Jangan lupa vote komen
Happy reading.Warning!
Part panjang dan banyak kata kasar.
Baca perlahan karna kalau di skip bakal pusing.🥕🥕🥕
"Selamat siang tuan muda" seorang pegawai berseragam itu menunduk sopan pada Minghao.
"Ini gedung Prasya Group?" Ara bertanya.
"Iya, menurut lo aja. Ya kali Waterboom" Ara sedikit menahan tawa, oh ayolah Minghao sekarang sudah bisa di ajak bercanda.
"Papah ada?" Tanya Minghao pada sekertaris yang baru saja keluar dari ruangan CEO.
"Tuan Prasya ada di dalam, silahkan" lalu Minghao masuk, Ara mengikutinya dari belakang.
"Papah tau kamu akan kemari, kita bahas di rumah. Pulang kamu nanti malam!" Kata seorang pria kepala tiga yang duduk di kursi kerja, pandangan pria itu tidak teralihkan dari berkas berkas di hadapannya.
Minghao berdecak, "Aku memang akan pulang nanti malam, dan bukan karna anda."
"Bagus kalau begitu"
"Ada yang lebih penting dari itu" Minghao kembali berkata, Ara diam sejak masuk ruangan itu, ia rindu ayahnya, tapi sepertinya sosok itu sudah bukan lagi sosok ayah yang hangat..
"Apa lagi?" Kali ini pria itu mendongak menatap Minghao.
Minghao menggeser tubuhnya, memperlihatkan Ara seutuhnya yang mulanya berdiri di belakang dirinya.
"Arla?" Pria yang di ketahui Prasya itu praktis berdiri dari duduknya.
Arla bingung apa yang harus ia lakukan, ia merindukan ayahnya. Sangat!. Tapi pijakannya terasa berat hanya untuk melangkah dan memeluk sosok itu.
"Se-sejak kapan kamu di Jakarta?" Minghao disana tersenyum miring.
"Oh ayolah Tuan Prasya.. sesibuk itu kah anda?, Sampai sampai tidak pernah tau?" Minghao kemudian duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
"Diam kamu!" Pria itu berucap ketus pada Minghao, Minghao hanya mengangkat bahunya acuh.
"Arla, Kamu tinggal di Jakarta?" Sang ayah kembali bertanya. Ara mengangguk singkat.
"Pah.. Ara cuma kangen Papah, tapi.." Ara kemudian menunduk dalam.
CEO Prasya Group itu menatap anak kandung nya sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandal Jepit | FF Shuyang (END)
Fanfictiondiciptakan seperti sandal jepit sepasang maksudnya. Kisah nya semulus jalan tol. Anti menye menye. Anti pelakor masa lalu. Mungkin kisah nya semulus jalan tol, tapi hubungannya seburuk panci gosong yang susah di gosok. Tidak ada kata damai. Note: h...