"Astagfirullah, kalian kenapa tidur di lantai?" Suara heboh itu terdengar hingga pintu depan, dengan segera dua pria yang masih mematung menyusul melihat apa yang terjadi.
Sedangkan keempat bocah yang masih goleran di kasur lantai hanya mengulet pelan bak ulat keket.
"Shuyang, Zeyu, Mingrui, Dianjia bangun ayo!" panggil wanita itu yang usianya kira kira 30-an.
Sementara disebelahnya ada pria tua tapi belum tua tua banget, wajah nya masih terlihat baby face, hahaha.
"Shuyang, bangun sholat subuh! Bangunin temen temen lo itu," kali ini seorang pria yang sibuk kerja poll, alias sang abang. Sedangkan dua lainnya adalah orang tua Shuyang.
"Biarin mas aja yang bangunin bun, bunda istirahat aja," Jaemin berkata begitu, Jaemin Nugroho Gamalion lengkapnya, sang kakak satu satunya.
Setelah bunda juga bapak pergi ke kamar untuk istirahat sejenak dari perjalanan tadi, Jaemin yang biasa di panggil mas nana membangunkan keempat bocah itu.
Baru saja ingin membangunkan, tapi Zeyu sudah bangun dengan wajah bantal, membuat mas nana menatapnya lekat.
"Jam berapa mas?" Dengan tanpa dosa dia bertanya begitu.
"Jam setengah lima, bangunin temen lo dulu ini, habis itu sholat subuh," mas nana masih mengguncang lengan adik semata wayangnya itu, demi apapun, ini bagian paling malas dalam hidupnya, membangunkan Shuyang seperti membangun rumah tangga, Susah. Yaelah mas..
"Oh iya" Zeyu mengangguk dan memukul bokong Mingrui, jangan salahkan Zeyu, bocah itu memang tidur tengkurap.
Tak lama semuanya bangun, seperti kucing mereka duduk berjejer dengan segala macam raut wajah.
Mas nana berkacak pinggang di depan mereka semua, sayangnya mereka tak peduli, dan masih mengumpulkan nyawa, terkecuali Zeyu sih.
"Bangun sholat subuh, mau jadi hamba yang durhaka kalian?!" Masih dengan posisi tadi, mas nana mengomel.
"Iya mas sebentar, ini ngumpulin nyawa dulu, yang terakhir masih nyangkut di Bandung kasian kalo di tinggal" mingrui menjawab ngaco, gak heran si, mas nana sudah hafal kelakuan tiga teman adik nya itu. Random, paling Zeyu doang yang bener, itu juga kadang-kadang.
"Buruan keburu siang!" Semua akhirnya berdiri tegak, selain takut mereka juga kaget sama suara gretak mas nana.
"Oke siap laksanakan!" Mingrui menaruh tangannya di atas alis, alias hormat.
Dan setelahnya mereka bergantian ke kamar mandi untuk ambil wudhu, ya maklum gantian, toh kamar mandi cuma satu, di dekat dapur.
"Rui tumben lo nggak di cariin nyokap lo?" Tanya Dianjia pada Mingrui yang goleran di meja makan.
"Belum jam tujuh" cowok itu menjawab dengan suara teredam di dalam lekukan tangan.
Shuyang yang sudah selesai wudhu kini berjalan ke kamar untuk sholat subuh, maka gantian zeyu yang masuk ke kamar mandi.
"Gue denger kemaren Zeyu di tolak kela ya?" Dianjia mulai ghibah bersama Mingrui.
"Kayla bukan kela woi, tapi iya ke 21 kayaknya, kasian ya cakep cakep sad boy" Mingrui sekarang malah menegakkan badannya.
"Gue denger!" Zeyu dari dalam kamar mandi berteriak membuat dua temannya tertawa, logis aja sih, toh mereka duduk tak jauh dari kamar mandi, dan suara mereka juga tidak ada bisik bisik nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandal Jepit | FF Shuyang (END)
Fanfictiondiciptakan seperti sandal jepit sepasang maksudnya. Kisah nya semulus jalan tol. Anti menye menye. Anti pelakor masa lalu. Mungkin kisah nya semulus jalan tol, tapi hubungannya seburuk panci gosong yang susah di gosok. Tidak ada kata damai. Note: h...