11.Mie rebus dan milkuat

259 59 7
                                    

"Kamu itu kucing apa kambing sih No?!" Mas nana dengan setengah berlari menggendong cepat Nono dari rumput hijau di halaman depan rumah.

"Apaan deh, gue manusia?" Mas Nana menoleh saat suara itu memasuki Indra pendengarannya hanya untuk menemukan sosok Jeno di dekat pagar.

"Bukan elo!" Sungut Mas Nana dan membawa masuk Nono.

"Lah terus?" Jeno membeo sembari menatap hilangnya Jaemin dari balik tembok.

"Masuk Jen!"

"Iyo iyo" baru saja masuk kedalam rumah kawan SMA nya itu, sudah disambut bocah tengil sang tuan rumah.

"Kak Jen, mang Njun mana?" Jeno mengedikan bahunya tanda tak tahu.

"Mau ngapain emang?" Tanya balik Jeno.

"Mau nagih janji, katanya mau maen PS bareng" Jeno manggut-manggut dan berlalu, bodo amat, niat dia kesini mau meeting sama Jaemin kok malah bahas PS.

"Kak Jeno aja yuk yang gantiin!!" Kata Shuyang lalu melompat ke punggung Jeno, reflek jeno menahan kaki bocah itu, duh untung bocah.

"Turun apa mau gue tumbalin" Jeno mendengus kesal.

"Tumbalin gpp, asal jangan jadi tumbal pasien Mas Nana aja" Lalu keduanya tergelak, Mas Nana yang denger karna jarak yang cukup dekat itu pun tak tinggal diam.

"Ngomong apa lo Kuyang?!"

"Ih mas nana gak kesumbat kan kupingnya?" Saat itu juga Jaemin ingin sekali mengubur Shuyang hidup hidup.

"Sini lo!!"

"Lari kak Jeno!!, Ayo lari!!" Shuyang menepuk-nepuk bahu Jeno, Jeno yang merasa Jaemin begitu seram akhirnya berlari dengan Shuyang di punggungnya.

Ini mah bukan apa apa ya, kenapa Shuyang gak mau jadi pasien Mas Nana itu, soalnya Mas nana kalau lagi ngobatin dia tuh berisik, ngoceh mulu, Shuyang jadi tambah pusing, tapi dia tau kok kalau ngocehnya mas nana itu buat kebaikannya juga.

"Maen kejar kejaran kenapa gak ngajak?" Dari depan pintu Mang Renjun berdiri dengan wajah lusuh, alias bangun tidur.

"Mang Renjun ayo maen!!" Shuyang turun dari punggung Jeno lalu berlari ke arah Renjun.

Disini Jeno dan Jaemin duduk tepar di sofa ruang tamu, mengatur nafas masing-masing, capek cuy, apalagi Jeno, lari sambil gendong bocah segede itu, bocah apaan dah, tiga bulan lagi juga lulus SMA.

"Bentar bentar nyawa gue belum kumpul" Renjun malah ikut duduk, Shuyang ingin ikut duduk, tapi setelah melihat Nono berjalan ke arah dapur dirinya bergerak cepat menyusul.

"Nono mau makan kerupuk udang nggak?, Hayuk hayuk" Shuyang menggendong kucing itu dan dirinya membawa ke teras depan rumah, sama seperti yang mas nana lakukan kemarin itu, memangku Nono sembari menikmati senja.

Nono asik makan di pangkuan Shuyang, dan Shuyang sibuk menatap langit sore, seperti sudah menjadi kebiasaan untuk duduk dan mengamati setiap detik di sore yang temaram, dimana suara adzan akan berkumandang, lalu dirinya harus rebutan kamar mandi setelahnya.

"Nono kalau kamu bisa bicara, kamu mau nyampein apa?" Lalu kucing itu hanya mengeong menatap Sang babu.

"Oh iya lo gak bisa ngomong, ya udah diem, langit senja juga gak bisa ngomong tapi dia bisa nyampein banyak hal" lalu di sore itu Shuyang mengusap bulu Nono lembut.

Mungkin hari ini kamu merasa gak baik, tapi gak ada kemungkinan kalau besok juga sama. Jadi semangat!. Kata Shuyang dalam benak sore itu.

🌧️🌧️🌧️

Sandal Jepit | FF Shuyang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang