Gadis dengan piyama tidur kini tengah merapihkan album dan novel di rak kamar barunya.
Teringat hal yang ia lihat tadi membuat hatinya berdesir kuat, andai saja rumahnya seramai itu.
Oh ya ngomong ngomong ini kan awal liburan akhir tahun, artinya orang tuanya akan libur seperti tahun kemarin, sepertinya ide bagus mengajak mereka liburan bersama.
Gadis itu kini keluar kamar dan menuju kamar sang ibu.
"Ma" panggil nya di depan pintu yang tidak tertutup rapat.
"Kenapa, masuk sini" mendapat Jawaban itu, Ara mendekat lalu duduk di tepi ranjang, mengamati sang ibu yang sibuk dengan berkas berkas kantor. Selalu begitu.
"Ma, Jakarta cantik banget ya" ucap nya membuka obrolan.
"Iya memang, kamu kenapa, kan kamu juga sering ke Jakarta" balas sang ibu tanpa menoleh.
"Engga, cuma mau ajak mama sama ayah jalan, mumpung akhir tahun"
"Ara, Mama sama ayah gak bisa ambil cuti akhir tahun ini, kita jalan lain kali aja ya" gadis itu tidak bisa menyembunyikan raut kecewa nya, tapi baiklah selain menerima Ara bisa apa.
"Ya udah ma, Ara ke kamar dulu" mendapat anggukan dari sang ibu, dirinya segera undur diri dari tempat itu.
Sang ayah bahkan tidak terlihat sejak pagi, sepertinya sudah berangkat ke kantor, oh ya alasan ia dan keluarga pindah itu karna Cabang perusahaan sang ayah di Jakarta sedang melejit, dan tidak bisa pulang pergi Jakarta-Bandung.
Kalau mau di deskripsikan, sang ayah tirinya tidak jahat seperti yang kalian bayangkan, dan tidak galak, hanya sedikit tegas, Ara pun tak pernah di bentak olehnya, tapi dirinya juga tidak begitu dekat.
Kalau sang ibu, ia tau ibu sangat menyayangi nya, kadang ibu marah juga untuk kebaikannya, tapi terkadang ketidak pedulian nya membuat Ara merasa sendiri.
Oh tidak!, Ara tidak sendiri sekarang.
"Bibi!" Setelah melamun dan duduk di tangga kini ia menghampiri bi mita yang baru saja masuk melalui pintu utama dengan sekresek penuh.
Ara membantu sang bibi yang kesusahan walau sempat di larang.
"Mau masak naon nih bi?" Sampai di dapur Ara duduk di kursi pantry. (Naon=apa)
"Masak apa ya neng enak nya, neng Ara mau apa deh sini bibi buatin, mumpung masih jam tiga sore" mendapat tawaran begitu tentu Ara berpikir keras, pasalnya masakan bibi tak pernah gagal.
"Tahu sama tempe goreng, terus pake sambel bi, enak deh!!, Kalo ada ikan asin boleh bi, mama suka banget!"
"Oke siap, neng Ara udah daftar sekolah baru neng?" Tanya bibi sembari mengupas bawang.
"Belum bi, kata mama itu urusan ayah, Ara mau pilih sekolah pun nggak akan di izinin" curhat Ara, maksud dari memilih sekolah adalah, ia ingin sekolah yang biasa saja, yang masih pakai seragam abu-abu putih, bukan rok kotak kotak seperti sebelum sebelumnya.
"Gapapa neng, ayah neng tau yang terbaik" bibi memang gitu, baik bangett, sampai Ara bingung mau bilang apa.
"Kalau boleh pilih mah ya bi, Ara mau yang biasa biasa saja, bukan yang terbaik, oiya bi, bibi nyaman disini?" Alih topik Ara.
"Nyaman banget neng, tetangga juga baik banget, tadi bibi di tolongin bawa barang sampai pagar" cerita bibi.
"Sama siapa bi?" Antusias Ara.
"Itu tetangga yang di depan neng, kasep pisan, tapi kayaknya gak cocok sama neng Ara, soalnya dia udah kerja, pake jas putih kayak dokter gitu neng, nanti nggak lucu kalau ada berita seorang dokter menikah dengan anak dibawah umur" setelah itu keduanya tertawa, ada ada aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandal Jepit | FF Shuyang (END)
Fanfictiondiciptakan seperti sandal jepit sepasang maksudnya. Kisah nya semulus jalan tol. Anti menye menye. Anti pelakor masa lalu. Mungkin kisah nya semulus jalan tol, tapi hubungannya seburuk panci gosong yang susah di gosok. Tidak ada kata damai. Note: h...