04.Pemalakan Berencana

335 71 7
                                    

"Ara ayo berangkat!" Teriakan tersebut terdengar hingga kamarnya, sang gadis pemilik nama langsung saja menghampiri ibunda yang memanggil.

Iya hari ini hari pertama masuk sekolah setelah dua Minggu libur, kalau di tanya bagaimana liburannya, Ara akan menjawab, seperti biasa, tidak ada yang menyenangkan.

Dua Minggu kemarin ia hanya menghabiskan list tontonan nya, dari mulai Drama Korea, Anime, Drama Thailand, hingga konten konten para Idolnya, bukan hanya itu, ia juga sudah mulai masuk Les, padahal liburan.

Kalau Ara merasa biasa saja, berbeda dengan pemilik rumah sebrang, alias Shuyang dan keluarganya.

Mereka menghabiskan liburan dengan berbagai macam hal, kalau kalian kira mereka pergi ke berbagai tempat mahal, itu salah, mereka hanya menghabiskan waktu dirumah, kumpul bersama,  bahkan tiga abang sepupu nya menginap dirumah seminggu, bang Hanyu, Kak zihao, dan kak Xinlong.

Yang paling seru sih liburan kemarin itu panen rambutannya Kak Chenle, merah merah, dapat dua karung lebih, terus di bagiin ke tetangga deh.

"Bundaaaa kaos kaki Shuyang kemana kok gak ada di laci!!" Bocah itu berteriak dari lantai atas,
Suaranya memenuhi seisi rumah.

"Itu lho di depan TV!" bunda tak kalah keras teriak.

"Bunda kacamata Nana yang bolong dimana bun?!" Berikutnya Mas nana ikut berteriak mencari benda kesayangan miliknya.

"Kemarin di atas kandang Nono Mas, cari dulu coba" duh ini masih pukul enam pagi tapi kepala bunda sudah pening saja.

"Bunda!!, Dasi bapak kemana ini!!" Sembari memijit pangkal hidung, bunda mengedipkan mata perlahan, Bapak sama anak sama aja.

"Di belakang pintu pak!" Setelah itu bunda melanjutkan menggoreng nasi untuk sarapan.

Ya memang setiap pagi saat akan berangkat sekolah rumah akan ramai, suara Shuyang lebih mendominasi, pasalnya bocah itu selalu lupa meletakkan barang yang habis di pakainya.

"Masih belum ketemu mas kacamata nya?" Shuyang melongok ke kamar Mas nana, pria itu sibuk membuka laci lemari, tadi ia sudah turun untuk memeriksa di kandang Nono (nama kucing belang mas nana, di kasih nama nono karna wajahnya mirip jeno, matanya hilang katanya) -- tapi nihil, benda itu tidak ditemukan.

"Kemarin aku liat di pake Nono, bapak yang pakein" Shuyang menyemprotkan parfum milik mas nana ke tubuhnya.

"Parfum gue anjer!" Shuyang iseng saja memakainya, siapa tau bisa kayak mas nana yang sampai sekarang masih saja jadi primadona, dari SMA sampai jadi dokter pun mas nana masih banyak gadis yang mendekati. Derita punya wajah cakep.

"Gak boleh pelit mas, berbagi itu indah" setelah itu Shuyang berlari keluar takut takut mas nana ngamuk, kan gak lucu kalau rambut dia berantakan lagi.

"Mas nana kacamata nya nih, di pake bapak!!" Di kamarnya, Jaemin hanya bisa menghela nafas panjang, capek capek dia nyari lho, dari habis subuh.

🌧️🌧️🌧️

Cuaca hari ini cerah, tidak seperti emot yang ada di atas tulisan ini, gadis dengan rambut kuncir kudanya berjalan berdampingan dengan sang ayah. Iya ayah tirinya.

Mulanya masih adem anyem, jalan biasa sembari melihat lingkungan sekolah baru yang akan ia geluti selama dua tahun kedepannya.

"Mas nana, duh udah iya jangan di anter sampe kelas juga mas" Shuyang meringis kala Jaemin menariknya berjalan menuju depan kelas, mau tau kenapa?.

Jawabannya simpel, karna bunda yang nyuruh, bukan apa apa, tadi pagi bunda berpesan sebelum berangkat ke pasar, ya namanya amanah Jaemin hanya ingin menyelesaikannya saja, gak ribet juga, mumpung dia lagi gak mager.

"Udah, ongkos nya mana" sekonyong-konyong Jaemin memalak adik tunggalnya.

"Gundulmu mas, yang nyuruh mas nganter aku siapa?, Kok malah minta ongkos, wah pemalakan berencana ini!" jelas Shuyang tak mau, enak saja, jatah jajan nya udah di potong bapak tadi pagi, ya perkara kaca mata bolong itu.

"Bunda" singkat saja Jaemin sudah malas sekarang, ya kalau di detail mas nana ini emang cuek kalau di luar, cuma kalau udh pulang ya mboh lah, kalian deskripsikan sendiri saja.

"Kan bunda gak minta ongkos!, Mas nana harusnya sini, buat bayar uang kas nunggak semester kemarin aku" kini gantian Shuyang yang menodong.

"Ya inisiatif kek ngupahin abang lo yang lagi bokek, malah di palak balik, udah sono, balik gak gue jemput, bareng Rui aja ye" Shuyang mengiyakan setelah menggerutu kesal, lalu mas nana berlalu dari depan kelasnya, kerjaan dia banyak, gak bisa tuh dia lama lama.

Kembali ke Ara bersama sang ayah yang tadi sempat terkejut kala kehebohan dua adik kakak itu kini sudah berada di ruang kepala sekolah, tak perlu di rinci, karna sebagian orang sudah tau hal hal ini.

Berapa menit kemudian Ara pamit pada ayahnya untuk ke kelas, sang ayah itu sangat amat baik, walau dia bukan anak kandungnya, tapi ayah sambung nya ini begitu membuat Ara lengkap. Terkadang.

"Ara ke kelas ya yah" seperti pada umumnya, ia mengecup punggung tangan sang ayah.

"Ayah gak memaksa kamu untuk sempurna, tapi belajar semampunya saja" sang ayah mengusap kepalanya lembut, seakan berkata 'ayah betulan sayang kamu'

Ara mengangguk, kata kata itu bukan pertama kalinya ia dengar, sang ayah memang tidak pernah memaksanya untuk sempurna, tapi terkadang sikap mereka yang membuat Ara harus merasa bisa segalanya.

Setelah kepergian ayahnya beberapa menit lalu, Ara masih diam di depan pintu kelas, berdoa semoga dirinya tidak sial seperti sebelum-sebelumnya.

Oh ya ngomong ngomong, soal sandal yang tertukar itu, belum juga kembali, alih alih bertukar sandal, mereka malah memakainya sehari hari, Ara terlalu malu untuk menemui cowok itu, lain hal dengan Shuyang yang seringkali menunggu gadis itu keluar rumah, namun nihil, ya jadi masih begitu, hijau biru dan biru hijau. Biarkanlah.

🌧️🌧️🌧️

Mon maap pendek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mon maap pendek.
Komen juga dong, random nya komen kalian tuh mood banget.
Vote juga ya
Sekian terimakasih ❤️

-pacartiway

Sandal Jepit | FF Shuyang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang