43. SARAPAN

24.7K 2.1K 93
                                    

"Abang, Zy udah selesai" Celetuknya, membuat pria tengah fokus pada layar ponsel mendongak.

Pria itu tersenyum "Sini" Ucapnya. Dengan senang hati Zy berjalan menuju Vano yang sudah merentangkan tangan.

Pria itu menarik Zy dalam pangkuannya, kemudian menciumnya gemas hingga tertawa lepas.

Cup

Cup

Cup

Cup

Cup

"Haha... Abang udah gelii" Tawanya membuat pipi tembamnya semakin melebar sempurna.

"Pengen makan pipinya, gemes banget" Ucap Vano sambil menoel-noel pipi tembam itu yang terasa empuk ditangan.

"Ini kenapa pipi Zy sering dicubit ya abang, padahal kan nda nakal" Katanya sambil cemberut.

Vano terkekeh gemas "Iya pipinya nggak nakal, tapi tangan semua orang yang nakal"

"Hum? Tangannya nakal?" Beonya. Mata bulatnya mengerjap dengan muka kebigungan seolah sedang mencerna ucapan abangnya.

Vano mengangguk lagi, kemudian ia lebih mendekap adik kecilnya dengan menghirup dalam-dalam aroma Zy yang sangat menenangkan.

"Zy belum mandi, abang nda bau peluk Zy?" Tanyanya.

Vano menggeleng, ia semakin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya diceruk leher adik kecilnya.

"Wangi" Ungkap Vano membuat Zy mengerjapkan mata bulatnya.

Sedikit menjauhkan tubuhnya dan menatap abangnya heran "Zy wangi?" Tanyanya lagi.

Vano mengangguk lagi, Zy mengulum bibir mungilnya. Sejenak menatap abangnya yang sangat tampan dengan pahatan sempurna. Rugi kalo dibiarkan begitu saja, mumpung bisa liat dari jarak dekat yakan?

Kemudian ntah dari mana muncul ide jail dari benak Zy, tiba-tiba jari mungilnya menggencet hidung mancung Vano.

Hal itu membuat Vano sedikit terkejut dan menatap adik kecilnya yang sudah tertawa terpingkal, namun tak ayal dirinya juga ikut tertawa. Ketawanya Zy itu loh nular.

"Kenapa?"

"Gemes ih. Idungnya lancip hehe"

Vano melongo mendengar penuturan Zy. Baru kali ini ada yang bilang dirinya gemas, apalagi sampai berani menyentuh area wajah. Pasalnya Vano sangat benci jika ada orang yang menyentuh mukanya selain mama dan mommy-nya sendiri.

Terkekeh kecil, lantas tangannya mengunyel-ngunyel pipi bulat Zy yang sangat empuk dan lembut itu.

"Kenyal banget" Gumamnya dengan keasikan, namun berbeda dengan gadis kecil itu yang nampak pasrah.

"Duduk anteng di sini, abang mau mandi dulu"

"Hu'um" Jawabnya.

Vano menyodorkan sebuah ipad kepada Zy "Buat main biar nggak bosen"

Mata bulat itu langsung berbinar cerah. Dengan semangat gadis itu mengambil benda tersebut dan merangkak menuju tengah kasur lalu menyenderkan tubuhnya pada kepala ranjang. Tak lupa kaki mungilnya diselonjorkan dan pipi bulat yang dimainkan.

Vano menggeleng pelan melihat tingkah adik kecilnya, ia mengacak pelan rambut Zy setelah itu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Beberapa menit kemudian...

Nampak Vano yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan keadaan jauh lebih segar.

Tersenyum tipis saat melihat orang tersayangnya sangat fokus melihat benda kotak yang dipegangnya.

I'M Not An Illigitimate ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang