48. TERBANGUN

15.3K 1.5K 1K
                                    

"Eunggh..." Gadis yang tampak nyenyak dengan dunia mimpinya itu tiba-tiba menggeliat kecil dan mulai membuka mata bulatnya dengan pelan. 

Menguap kecil dengan mata yang dikerjap-kerjapkan beberapa kali agar penglihatan tampak jelas. Gadis itu mulai mendudukkan dirinya dan menyingkap selimut tebal yang telah membungkusnya seperti kepompong.

Menoleh ke kanan dan ke kiri serta melihat sekeliling kamar yang ditempati, sepertinya tidak asing dengan kamar ini. 

"Apa Zy uda sampai rumah?" Batinnya dalam hati.

Beranjak dari kasur king size-nya, kaki mungilnya mulai berjalan mendekat kearah pintu kamar besar itu. 

Dibukanya pintu tersebut, kemudian Zy berjalan menuruni anak tangga yang lumayan panjang karena Zy sendiri tak bisa jika menaiki lift sendirian.

Saat menginjak anak tangga terakhir, Zy bertemu dengan salah satu maid yang membawa sebuah nampan kosong.

"Aduh nona kenapa turun dari tangga" Kagetnya dengan nada khawatir. Bisa-bisa kalo para tuannya melihat ini, semua pelayan akan dihukum habis-habisan.

"Emm Zy nda bisa naik pintu besi yang naik turun itu bibi" Ujarnya dengan polos. Maid itu tersenyum manis mendengar jawaban nona mudanya yang sangat lugu.

"Lain kali nona bisa memencet tombol di dalam kamar letaknya diatas nakas, samping tempat tidur" Tuturnya sangat sopan. 

"Nanti salah satu dari kami akan datang untuk membantu nona jika butuh apa-apa" Lanjutnya yang diangguki lucu gadis di depannya. 

"Hu.um Zy paham" Jawabnya dengan tersenyum manis. Maid itu terkekeh pelan, nonanya ini sangat gemas sekali. Pipi tembamnya yang merona membuat siapapun ingin mencubitnya.

"Em bibi, daddy sama abang dimana ya?" Tanyanya sedikit kebingungan.

"Tuan besar dan tuan muda berada di ruang keluarga nona. Apa nona mau kesana?" 

Zy menganggukkan kepala "Hu.um Zy mau kesana, tapi nda tau tempatnya" Lesunya. Memang Zy belum tau seluruh tempat di mansion ini, karena saat pertama kali datang abangnya itu tidak memperlihatkan satu-persatu ruangan di sini.

"Mari saya antar nona" Ajaknya, membuat gadis berpipi gembul itu kembali tersenyum cerah dan mengangguk senang.

****

"Ini ruang keluarga nona" Tunjuknya dengan sopan. 

Zy menoleh, ia tersenyum manis "Terima kasih banyak banyak bibi" Ucapnya. 

Maid itu tersenyum dan mengangguk "Kalo begitu saya izin melanjutkan pekerjaan nona" Pamitnya yang diangguki oleh nona cantiknya itu. 

Setelah melihat kepergian sang maid tersebut, Zy berjalan masuk dan tak lama melihat ayah dan para kakaknya sedang berkumpul yang sepertinya sedang membicarakan sesuatu. 

"DADDY!!!" Serunya sambil berlari membuat semua pemuda menoleh dan memelototkan matanya.

"Princess jangan lari!" Tegur Vano yang tidak didengarkan oleh makhluk kecil cantik itu. 

Grep!

Gadis nakal itu langsung berhambur kedekapan Rio dengan tidak berdosanya. Tidak tahu apa ya kalo daddy-nya itu jantungnya mau lepas.

"YaAllah nak jangan lari kaya gitu" Ucap Rio dengan nada khawatirnya.

Merenggangkan pelukannya, Zy menatap pria didepannya dengan menunduk "Maaf daddy" Lirihnya.

"Liat itu abang juga khawatir kalo princess lari kaya gitu lagi" Mata bulat itupun beralih menatap para abangnya yang sudah menatap dirinya dengan horror.

I'M Not An Illigitimate ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang