41. MAAF

37.5K 3.9K 692
                                    

Tubuh tegapnya berjongkok menyamakan dengan gadis yang sedang duduk dengan menunduk.

Tiba-tiba pergerakan selanjutnya membuat Zy membulatkan matanya tapi tetap dengan keadaan yang sama.

Pria itu mengangkat Zy dan mendudukkannya di meja bar dalam keadaan hening, hal itu membuat dirinya semakin merasa takut.

"Ngapain?" Tanyanya lagi. Gadis itu semakin menundukkan kepalanya. Zy merasa asing dengan suara itu, tidak seperti suara para abangnya yang sering ia dengar.

Tak menginginkan kejadian yang lebih ditakutkan lagi, akhirnya Zy dengan bergetar mulai bersuara menjawab pertanyaan yang di lontarkan tadi.

"Zy emm... Itu..." Gadis itu gelagapan sendiri. Ia tak bisa bersuara jika sedang merasa takut.

"Hiks... Hiks.." Keluar sudah isakan tangisnya. Entah karena apa, padahal Zy tidak ingin menangis namun keadaan seperti ini membuat dirinya tak bisa membendung air matanya.

Tiba-tiba pria di depannya mendekap Zy dengan erat. Hal itu membuatnya semakin menangis di dada pria itu.

"Maaf..." Ucapnya sambil mengecupi pucuk kepala Zy berkali-kali.

Flashback on

Pria itu adalah Revano Leonil Valter, putra pertama yang baru saja datang dari Spanyol karena mendapat kabar jika mamahnya Letta sudah sadar dan akan pulang kembali ke mansion utama.

Mendengar kabar itu, Vano langsung menyuruh orang kepercayaannya untuk menyiapkan penerbangan tanpa ada gangguan.

Hatinya benar-benar berkecamuk. Meskipun bukan ibu kandungnya tetapi Vano sangat menyayangi Letta. Ia sudah menganggap Letta sebagai pengganti dari mommy-nya.

Senyuman tipis tak pernah sirna dari wajah tampannya, gejolak indah benar-benar menguar sempurna dijiwanya. Tapi entah mengapa, Vano merasa akan ada sesuatu yang lebih dari ini. Namun dirinya berpikir lagi pasti ini kabar mamahnya Letta, tak mungkin ada hal lain lagi.

Setelah sampai di London, ia langsung bergegas menuju RS milik keluarganya dan segera menemui Letta.

Kedatangan Vano membuat Nathan dan juga Letta terkejut bukan main. Pasalnya putra yang satu ini benar-benar sangat sulit jika harus meninggalkan semua pekerjaannya.

Vano seseorang yang gila akan kerja karena tak ingin mengingat pada masa lalunya. Pemuda ini lantas melampiaskan semuanya pada pekerjaan untuk mengalihkan semua itu. Meskipun dalam keadaan sakit pun, dirinya tak peduli yang penting pikirannya tak dibebankan pada kejadian itu lagi. 

Selepas saling melepas kerinduan, Mereka pulang ke mansion utama. Awalnya Vano menolak akan kepulangan Letta, tetapi dengan paksaan dan rayuan wanita itu akhirnya Vano luluh dan menyetujuinya.

Sesampainya di mansion utama, Vano mengernyit heran melihat beberapa mobil dan pintu utama yang terbuka. Dalam benaknya ia berpikir bukankah mansion ini hanya di tinggali oleh para pekerja tetapi kenapa sekarang seperti ada sesuatu yang membuatnya hidup kembali. Bahkan dengan terheran-heran Letta malah meminta pulang disini bukan di mansionnya sendiri. Semuanya terasa Aneh bagi dirinya.

Saat sudah masuk ke dalam, Vano dibuat kaget lagi melihat seluruh keluarganya berkumpul di ruang makan. Tak luput dengan daddy-nya dan semua adik laki-laki yang lain.

Tak butuh waktu lama, dirinya dan juga lainnya menuju ruang keluarga atas perintah dari Austin opahnya.

Keadaan nampak bahagia, aksi melepas rindu tak luput dari pandangan Vano yang membuatnya menerbitkan senyum tipis. Tipis sekali bahkan tidak akan ada yang menyadarinya. Sampai pada akhirnya Letta bersuara dengan pernyataan yang membuat Vano menatap dengan pandangan sulit diartikan.

I'M Not An Illigitimate ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang