43.Nomor Asing

158 35 1
                                    

Shuyang tidak tau apa yang membuat mereka akhirnya terdampar disini, di balkon apartemen milik Minghao bersama sang pemilik.

Mereka hanya diam, menikmati angin pagi, pukul empat dini hari.

"Gue mau nanya" kata Shuyang tanpa menoleh, Minghao mengangguk saja.

"Sebenarnya mau nagih cerita adek lo aja sih" kata Shuyang masih di bungkam jawaban Minghao.

Hening, sampai akhirnya Minghao mengubah posisi duduknya.

"Dia bilang gue sakit ya?" Minghao lalu menoleh untuk menemukan Shuyang mengangguk sebagai jawaban.

"Sebenarnya dia nggak seutuhnya salah, gue sakit tapi nggak separah itu. Menurut lo aja gimana? Gue masih bisa ngobrol kayak gini kan?"

"Tapi menurut gue emang lo sakit sih, soalnya kalo lo nggak sakit, kita nggak akan bisa ngobrol kayak gini" Minghao lalu melirik Shuyang tajam.

Minghao kemudian melempar kulit kacang kepada bocah berinisial S itu, dan sang empu hanya bisa terkekeh pelan.

"Gue serius anjing!" Umpat Minghao.

"Ya gue juga serius??"

Lalu akhirnya suasana kembali hening.

"Abang gue meninggal karna sepupu lo" ucapan Minghao barusan berhasil membuat Shuyang semakin terbelenggu.

"Itu kan yang mau lo tanyain?" Lalu Shuyang menoleh.

"Itu jawaban dari semua yang gue lakuin selama ini. Bintang Pradipta, silahkan lo tanya abang sepupu lo, siapa dia" lalu Minghao bangkit dari duduknya.

"Lo nggak bisa cerita setengah setengah! , Jelasin ke gue sampai tuntas!" Kata Shuyang menghentikan langkah Minghao.

"Lo lupa gue sakit mental?, Lo bilang gue sakit kan?, Kenapa lo masih percaya omongan gue barusan?" Dengan kekehan nya, Minghao masuk ke dalam, meninggalkan Shuyang dengan segala pertanyaan di kepalanya.

Ia bingung, tapi yang ia yakini adalah, omongan Minghao barusan adalah kebenaran, tak peduli sakit atau tidak, Minghao barusaja berkata jujur.


🌼🌼🌼

Setelah sekian purnama drama tadi pagi, kelima anak kelas 12 IPA itu berjalan bersama di koridor pagi ini, mengundang semua tatapan kagum sekaligus heran.

Kagum karna ciptaan tuhan yang nyari sempurna itu berjejer, heran karena kenapa mereka bisa seakur itu?. Apa dunia sudah akan kiamat, oh oke mereka hiperbola.

"Berasa jadi artis papan atas  gue" bisik Mingrui pada Dianjia.

"Yeu si anjir narsis banget elo" kata Dianjia menyinyir. Udah biasa begitu kan.

"Gue mau ke kantin" kata Minghao.

"Lo bisa baca pikiran ya?, Gue juga barusan mau bilang begitu" kata Mingrui, namun Minghao tak menggubris.

Ya jadilah mereka duduk di kantin, lumayan rame, tapi nggak seramai istirahat.

Mingrui yang tadi memilih ke koperasi sebelum duduk, kini datang dan ikut duduk, lalu bocah itu meletakan plester di hadapan Minghao.

"Noh pake dah, jelek banget muka lo bonyok begitu" kata Mingrui, Minghao melirik bocah itu sejenak, mau marah tapi niat Mingrui baik.

Lalu tanpa berkata apa apa Minghao menggunakan plester itu. Sedikit gengsi, tapi gimana ya, rasanya mereka nggak pernah punya salah apa apa sama dia, jadi ya udah lah.

Sandal Jepit | FF Shuyang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang