. Ia berdiri dengan merapikan seragamnya.

"Dasar brengsek! Lo adalah orang paling brengsek yang gue kenal!" teriak Vanda dengan mengacungkan jarinya.

"Benar, gue emang brengsek! Bukannya lo bilang organisasi gue berisi orang brengsek lalu kenapa marah?" seru Reza dengan terkekeh kecil.

Febby yang tidak ingin mereka bertengkar lebih parah. Akhirnya membawa pergi Vanda dengan sekuat tenaga.

"Apa yang akan ayah lakukan jika mengetahui hal ini?" gumam Reza dengan muka dingin lalu menyeringai kecil.

***

Vanda memijat pelipisnya. Hari ini merupakan hal yang tidak pernah terduga baginya. Ia duduk didalam taksi bersama Febby disampingnya.

"Apa perlu gue antar lo masuk kedalam rumah?" tanya Febby dengan raut wajah khawatirnya.

Eternal Love Of Dream [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang