18.Bumi Theodra

249 65 10
                                    

(SEDIH GADA YG KOMEN DI PART SEBELUMNYA.  😤😤😤) Kode itu, peka napa pren🙄

Btw happy reading, enjoy..

🍑🍑🍑

Sudah seminggu berlalu, Ara sudah sehat seperti biasanya, semua masih sama, dirumah bunda juga masih ramai, Shuyang masih sering jahil dan ngambek kalau di suruh kewarung, Mas Nana juga masih suka marah marah hehe, bapak masih suka duduk pagi pagi buta di halaman belakang sama Shuyang, terakhir bunda juga masih harus teriak pagi pagi buat bangunin tiga lelaki dirumah.

Masih sama, yang sedikit berbeda dan seru adalah, Ara kini semakin dekat dengan Mas Nana juga tetangganya yang lain, sering main kerumah bunda nemenin bunda nonton drakor, sering bantuin Mas Nana mandiin Nono, serius deh mereka sudah sangat dekat.

Kadang mereka kumpul di halaman depan rumah bunda, ada Mang Renjun, kak Jeno, Bang Haechan, cuma buat main karambol, atau main jengga.

Dan Ara tidak pernah kesepian lagi, walau rumahnya masih sama, sepi, hanya suara kucing nya saja yang begitu sering Ara dengar.

Tak apa, ia merasa memiliki satu keluarga lagi.
Gama alias sang ayah Shuyang, Ara sesekali berbincang di teras rumah, kadang juga Ara di ajak Bapak buat ngasih makan ikan ikan di belakang rumah.

Bunda seneng aja rumahnya makin ramai, bapak juga begitu, cuma yang bikin pusing satu.
Mereka itu kalau nggak ribut ya paling gelud.

Mingrui VS Dianjia
Mang Renjun VS bang Haechan
Lalu Mas Nana akan selalu menjadi musuh abadi Shuyang.

Nah sekarang nambah satu, Ara selalu ribut sama Shuyang, tau lah siapa yang mancing keributannya, maklum anak gue emang begitu ( ◜‿◝ )

Biasanya sih Zeyu juga ribut sama Shuyang tapi mereka masih bisa di kendalikan, tapi kalau Shuyang udah ribut sama Mingrui, maka hancur sudah. Pasalnya Mas Nana, Ara, mang Renjun, Kak Jeno pasti ada di pihak Mingrui, lalu sisa nya ada di pihak shuyang.

Tidak akan selesai kalau bukan bunda yang ngomel, yakin deh.

"Mas Nana... Anterin sekolah yuuuk, motor aku bocor ban nya" rengek Shuyang dari ambang pintu kamar abangnya.

"Ya tambal dulu lah, gue masih ngantuk!" Mas Nana masih begelud dengan selimut juga guling di atas kasur.

"Shuyang udah kesiangan ini lho.." bocah itu kini mengguncang lengan Mas Nana.

"Siapa suruh kesiangan"

"Yo nggak ada yang nyuruh, tapi kan udah terlanjur, Mas ayoo" Mas Nana masih tidak peduli, pria itu malah menarik selimutnya menutup kepala.

Lalu ide cemerlang muncul, Shuyang mengambil ancang-ancang, dan tangannya sudah mendarat di pinggang Mas Nana, menggelitik hingga Mas Nana bergerak seperti cacing kepanasan.

"YAK SHUYANG!!, IYA GUE ANTERINNN UDAH WOEEE!!, AAAAA BUNDA TOLONG" lalu Shuyang berhenti, ia tertawa lepas sepagi ini.

Sungguh, tidak ada hal paling menyenangkan selain membuat Mas Nana marah. Laknat memang.

"Kenapa pagi pagi udah ribut?" Bunda berkacak pinggang di ambang pintu dengan sodet yang di pegang nya.

"Shuyang bun!!" Lalu mas Nana menaboki bocah itu, Shuyang masih tertawa pelan, namun juga berusaha menghindar.

"Udah udah buruan kamu berangkat Bang!, Mas Nana juga bangun cuci muka dulu sana" Lalu keduanya mengangguk patuh.

Pagi itu Mas Nana mengantarkan Shuyang ke sekolah dengan motornya, ngebut nyelap nyalip sana sini, Shuyang hampir mati kalau nggak meluk abangnya itu. Oke berlebihan.

Sandal Jepit | FF Shuyang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang